Indonesia menuntut raksasa online AS Google menyelesaikan pembayaran utang pajaknya, setelah kedua pihak gagal mencapai penyelesaian.
Iklan
Indonesia mendesak Google segera membayar utang pajaknya dari tahun-tahun lalu yang diperkirakan mencapai lebih dari 70 miliar dolar AS.
Para pejabat pajak Indonesia mengklaim, sejak pertama kali beroperasi di Indonesia tahun 2011, Google telah meraup untung besar.
Google bulan Desember lalu sudah menawarkan pembayaran utang pajaknya, namun jumlah yang ditawarkan perusahaan mesin pencari terbesar dunia itu dianggap terlalu kecil.
Kepala Kantor Wilayah Jakarta Khusus Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, Muhammad Haniv, mengancam akan membawa kasus pajak Google ke tahap penyidikan.
Hingga kini, perusahaan induk Google Indonesia, yaitu Google Asia Pacific Pte. Ltd, belum menyerahkan data transaksinya secara lengkap. Data-data ini antara lain memuat data kontrak iklan dan server, yang menurut Haniv dibutuhkan untuk menentukan jumlah pajak yang harus dibayar Google kepada Indonesia.
"Kalau ada terindikasi Anda mengulur waktu, bukan tak mungkin kami tak berani ke level penyidikan. Berarti ini semua akan melibatkan kepolisian dan jaksa," kata Haniv di kantornya hari Senin (16/01).
Haniv menerangkan, Google terus berlasan untuk berkelit agar tidap perlu menyerahkan data transaksinya.
Perusahaan Google sebaliknya menyatakan telah membayar semua kewajiban pajaknya sesuai aturan yang berlaku dan siap bekerja sama sepenuhnya dengan pemerintah Indonesia.
Ditjen Pajak memperkirakan penghasilan Google pada 2015 mencapai Rp 6 triliun. Sedankan menurut Google, pendapatannya di bawah Rp 500 miliar.
Indonesia selama beberapa waktu terakhir berusaha menagih utang pajak dari perusahaan-perusahaan raksasa internet seperti Google, Facebook dan Twitter untuk meningkatkan pendapatan pajaknya.
Kementerian Komunikasi dan Informasi mengatakan, Google dan Facebook meraup lebih dari 80 persen total pendapatan iklan digital di Indonesia, senilai sekitar 800 juta dolar pada tahun 2015.
Indonesia adalah salah satu pasar terbesar untuk Facebook dan Twitter.
Akhir tahun lalu, pemerintah Indonesia sempat membuka jalur negosiasi agar Google mau menyerahkan laporan pajak dan membayar tagihannya. Tapi perundingan menemui jalan buntu.
Pejabat kementerian Keuangan Muhammad Haniv berharap, Google segera menyerahkan data-data transaksinnya selambatnya sampai akhir Januari ini.
Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara sempat memikirkan opsi pemblokiran terhadap Google, jika bila perusahaan itu tetap menolak membayar pajak sebagaimana mestinya.
Perusahaan Yang Dominasi Ekonomi Dunia
Apple, Alphabet, Amazon, Facebook, Microsoft - perusahaan AS dominasi bursa internasional dengan saham yang bernilai paling tinggi. Handelsblatt merilis: jika dijumlah, kekayaan 100 perusahaan mencapai 14 trilyun Dolar.
Apple mengokohkan posisi sebagai perusahaan bernilai paling tinggi sedunia. Nilai sahamnya naik 1000 persen dalam kurun 10 tahun. Nilai bursanya mencapai 550 milyar Dolar. Perusahaan yang bermarkas di Cupertino ini terutama meraup pendapatan dari penjualan iPhone.
Foto: picture-alliance/dpa
Alphabet
Alphabet perusahaan payung Google tempati posisi 2, naik tiga tingkat dari 2014. Nilai bursanya sekitar 474 milyar Dolar. Pendapatan diraup selain lewat mesin pencari Google juga dari platform video YouTube dan sistem operasi Android.
Foto: picture-alliance/dpa/C. Kerkmann
Microsoft
Perusahaan perangkat lunak terbesar sedunia ini menyusul di posisi 3 turun satu tingkat dibanding tahun silam. Dominasi digital masih tetap dipegang perusahaan milik Bill Gates ini. Anak-anak generasi digital menunjukan tetap mendominasi tiga posisi pemuncak penguasa ekonomi Dunia.
Foto: Getty Images/AFP/T. Schwarz
Exxon Mobil
Perusahaan konvensional juga masih mendominasi bursa internasional. Peusahaan minyak Exxon Mobil misalnya masih bercokol di posisi 5. Nilai bursanya sekitar 340 milyar Dolar. Juga perusahan konvensional General Electric (8), Johnson & Johnson (9) serta Wells Fargo (10) masih mendominasi posisi 10 besar.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Nelson
Amazon
Supermarket online ini meroket ke posisi enam dari ranking ke 42 tahun 2014. Pendiri Amazon Jeff Bezos boleh bangga dengan prestasi perusahannya yang terus naik ke posisi 10 besar.
Foto: picture-alliance/dpa
Facebook
Perusahaan media sosial ini juga tembus 10 besar, dengan mengukuhkan diri di posisi 7. Suksesnya didukung akuisisi Instagram dan WhatsApp hingga bisa meraih 1,7 milyar users di seluruh Dunia. Nilai bursa Facebook mencapai 270 milyar Dolar.
Foto: picture-alliance/dpa
Perusahaan Jerman Melorot
Posisi perusahaan Jerman melorot tajam. Perusahaan farmasi dan kimia Bayer dengan nilai Bursa 96 milyar Dolar hanya berada di posisi 57. Dalam peringkat 100 perusahaan termahal 5 perusahaan Jerman lainnya masih bertahan, masing-masing SAP (73), Daimler (83), Siemens (88), Deutsche Telekom (92) dan Allianz (95).
Foto: Bayer AG
Ekonomi Dunia di Tangan Pengusaha
Nilai 100 perusahaan bernilai bursa paling tinggi sedunia pada 2015 terus melambung. Harian ekonomi Handelsblatt dan perating Ernst & Young menaksir jumlahnya mencapai 14 trilyun Dolar. Kekayaannya setara dengan kekuatan ekonomi Jerman, Perancis, Inggris, Kanada, India dan Indonesia digabung bersama.