1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

AS dan Jepang Akan Relokasi Pabrik dari Cina ke Indonesia

11 Juni 2020

Perusahaan-perusahaan besar AS dan Jepang dilaporkan akan memindahkan pabrik industrinya dari Cina ke Indonesia. Perang dagang berkepanjangan dan ketegangan akibat pandemi COVID-19 disebut sebagai faktornya.

Japan, ein Containerschiff kommt in einem Hafen in Tokio an
Foto: picture-alliance/A.Di Ciommo

Pandemi COVID-19 menyadarkan banyak negara bahwa ketergantungan pasokan industri terhadap Cina sangat besar. Kegiatan produksi yang "macet” di tengah pandemi membuat sejumlah perusahaan besar yang sebelumnya mengandalkan barang produksi dari Cina, mulai merelokasi pabriknya ke tempat lain.

Meski Cina memegang peranan kuat dalam sektor industri global, namun negara itu juga tak luput dari masalah ekonomi akibat gempuran wabah COVID-19, seperti kebanyakan negara lainnya di dunia.

Kesulitan ekonomi global juga diperparah dengan perseteruan berkepanjangan antara dua negara dengan kinerja ekonomi terbesar di dunia, yakni Cina dan AS.

Meningkatnya ketegangan akibat perang dagang dan tudingan-tudingan AS terhadap Cina sebagai "biang kerok” wabah COVID-19, membuat perusahaan-perusahaan besar AS berencana merelokasi pabrik mereka dari Cina ke negara-negara Asia Tenggara. 

RI dilirik AS dan Jepang

Indonesia menjadi salah satu negara di Asia Tenggara yang kini dilirik oleh perusahaan besar AS dan Jepang. 

"Dia (AS) mau relokasi industrinya, saya diminta Presiden (Joko Widodo) bicara sama pembantu Presiden Trump," ujar Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, pada 9 Mei lalu, seperti dilansir dari Tempo.

Meski Indonesia mengungguli Vietnam dalam Indeks Kinerja Industri Persaingan PBB, nyatanya "Investasi Langsung Asing” di Indonesia rendah, dengan hanya 1,8% dari produk domestik bruto negara itu pada tahun 2018.

Menurut laporan Bank Dunia, setidaknya ada 33 perusahaan yang memindahkan produksinya ke luar Cina hingga Oktober 2019, akibat perang dagang berkepanjangan. Perusahaan-perusahaan itu direlokasi ke Vietnam, Malaysia, Thailand dan Kamboja, namun tidak ada yang masuk ke Indonesia. 

"Catatan yang kemarin disampaikan Bank Dunia kepada kita, dua bulan yang lalu, ada 33 perusahaan di Tiongkok keluar (di relokasi ke negara lain)," kata Presiden Joko Widodo (Jokowi), September 2019 lalu, seperti dilansir dari detikcom.

Jokowi menyebut sebanyak 23 perusahaan memilih pindah ke Vietnam, dan 10 perusahaan lainnya ke Malaysia, Thailand dan Kamboja. Namun, tak satupun di antara perusahaan tersebut yang masuk ke Indonesia. 

Bank Dunia mengatakan Vietnam, Malaysia dan Kamboja adalah saingan kuat bagi Indonesia di sektor investasi. "Bisnis pindah dari Cina tetapi tidak datang ke Indonesia karena negara tetangga Indonesia lebih ramah (investasi),” sebut Bank Dunia. 

Dalam situasi pandemi, Vietnam juga dilaporkan lebih mampu menahan penyebaran virus corona dibandingkan Indonesia. Menurut situs worldometers.com, hingga Kamis (11/06), Vietnam tercatat melaporkan 332 kasus COVID-19 dengan angka kematian nol.

Catatan kasus yang relatif kecil itu menempatkannya sebagai negara Asia Tenggara yang akan mampu lebih cepat menghidupkan kembali perekonomian dibanding negara ASEAN lainnya, demikian menurut pakar kesehatan publik yang diwawancarai oleh Reuters.

RI persiapkan kawasan industri di Batang

Di masa pandemi COVID-19, dilaporkan bahwa AS mengandalkan 90 persen dari bahan baku produk obat-obatan yang berasal dari impor. Tak kurang dari 60 persen bahan baku obat-obatan itu berasal dari Cina dan 30 persennya dari India.

Oleh karena itu, Luhut mengatakan pemerintah AS berencana merelokasi industri farmasinya dari Cina ke Indonesia.

Pemerintah Indonesia menyiapkan kawasan industri di Batang, Jawa tengah untuk "menampung” pabrik milik perusahaan AS dan Jepang yang akan direlokasi dari Cina. Daerah Batang dipilih karena ketersediaan lahan dan infrastruktur pendukung lainnya.

Namun, direktur pelaksana dan mitra senior Boston Consulting Group yang berkantor di Jakarta, Yulius, memperingatkan dalam situasi pandemi kemungkinan para investor akan lebih teliti dalam memeriksa kesiapan dan tanggapan pemerintah Indonesia ketika menilai opsi relokasi.

pkp/as (dari berbagai sumber)