Laju infeksi berakselerasi dengan angka penularan harian melebihi 380.000 kasus pada Jumat (30/4). Eskalasi krisis corona di India dibayangi kelangkaan vaksin di sejumlah wilayah yang menghambat program imunisasi massal.
Mulai Sabtu (1/5), pemerintah akan membuka pintu bagi warga negara berusia di atas 18 tahun untuk mendapat vaksin. Namun belum apa-apa, sejumlah negara bagian mengeluhkan pihaknya sudah kehabisan dosis vaksin.
Celakanya, negara-negara bagian yang mengalami kelangkaan vaksin, termasuk yang terdampak paling parah dalam gelombang kedua wabah corona. Pemerintah di Maharahstra, Karnataka, Madha Pradesh dan di New Delhi mengeluhkan belum mendapat kepastian ihwal pengiriman dosis tambahan sebelum vaksinasi dimulai pada akhir pekan.
Di ibu kota negara bagian Maharashtra, Mumbai, pusat vaksinasi ditutup selama tiga hari sejak Jumat (29/4) lantaran kelangkaan dosis. Hingga Kamis (28/4), baru sekitar 2,2 juta penduduk yang mendapat vaksinasi dalam 10 hari terakhir, lapor stasiun televisi NDTV. Jumlah vaksin yang sudah diberikan menurun dibandingkan periode sebelumnya.
Pemerintah melaporkan sejauh ini baru 10 persen penduduk berusia di atas 45 tahun yang sudah mendapat setidaknya dosis pertama vaksin anti corona. Untuk kampanye vaksin pada awal Mei, otoritas kesehatan India mengaku telah menerima pendaftaran oleh lebih dari 8 juta penduduk.
Eskalasi krisis
Gelombang teranyar infeksi corona mencatatkan lebih dari tiga juta kasus aktif Covid-19 di India. Di penjuru negeri, rumah sakit kewalahan menghadapi arus pasien yan membutuhkan oksigen. Tidak jarang pasien meninggal dunia ketika masih mengantri giliran mendapat alat bantu pernafasan.
Iklan
Krisis yang terus bereskalasi mendorong negara-negara asing mengirimkan bantuan. Pada Jumat (30/4), kiriman bantuan darurat pertama dari AS sudah tiba di India. Pengiriman itu bagian dari paket bantuan senilai USD 100 juta berupa tabung oksigen, masker dan alat diagnosa.
Bantuan juga ditawarkan oleh jiran yang bermusuhan. "Cina ingin meningkatkan kerjasama dengan India dalam memerangi Covid-19, dan menyediakan bantuan serta dukungan kepada India,” kata Presiden Xi Jinping seperti dikutip stasiun televisi nasional.
Hal serupa ditawarkan Presiden Rusia, Vladimir Putin, dalam pembicaraan telepon dengan PM Narendra Modi, Rabu (27/4) silam. Seperti yang dilaporkan Kremlin, Rusia akan mengirimkan "bantuan kemanusiaan darurat” ke India, termasuk "20 unit peralatan produksi oksigen, 75 perlengkapan nafas buaran, 150 monitor medis dan 200 ribu paket obat-obatan.”
India Gelar Festival Kumbh Mela di Tengah Pandemi COVID-19
Festival keagamaan umat Hindu, Kumbh Mela, diadakan di kota Haridwar hingga akhir April mendatang. Di tengah upaya pemerintah mengendalikan penyebaran COVID-19, banyak orang khawatir acara tersebut memicu lonjakan kasus.
Foto: Tanika Godbole/DW
Kerumunan yang tidak dapat terhindarkan
Festival Kumbh Mela, yang dianggap sebagai ajang pertemuan umat Hindu terbesar di dunia, dirayakan empat kali dalam kurun waktu 12 tahun. Tahun ini, festival tersebut berlangsung di kota Haridwar. Acara yang diklasifikasikan sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO ini biasanya dihadiri jutaan orang sebelum masa pandemi.
Foto: Tanika Godbole/DW
Berendam di Sungai Gangga
Cuaca pagi yang dingin tidak menghentikan umat Hindu untuk berendam di Sungai Gangga. Beberapa pakar telah mendesak pemerintah untuk mempertimbangkan kembali acara tersebut, karena khawatir dapat menyebabkan lonjakan kasus infeksi corona. Namun pihak berwenang memutuskan untuk tetap melanjutkan festival tersebut, setelah menetapkan beberapa aturan dan batasan.
Foto: Tanika Godbole/DW
Hasil tes COVID-19 harus negatif
Pengunjung harus melakukan registrasi sebelum menghadiri festival dan menyerahkan hasil tes RT-PCR yang menunjukkan bahwa mereka negatif COVID-19. Para lansia, anak-anak, dan wanita hamil tidak diizinkan untuk menghadiri acara tersebut. "Kami telah mendirikan pusat pengujian antigen di setiap pintu masuk," kata Gopal Singh Chauhan, seorang pejabat di Uttarakhand.
Foto: Tanika Godbole/DW
Sedikit yang percaya pada tes COVID-19
Beberapa peziarah mengatakan kepada DW bahwa mereka tidak terlalu yakin terhadap tes COVID-19, meskipun ada kemungkinan risiko terinfeksi. "Ya, menghadiri Kumbh Mela berisiko, tetapi Anda bisa tertular di mana saja ... Banyak hal lainnya yang sudah terbuka, jadi mengapa acara ini tidak diadakan?" ucap Shalini Soni, seorang peziarah dari New Delhi.
Foto: Tanika Godbole/DW
Keberuntungan di festival Kumbh Mela
Pihak berwenang hanya akan menerapkan pembatasan tertentu pada hari-hari yang dianggap menguntungkan untuk mandi atau berendam di Sungai Gangga. Ada empat tanggal mandi yang menguntungkan atau "Shahi Snan" sepanjang festival. Shahi Snan pertama berlangsung pada 11 Maret 2021.
Foto: Tanika Godbole/DW
Tradisi mandi suci
Menurut tradisi Hindu, mandi di Sungai Gangga dapat menghapuskan dosa-dosa seseorang dan membebaskannya dari siklus hidup dan mati. Khumbh Mela dimulai pada 14 Januari dan akan berlanjut hingga 27 April 2021.
Foto: Anushree Fadnavis/REUTERS
Peraturan tidak ditegakkan
Banyak peserta mengatakan terdapat kerancuan dalam proses pendaftaran online. Beberapa orang melaporkan masalah teknis ketika mendaftar di situs web pemerintah, sementara yang lain mengatakan syarat untuk memberikan hasil tes RT-PCR negatif tidak diberlakukan.
Foto: Tanika Godbole/DW
Berdoa agar terhindar dari virus corona
"Saya pikir lebih banyak orang akan menghadiri festival, setelah mereka mendengar bahwa aturan tes RT-PCR tidak diperlukan," kata Pandit Mohit Dubey, seorang pendeta Hindu. “Masyarakat biasanya datang dan berdoa meminta kesehatan, keluarga, anak, usaha, atau kemajuan pekerjaan. Kali ini, banyak orang yang meminta agar Sungai Gangga membebaskan mereka dari virus corona,” ujarnya. (ha/hp)