Indonesia dan Jepang sepakat untuk memperkuat kerjasama keamanan maritim di tengah ketegangan dengan China di kawasan Laut Cina Selatan. Jepang akan membangun blok gas Masela dan pelabuhan Patimban di Jawa Barat.
Iklan
"Sebagai negara maritim, kerjasama kelautan merupakan prioritas bagi kedua negara, " tegas Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe setelah melakukan pembicaraan dengan Presiden Joko Widodo di Istana Bogor hari Minggu (16/01).
"Kami sepakat untuk meningkatkan kerja sama keamanan maritim," katanya.
Indonesia tidak terlibat sengketa di wilayah Laut Cina Selatan secara langsung, namun Shinzo Abe mengatakan, soal ini telah menjadi perhatian masyarakat internasional dan "secara langsung mempengaruhi keamanan dan stabilitas di wilayah."
"Kami sekali lagi menekankan pentingnya menerapkan kerangka hukum dan prinsip penyelesaian perselisihan secara damai, "kata PM Jepang Shinzo Abe.
Presioden Jokowi dan pimpinan pemerintahan Jepang juga membicarakan proyek-proyek infrastruktur besar di Indonesia, termasuk pembangunan jalur kereta api kecepatan tinggi yang direncanakan menghubungkan dua kota terbesar di Pulau Jawa, Jakarta dan Surabaya.
Pada 2015, Cina berhasil mengalahkan Jepang dalam proyek kereta api kecepatan tinggi untuk rute Jakarta - Bandung. Namun Jepang tetap merupakan mitra ekonomi penting bagi Indonesia
"Pada saat ekonomi global belum membaik, kami mencatat bahwa telah terjadi peningkatan yang signifikan dalam investasi Jepang (di Indonesia), " kata Jokowi.
Pada periode Januari-September 2016, investasi Jepang di Indonesia mencapai hampir 5 miliar dolar, sambungnya.
"Dalam kurun kurang dari dua tahun, saya dan Perdana Menteri Abe telah enam kali bertemu. Hal ini menunjukkan pentingnya hubungan Indonesia dan Jepang," kata Jokowi.
Dia menambahkan, tahun ini Indonesia dan Jepang akan memulai pembicaraan seputar "kemitraan ekonomi komprehensif".
Bulan lalu Tokyo dan Jakarta sepakat melakukan kerjasama untuk memperkuat kemampuan Indonesia mempertahankan perbatasan lautnya yang luas.
"Jepang akan secara aktif mendorong kerja sama keamanan maritim dan mendorong pengembangan pulau-pulau terpencil di Indonesia," kata Shinzo Abe di Istana Bogor.
Indonesia dalam beberapa tahun terakhir memperkuat pengawasan lautnya terutama untuk menghalau kapal penangkap ikan ilegal, dan telah meledakkan puluhan kapal asing, termasuk beberapa kapal dari Cina.
Para menteri pertahanan dan luar negeri Jepang dan Indonesia akan melakukan pertemuan ini untuk membahas pendalaman "kerja sama di bidang pertahanan dan keamanan", lanjut Abe.
Jepang dan Indonesia juga berencana untuk mengembangkan blok gas Masela di Provinsi Maluku dan pelabuhan Patimban di Jawa Barat, kata Presiden Jokowi.
Shinzo Abe berada di Indonesia dalam rangka kunjungan regional ke kawasan Australia dan Asia. Dari Indonesia, PM Jepang akan melanjutkan perjalanan ke Vietnam.
Dilema Cina di Selat Malaka
Cina mati-matian mempertahankan klaimnya di Laut Cina Selatan. Padahal pasang surut perekonomian negeri tirai bambu itu bergantung pada Selat Malaka. Kelemahan tersebut coba dimanfaatkan AS dan India
Foto: picture-alliance/ChinaFotoPress/Maxppp
Surutkan Pengaruh
Dengan segala cara pemerintah Cina berupaya mencaplok Laut Cina Selatan (LCS). Faktor ekonomi dan militer adalah motivasi terbesar di balik langkah sarat konflik itu. Ironisnya bukan pada Laut Cina Selatan perekonomian Cina bergantung, melainkan pada Selat Malaka. Manuver Beijing dalam konflik LCS justru melenyapkan sisa pengaruh Cina di jalur laut antara Indonesia dan Malaysia itu
Foto: Getty Images/AFP/R. Rahman
Blokade Laut
Sebanyak 80% impor energi Cina diangkut dengan kapal melewati selat Malaka. Tanpanya mesin ekonomi negeri tirai bambu itu akan cepat meredup. Serupa dengan strategi Iran di Selat Hormuz, berbagai negara besar yang berkonflik dengan Beijing telah mengadopsi blokade laut ke dalam strategi militernya untuk menundukkan Cina.
Foto: AP
Neraka Logistik
Blokade laut masuki masa kejayaan pada era Perang Dunia II dilanjutkan pada Perang Dingin dan Perang Irak 1991. Cara ini terbukti efektif memutus suplai logistik sebuah negara yang terlibat dalam perang. Saking efektifnya, diktatur NAZI Jerman Adolf Hitler perintahkan armada kapal selamnya buat menyerang semua kapal dagang yang berlayar dari AS ke Inggris.
Foto: Getty Images/AFP/K. Kasahara
India di Gerbang Selat Malaka
Sebab itu AS telah meracik strategi buat memblokir pasokan energi Cina di Selat Malaka. Baru-baru ini India bahkan menempatkan pesawat pengintai dan sejumlah kapal perang di Kepulauan Andaman dan Nicobar di gerbang utama Selat Malaka di Teluk Bengal. Jarak antara pulau Great Nicobar yang dijadikan pangkalan militer India dengan Selat Malaka cuma berkisar 650 kilometer
Foto: Getty Images
Jalur Kuno di Era Modern
Tidak heran jika Beijing sejak lama berupaya mencari jalan lain untuk mengimpor energi tanpa harus melewati selat Malaka. Untuk itu Cina berpaling dari laut dan fokus menggarap proyek infrastruktur di daratan. Rencana tersebut bukan hal baru. Beijing berniat menghidupkan kembali jalan sutera yang dulu aktif digunakan sebagai jalur dagang hingga abad ke-13.
Berpaling ke Myanmar
Salah satu wujudnya adalah proyek pembangunan pipa minyak seharga 2,5 milyar Dollar AS yang menghubungkan pelabuhan Kyaukphyu di Myanmar dengan Kunming di provinsi Yunan. Pipa sepanjang 2800 kilometer itu mampu mengalirkan 12 milyar ton minyak mentah per tahun. Proyek ini dituntaskan 2014 silam.
Pipa ke Teluk Persia
Proyek lain adalah menghubungkan pelabuhan Gwadar di Pakistan dengan provinsi Xinjiang. Koridor ekonomi itu buka akses Cina langsung ke negara produsen minyak di Teluk Persia. Tapi opsi ini tidak murah. Lantaran kondisi geografis yang didominasi pegunungan, biaya pembangunan pipa antara kedua wilayah bakal menambah ongkos 10 Dollar AS untuk setiap barrel minyak mentah.
Foto: picture-alliance/dpa
Gas dari Utara
Beijing juga berharap pada Rusia. Tahun 2014 silam kedua negara menyepakati pembangunan pipa minyak dan gas sepanjang 4800 km dari Angarsk menuju Daqing. Proyek seharga 400 milyar Dollar AS itu direncanakan bakal mampu mengangkut 1,6 juta barrel minyak per hari. Tapi Rusia menangguhkan pembangunan menyusul anjloknya harga minyak.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Fulai
Membelah Thailand
Cina bahkan mengusulkan pembangunan kanal laut di Thailand dengan mencontoh Terusan Panama. Proyek seharga 25 milyar US Dollar itu bakal menghubungkan Samudera Hindia dengan Teluk Thailand. Namun rencana ini ditolak oleh pemerintah di Bangkok lantaran masalah keamanan.
Opsi Terbatas
Analis berpendapat, rencana Cina membangun koridor darat untuk mengamankan pasokan energi justru menegaskan peran tak tergantikan Selat Malaka. Upaya Beijing diyakini cuma akan menambah keragaman jalur pasokan energi, tapi tidak akan mengurangi ketergangtungan Cina terhadap Selat Malaka.