1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Indonesia Desak Negara Maju Bantu Negara-negara Berkembang dalam KTT G20

Zaki Amrullah1 April 2009

Indonesia hadir di KTT G20 di London sebagai wakil negara berkembang. Tapi agenda G20 terutama akan ditentukan oleh negara-negara dan blok ekonomi yang punya pengaruh kuat. Mampukah Indonesia mendesakkan kepentingan?

Indonesia ambil bagian dalam KTT G20Foto: AP / CC_Marcin n_nc

Delegasi Indonesia di bawah pimpinan langsung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono datang dengan dua misi utama yaitu mendesakan mobilisasi dana dari negara-negara dengan sumber dana kuat untuk negara berkembang serta koreksi atas lembaga ekonomi global yang dianggap kurang adil. Tuntutan ini sudah pernah diajukan Indonesia dalam pertemuan G20 tahun lalu di Washington. Pengamat Ekonomi CSIS Pande Raja Silalahi menjelaskan pentingnya desakan itu:

"Kalau kita melihat untuk Negara Negara berkembang untuk memberikan keyakinan kepada pasar sangat penting. Artinya ketersediana dana manakala masalah yang dihadapi itu sangat sulit, itu sebenarnya titik tolak yang pertama. Yang kedua mengenai lembaga Internasional, karena lembaga seperti IMF itu tidak lagi boleh dikatakan, untuk kepentingan seluruh anggotanya, lebih banyak dikendalikan oleh yang mempunyai hak suara berlebih dalam lembaga lembaga itu."

Presiden Yudhoyono antara lain disertai oleh Menteri Luar Negeri Hasan Wirajuda, Menteri Koordinasi Perekonomian Sri Mulyani, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu dan kepala KADIN MS Hidayat. Indonesia hadir dalam pertemuan penting ini sebagai wakil dari 10 negara Asean dan negara berkembang Asia lain. Menurut Pande Raja Silalahi, sebetulnya tak banyak yang bisa diperoleh Indonesia dalam pertemuan G 20 ini. Kehadiran Indonesia dalam pertemuan itu lebih banyak untuk menyuarakan sikap Negara berkembang.

"Yang diperoleh Indonesia yang kongkrit, adalah tanggungjawab saja sebenarnya. Tidak ada yang kongkrit yang banyak. Kalaupun IMF akan memberi dana Indonesia belum tentu menerimanya, karena situasi politik dalam negeri tidak menghendaki keterlibatan IMF. Lebih banyak, karena dapat merepresentasi negara emerging market, itu yang lebih utama. Kita harus melihat bahwa yang mewakili negara berkembang tidak semuanya."

Meski demikian, menurut Pande Raja Sillahi, Indonesia sangat berkepentingan terhadap percepatan pemulihan ekonomi Asia, karena dampaknya akan berimbas kepada perekonomian Indonesia.

Pertemuan G20 pertama kali dilaksanakan di Washington November 2008 atas prakarsa Presiden Amerika Serikat saat itu, George W Bush. Kelompok 20 terdiri dari sejumlah negara maju yang menguasai mayoritas perdagangan dunia, antara lain Amerika Serikat, Inggris, Cina, Jepang, Cina juga India.

Pertemuan kelompok ekonomi dunia G20 tahun ini dianggap sangat penting untuk mencari jalan keluar mengatasi krisis ekonomi global. Melalui pertemuan ini, diharapkan muncul kesamaan pandangan mengenai solusi global. Pengamat Ekonomi CSIS, Pande Raja Sillahi menyebut hal kongkrit yang perlu dibahas dalam pertemuan ini.

"Yang kongkrit saya pikir dana yang disalurkan untuk negara-negara yang dilanda krisis, khususnya Negara miskin, harus ada tambahan dana sekian. Tapi bagaimanah dana itu akan digunakan, tentu belum bisa diketahui dalam jangka pendek."

Bagaimanapun, menurut Pande Raja Silalahi, dalam tradisi konferensi global diperlukan waktu panjang sebelum sebuah mekanisme solusi krisis, disepakati bersama oleh para pemimpin dunia. (ap)