Indonesia kembali berpartisipasi dalam ajang pameran buku Frankfurt Book Fair (FBF) 2018. Pameran buku ini merupakan salah satu pameran buku dan wadah jual beli izin penerbitan buku yang terbesar di dunia.
Iklan
Frankfurter Buchmesse atau Frankfurt Book Fair (FBF) adalah pameran buku internasional yang digelar sejak tanggal 10 Oktober hingga 14 Oktober 2018 di kota Frankfurt. Tujuan pameran buku internasional ini adalah untuk memfasilitasi bertemunya para penerbit, penulis dan pecinta literatur untuk berinteraksi dan berbagi informasi mengenai industri buku dan literatur dari seluruh dunia.
Pada FBF 2018 ini, partisipasi Indonesia bertemakan "17.000 Islands of Imagination." Ketua Komite Buku Nasional, Laura B. Prinsloo, menyampaikan bahwa Indonesia selain memamerkan buku-buku yang sudah dikurasi, terdapat 11 penerbit, 2 pengarang dan 400 judul buku yang bergabung di stand Indonesia.
Konjen RI Frankfurt, Toferry P. Soetikno hadir dalam acara tersebut untuk memberikan dukungan kepada penerbit dari Indonesia yang menjadi peserta pada pameran FBF. Dalam sambutannya pada resepsi di stand Indonesia, Konjen RI Frankfurt menyampaikan bahwa semakin besar tantangan industri buku pada masa digitalisasi saat ini. "Masyarakat pecinta buku dan literatur dituntut untuk lebih jeli di dalam menerima dan memilah informasi dari buku atau literatur."
Indonesia Terus Kembangkan Sayap di Pameran Buku Frankfurt 2017
Di Frankfurt Book Fair 2017, Indonesia memboyong ratusan judul buku. Bagaimana sepak terjang Indonesia di pameran buku terbesar di dunia ini?
Foto: DW/A.Purwaningsih
Kembali tampil di Frankfurt
Indonesia kembali berpartisipasi dalam ajang pameran buku 'Frankfurt Book Fair'. Dalam ajang salah satu pameran buku terbesar sedunia ini, Indonesia memboyong sekitar ratusan judul buku.
Foto: DW/A.Purwaningsih
Sejak jadi tamu kehormatan...
Ketua Komite Buku Nasional, Laursa Prinsloo menjelaskan, sejak Indonesia menjadi tamu kehornatan pameran buku Frankfurt 2015, cukup banyak perkembangan dalam dunia literasi di tanah air, dimana kini mulai diciptakan strategi untuk bisa memasarkan buku-buku Indonesia berkualitas di mancanegara, misalnya lewat bantuan subsidi riset dan pelatihan promosi bagi penulis.
Foto: DW/A.Purwaningsih
Program residensi bagi penulis
Subsidi riset bagi penulis diberikan lewat program residensi bagi penulis untuk melakukan riset di mancanegara. Mereka tersebar hingga ke Inggris, Belanda dan Portugal. Salah satu peserta residensi adalah Zaky Yamani penulis buku "Bandar: Keluarga, Darah dan Dosa yang Diwariskan". Untuk keperluan risetnya, ia bermukim selama tiga bulan di Portugal.
Foto: DW/A.Purwaningsih
Diminati pengunjung
Stand Indonesia cukup banyak diminati pengunjung. Banyak di antara mereka yang melakukan janji temu dengan sejumlah perwakilan penerbit Indonesia yang berpartisipasi dalam pameran kali ini.
Foto: DW/A.Purwaningsih
Buku anak digemari
Buku anak Indonesia yang dipamerkan di Frankfurt Book Fair 2017 banyak peminat. Beberapa penerbit Indonesia yang memamerkan buku anak mengatakan banyak sekali penerbit dari luar negeri yang tertarik untuk membeli hak cipta buku-buku tersebut.
Foto: DW/A.Purwaningsih
Di tanah air bersaing dengan Korea
Meski demikian Noni Timotius dari penerbit Bhuana Ilmu Populer menjelaskan, buku-buku Indonesia di tanah air sendiri juga masih harus bersaing dengan buku-buku dari mancanegara terutama Korea Selatan, yang banyak diminati orangtua untuk diberikan kepada buah hati mereka, mengingat banyaknya unsur pendidikan dalam buku-buku tersebut.
Foto: DW/A.Purwaningsih
Ajang diskusi dalam pameran buku
Dalam pameran buku kali ini, Indonesia juga tampil dengan berbagai diskusi. Salah satu di antaranya adalah diskusi tentang toleransi di Indonesia, yang menghadirkan penulis Zaky Yamami, Avianti Armand dan Ben Sohib. Ketiganya juga mengikuti program residensi Komite Buku Nasional.
Foto: DW/A.Purwaningsih
Pembacaan buku
Sejumlah buku juga dibacakan oleh para penulis Indonesia, seperti Wajah Terakhir karya Mona Slyviana dan karya-karya Zen Hae yang terkenal dengan tulisan-tulisannya yang ironi dan penuh humor. (Ed: Ayu Purwaningsih/TS)
Foto: DW/A.Purwaningsih
8 foto1 | 8
Salah satu penulis buku terkenal, Laksmi Pamuntjak, hadir pula di stand Indonesia, yang juga menyampaikan informasi tentang beberapa judul buku baru yang ditulisnya dan menjadi best seller di FBF sebelumnya. Salah satu bukunya adalah mengenai kreasi kuliner Indonesia.
Partisipasi Indonesia pada FBF berhasil mencapai puncaknya ketika menjadi Guest of Honor di tahun 2015. Saat itu, di samping sekitar 1.000 judul buku yang ditampilkan, Indonesia membawa serta 70 penulisnya. Meski pada gelaran kali ini Indonesia berstatus sebagai tamu reguler, namun kiprahnya di FBF 2018 cukup bagus. Literatur Indonesia diminati oleh penerbit-penerbit dari negara lain, tak terkecuali negara Jerman sendiri.
Berkat tampil di FBF yang diadakan setiap tahun, Indonesia telah berhasil menjual hak terbit ratusan judul buku ke penerbit-penerbit di luar negeri. Sampai Oktober ini, dari rangkaian pameran buku internasional yang diikuti Indonesia di Bologna, London, Beijing, dan Jakarta, ada ratusan judul buku yang tengah dalam tahap negosiasi pembelian.
vlz/yf (KJRI Frankfurt)
Ketika Budaya Indonesia Merambah Jerman: FBF 2015
Indonesia diundang menjadi Tamu Kehormatan di Frankfurt Book Fair 2015, mengambil alih status itu dari Finlandia (2014).
Foto: Yayat Supriyatno
Indonesia Jadi Tamu Kehormatan
Oktober 2014, pada penutupan Frankfurt Book Fair, Guest of Honour (Tamu Kehormatan) Finlandia secara resmi menyerahkan status itu kepada delegasi Indonesia.
Foto: Frankfurter Buchmesse/A. Heimann
Gulungan Guest of Honour
Dengan menerima gulungan Guest of Honour, dimulailah kerja keras satu tahun mempersiapkan penampilan prima di Pameran Buku Frankfurt 2015.
Foto: Frankfurter Buchmesse/A. Heimann
Ketua Komite Nasional Indonesia: Slamet Rahardjo dan Goenawan Mohamad
Dua tokoh budaya Indonesia terpilih memimpin Komite Nasional Guest of Honour FBF 2015: Sutradara, aktor dan pemeran panggung kawakan Slamet Rahardjo, dan budayawan kondang Goenawan Mohamad.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Pameran Buku Leipzig, 12 - 15 Maret 2015
Penampilan pertama Indonesia di Jerman dimulai dari Pameran Buku Leipzig, 12 sampai 15 Maretb 2015. Indonesia memboyong banyak penulis dan buku-buku ke ajang ini. Sekitar 2000 penerbit dari 42 negara tampil di Leipzig.
Foto: picture-alliance/dpa/H. Schmidt
Laksmi Pamuntjak dan Amba (Alle Farben Rot)
Salah satu penulis perempuan Indonesia, Laksmi Pamuntjak, digaet penerbut besar Jerman Ullstein Verlag. Penerbit itu langsung melakukan promosi gencar buku Amba, yang diterbitkan dengan titel Jerman "Alle Farben Rot". Dalam foto acara pembacaan dan diskusi buku, bersama artis Jerman Milena Karas.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Sukses menembus pasar buku Jerman
Alle Farben Rot yang terbit di Ullstein Verlag segera menduduki peringkat atas untuk buku-buku dari penulis non-Eropa, dan menjadi satu buku dengan angka penjualan tertinggi di Jerman.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Kunjungan 17 Jurnalis Jerman ke Indonesia
Panitia FBF di Frankfurt, bekerjasama dengan Komite Nasional di Indonesia, menyelenggarakan program kunjungan wartawan Jerman dari media online. cetak dan elektronik ke Jakarta dan Makassar, awal Juni 2015. Semua media terkemuka Jerman ikut dalam delegasi ini.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Terjebak Macet di Jakarta
Hari pertama kunjungan ke Indonesia, bis para wartawan Jerman terjebak macet di Jakarta. Tapi mereka kagum dengan ketenangan sopir bis, yang menurut mereka seharusnya sudah menderita sakit jantung menghadapi lalu lintas yang serba kacau.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Diundang ke Istana bertemu Presiden Jokowi
Tanggal 3 Juni 2015, sehari sebelum bertolak ke Makassar International Writers Festival, para wartawan diundang Presiden Joko Widodo ke Istana Kepresidenan.
Foto: Yayat Supriyatno
Mendikbud Anies Baswedan membuka FBF 2015
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan mendapat kehormatan membuka Frankfurt Book Fair 2015 dan berpidato tanggal 13 Oktober 2015 di hadapan ribuan tamu undangan.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Dedert
Pavilyun Indonesia mengundang decak kagum pengunjung
Penampilan Pavilyun Indonesia menjadi salah satu atraksi utama Pameran Buku Frankfurt. Panitia FBF memuji Indonesia dengan menyatakan, inilah penampilan negara Guest of Honour yang terbaik selama 10 tahun terakhir. Artinya, Indonesia masih lebih baik daripada Cina, Brasil dan Turki.
Foto: DW/R. Nugraha
Ajang Pameran Buku terbesar dunia
Frankfurt Book Fair adalah ajang Pameran Buku terbesar dunia yang diselenggarakan setiap tahun. Sebagai Tamu Kehormatan, Indonesia memboyong sekitar 300 penulis, budayawan dan pelaku seni pertunjukkan untuk mengisi lebih dari 400 agenda acara yang digelar di berbagai kota di Jerman.
Foto: DW/R. Nugraha
Belasan seniman tampil di Frankfurter Kunstverein
Belasan seniman lukis, grafis dan seni rupa menggelar pameran di lokasi bergengsi Frankfurter Kunstverein dan di berbagai museum lain di Frankfurt. Film Indonesia diputar setiap malam di Deutsches Filmmuseum, Frankfurt. Sebelum pemutaran film, ada sesi diskusi dengan para sutradara yang khusus datang ke Jerman untuk acara ini.
Foto: DW/R. Nugraha
Pertunjukan Seni dan Musik
Berbagai pertunjukan tari dan musik digelar di arena FBF 2015. Ada juga pameran kuliner Indonesia dan peragaan memasak yang menyedot perhatian banyak pengunjung.
Foto: DW/R. Nugraha
Seni Instalansi Bambu di Frankfurter Kunstverein
Di sekitar gedung Frankfurter Kunstverein di pusat kota Frankfurt, dipasang instalasi bambu raksasa dari Indonesia, yang segera menjadi sorotan media dalam dan luar negeri.