1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

India Tidak Mampu Menangkal Serangan Teror

as15 September 2008

Kelompok Islam radikal kini melancarkan rangkaian serangan teror di India. Aparat keamanan India hingga kini tidak memiliki strategi efektif untuk menangkalnya.

Korban cedera serangan teror bom di New Delhi dibiarkan menggeletak di jalanan.Foto: AP


Rangkaian serangan teror terus mengguncang India. Sedikitnya 21 orang tewas dan 100 cedera akibat rangkaian serangan bom di ibukota India, New Delhi akhir pekan lalu. Kelompok Mujahiddin India lewat jalur internet sudah mengakui bertanggung jawab atas serangan pembunuhan tsb. Kelompok ini juga mengatakan bertanggung jawab atas rangkaian serangan teror bulan Juli lalu di Ahmedabad, Jaipur dan Bangalore yang menewaskan sedikitnya 50 orang dan melukai 200 lainnya.


Kepala polisi New Delhi YS Dawal membenarkan pengakuan itu. Ia menyebutkan, sebuah kelompok teror bernama Mujahiddin India lewat internet telah mengaku bertanggung jawab atas serangan tsb.


Polisi juga melaporkan telah menangkap 12 tersangka pelaku serangan. Akan tetapi sejauh ini belum mengajukan dakwaan, demikian pihak kepolisian di New Delhi.

Serangan teror itu menunjukkan, bahwa negara demokrasi dengan jumlah penduduk terbesar di dunia tsb sudah lama menjadi ajang perang kelompok teroris. Sejak tahun 2004 lalu, sedikitnya 3.800 orang kebanyakan warga sipil, tewas akibat serangan teror di India.

Warga kini merasa ketakutan. Mereka bertanya, apa yang dapat dilakukan untuk mencegah terulangnya kejadian seperti itu? Siapa yang dapat melindungi warga? Memang aksi teroris bermotiv Islam merupakan masalah yang sudah ada di India sejak akhir tahun 90-an. Akan tetapi rangkaian serangan bom hari Sabtu (13/9) lalu di ibukota New Delhi semakin menyebarkan ketakutan di seluruh negeri. Karena terbukti, aparat keamanan lagi-lagi gagal menangkal serangan teror semacam itu.

Sekretaris negara di kementrian dalam negeri India, Madhukar Gupta seusai sidang darurat kabinet hari Minggu (14/9) kemarin menjelaskan kepada wartawan : “Kami mendiskusikan berbagai langkah antisipasi lebih lanjut, tidak hanya di Delhi tapi juga di kota-kota besar lainnya. Dari setiap serangan kami menarik pelajaran. Dengan begitu, kami bisa memperkirakan tindakan apa di masa depan yang diperlukan .“


Warga secara terbuka sudah mengecam cara kerja aparat keamanan dalam menangani aksi terorisme. Selama ini pihak kepolisian dan dinas rahasia selalu saling tuding dan lempar tanggung jawab. Harian terkemuka Times of India mengecam, aparat keamanan bertindak setengah hati dalam memerangi terorisme.

Kelompok Mujahiddin India yang mengaku bertanggung jawab atas rangkaian serangan teror belakangan ini adalah kelompok aksi yang dikendalikan Gerakan mahasiswa Islam India yang dinyatakan terlarang oleh pemerintah. Pakar keamanan India membenarkan hal itu : “Mujahiddin India adalah organisasi perang dari Gerakan Mahasiswa Islam India.“

Pemerintah India mengungkapkan kekhawatirannya, bahwa kelompok Mujahiddin India akan menjalin kontak dengan Al Qaida. Kecemasan itu mencuat, melihat gaya serangan, persiapan serta pemasokan logistik bagi serangan tsb. Misalnya saja, sasaran utamanya adalah warga sipil yang berada di kawasan pusat keramaian atau pasar. Gaya ini mirip serangan teror Al Qaida. Polisi menduga, berbagai serangan di kota-kota besar India dilacarkan oleh sekitar 80 operator lapangan, yang dilatih di kamp pelatihan di negara bagia Gujarat di bawah pimpinan Mufti Abu Bashir, yang ditangkap bulan Agustus lalu.

Menimbang data terbaru yang berhasil dikumpulkan itu, para pakar membunyikan tanda bahaya. Sebab, kelompok Mujahiddin India diduga kini sudah mampu melancarkan serangan serentak di seluruh negeri, juga tanpa dukungan logistik dari luar. Buktinya, walaupun Mufti Abu Bashir sudah ditahan, namun serangan teror masih dapat dilancarkan, bahkan langsung di ibukota New Delhi. Sementara aparat keamanan sejauh ini hanya dapat mengobral janji, akan memerangi terorisme di dalam negeri dengan serius. Tapi sejauh ini pemerintah India tidak memiliki strategi efektif untuk memerangi terorisme.