Indonesia, Malaysia, dan Filipina Sepakati Patroli Bersama
13 Oktober 2017
Indonesia, Malaysia, dan Filipina akhirnya menyepakati Trilateral Air Patrol di Laut Sulu. Kesepakatan ini diambil untuk merespon gangguan keamanan di perairan yang dilewati kapal dagang bernilai bisnis tinggi.
Iklan
Mulai bulan depan Malaysia, Indonesia dan Filipina bekerja sama dalam mengkoordinasikan patroli udara dari Filipina Selatan yang dilanda konflik, untuk memerangi ancaman yang ditimbulkan oleh kelompok Islamis militan.
Ketiga negara tersebut telah meluncurkan patroli laut bersama empat bulan yang lalu di wilayah yang sama, Laut Sulu.
Kelompok Abu Sayyaf dikenal tanpa ampun memenggal sandera & musuhnya. Warga Indonesia tak luput jadi sasaran penculikan. Siapa dan bagaimana sepak terjang organisasi separatis di Filipina ini?
Foto: picture-alliance/dpa/L. Castillo
Melawan invasi Soviet di Afghanistan
Abu Sayyaf Group (ASG) didirikan sekitar tahun 1990 oleh Abdurajak Abubakar Janjalani, yang makin radikal setelah berpergian ke negara-negara Timur Tengah. Tahun 1988, Janjalani dilaporkan berjumpa Osama bin Laden di Pakistan dan berjuang bersama melawan invasi Soviet di Afghanistan. Setelah itu, Janjalani mulai mengembangkan misinya untuk mengubah Filipina selatan menjadi negara Islam.
Foto: AP
Merekrerut Eks MNLF
Setelah secara permanen kembali ke Filipina dari Timur Tengah, Janjalani merekrut anggota dari Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) yang kecewa dengan organisasinya, untuk menjadi cikal bakal ASG. Eks-MNLF ini dikenal lebih radikal dalam ideologi mendirikan negara Islam independen daripada mantan organisasi induknya.
Foto: picture-alliance/AP Photo/N. Butlangan
Lokasi geografis & jumlah anggota
Abu Sayyaf dalam bahasa Arab berarti bapak ahli pedang. Kelompok separatis Abu Sayyaf terdiri milisi yang berbasis di sekitar kepulauan selatan Filipina, seperti Jolo dan Basilan. Menurut kantor berita Associated Press, jumlah pengikutnya hingga tahun 2015 sekitar 400 orang.
Militer dan WNA jadi sasaran
Sepanjang tahun 1990-an, ASG beralih menggunakan aksi kekerasan untuk mendapatkan pengakuan, antara lain terlibat dalam pemboman, penculikan, pembunuhan, dan serangan terhadap pemeluk Kristen dan orang asing. ASG juga membidik militer Filipina sebagai sasaran kekerasan.
Foto: Reuters
Janjalani tewas, ASG pun retak
Setelah pasukan polisi Filipina tewaskan Janjalani dalam baku tembak 1998, ASG retak. Satu faksi dipimpin saudaranya, Khadaffy Janjalani, faksi lain dipimpin Galib Andang. Ketika aliran dana Al Qaida berkurang, kelompok teror itu mencari uang lewat penculikan. Tahun 2000, ASG menculik 21 orang dari sebuah resor di Malaysia. Foto: Mereka berpose di kamp setelah membebaskan 3 sandera
Foto: picture-alliance/dpa
Jadi target operasi anti teror AS
Sebagai buntut dari serangan Al Qaida 11 September, 2001 di Amerika Serikat, ASG juga jadi target pasukan AS dan Angkatan Bersenjata Filipina (AFP) di bawah Operation Enduring Freedom. Galib Andang ditangkap tahun 2003.
Foto: AP
Konsolidasi dan serangan mematikan
ASG konsolidasi lagi & lakukan beberapa serangan besar di awal 2000-an. Termasuk serangan paling mematikan di Manila Bay yang menewaskan 116 orang tahun 2004. Terpidana terorisme Indonesia Umar Patek, pernah didapuk jadi anggota Majelis Syura Abu Sayyaf pada tahun 2005-2006. Kini ia menawarkan bantuan negosiasi guna bebaskan 10 sandera asal Indonesia.
Foto: AP
Penculikan dan pemenggalan
Sejak 2007 ASG sering mengancam untuk memenggal kepala sandera jika tak diberikan uang tebusan. Kebanyakan korban penculikan adalah warga Filipina, orang asing di Filipina selatan, termasuk wisatawan dan pekerja asing. Beberapa analis dan pejabat pemerintah menilai ASG lebih menyerupai geng kriminal daripada sebuah organisasi ideologis.
Foto: picture-alliance/dpa
Terkecil, tidak dianggap, tapi paling radikal
Lantaran tidak diajak bernegosiasi, ASG 2014 silam berusaha melemahkan putaran terakhir perundingan damai antara pemerintah dan separatis Filipina. Juli 2014, ASG menewaskan 21 Muslim yang merayakan akhir Ramadhan di Jolo, sebagai balasan atas dukungan mereka dalam proses perdamaian. Di tahun yang sama 2 warga Jerman diculik Abu Sayyaf. Operasi pembebasan dilakukan besar-besaran.
Foto: Reuters
Mendukung ISIS
Tahun 2014 sekelompok orang yang mengaku anggota ASG memublikasikan video untuk mendeklarasikan loyalitas terhadap ISIS. Para ulama dan pejabat percaya bahwa kesetiaan ASG kepada IS semata-mata untuk mempromosikan kepentingan sendiri. IS diyakini tidak memberikan dana atau dukungan material lain untuk ASG.
Foto: picture-alliance/dpa
Sandera Jerman dibebaskan
Bulan September 2014, ASG mengancam akan membunuh sandera Jerman, menuntut Jerman membayar tebusan dan menarik dukungannya kepada AS. Stefan Okonek dan Henrike Dielen ditangkap pada April 2014 ketika kapal pesiar mereka mengalami kerusakan di sekitar Pulau Palawan, Filipina. Dua sandera ini akhirnya dibebaskan 17 Oktober 2014 setelah para militan mendapat uang tebusan.
Foto: REUTERS/Armed Forces of the Philippines
Pembebasan warga Italia
Selain 10 sandera warga Indonesia, beberapa warga asing ikut menjadi korban penculikan dan ancaman pemenggalan tahun ini. Satu di antaranya,warga Italia, Rolando Del Torchio, yang dibebaskan April silam. Saat ini Abu Sayyaf dipimpin oleh Isnilon Hapilon, seorang warga Filipina yang kini jadi buronan Amerika.
Foto: picture-alliance/AP Photo/Armed Forces of the Philippines Western Mindanao Command via AP
12 foto1 | 12
Atasi penculikan dan perompakan
Di luar itu, juga terjadi serentetan aksi penculikan di Laut Sulu oleh Abu Sayyaf, sebuah kelompok militan Islam Filipina. Peresmian patroli tersebut berlangsung pada hari Kamis (12/10) di pangkalan angkatan udara, tak jauh dari Kuala Lumpur. Acara itu dihadiri oleh para menteri pertahanan dari ketiga negara tersebut.
Negara-negara tersebut akan bergiliran memimpin patroli, dimulai dengan Malaysia pada bulan November, diikuti oleh Filipina pada bulan Desember dan Indonesia pada bulan Januari mendatang.
Kekuatan Laut Negara yang Bertikai di Laut Cina Selatan
Sebanyak 7 negara terlibat dalam konflik teritorial di Laut Cina Selatan, termasuk juga Indonesia. Tapi sebesar apa kekuatan angkatan laut masing-masing negara yang bertikai?
Cina setidaknya memiliki satu kapal induk, yakni Liaoning, dan berniat membangun satu kapal induk lain, Warjag. Selain itu negeri tirai bambu ini juga menguasai 57 kapal selam, 78 kapal fregat dan kapal perusak , 27 korvet, 180 kapal patroli, 52 kapal pendarat dan 523 kapal penjaga pantai. Secara umum Angkatan Laut Cina memiliki 235.000 pasukan yang terbagi dalam tiga armada.
Foto: Reuters/Stringer
Singapura
Meski negara pulau, angkatan laut Singapura hanya memiliki 3.000 pasukan yang bertugas mengamankan wilayah perairan dari perompak. Secara umum negeri jiran ini menguasai 4 kapal selam, 6 kapal fregat dan kapal perusak, 6 kapal korvet, 29 kapal patroli dan 102 kapal penjaga pantai.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Drake
Thailand
Meski tidak terlibat konflik secara langsung, posisi Thailand turut dipertimbangkan dalam konflik Laut Cina Selatan. Beranggotakan 44.000 tentara, angkatan laut negeri gajah putih ini memiliki satu kapal induk helikopter buatan Spanyol, HTMS Chakri Naruebet, 9 kapal fregat dan perusak, 7 kapal korvet, 77 kapal patroli, 2 kapal pendarat dan 94 kapal penjaga pantai.
Foto: Ponchai Kittiwongsakul/AFP/Getty Images
Filipina
Dari semua negara, angkatan laut Filipina dengan 24.000 personil termasuk yang paling lemah, terutama jika mempertimbangkan posisinya dalam konflik di Laut Cina Selatan. Jiran di utara ini hanya memiliki 4 kapal fregat buatan Amerika Serikat, 10 unit korvet yang sebagian sudah menua, 66 kapal patroli, 4 kapal pendarat dan 72 kapal penjaga pantai.
Foto: Reuters/Maritime Staff Office of the Defense Ministry of Japan
Vietnam
Vietnam banyak membenahi kekuatan angkatan lautnya sejak beberapa tahun terakhir. Kini angkatan laut Vietnam yang beranggotakan 40.000 serdadu memiliki 7 kapal selam anyar kelas Kilo buatan Rusia, 2 kapal fregat, 7 kapal korvet, 61 kapal patroli, 8 kapal pendarat tank dan 78 kapal penjaga pantai.
Foto: picture-alliance/Russian Look
Indonesia
Belakangan Jakarta meningkatkan pengamanan di perairan Natuna. Saat ini Indonesia adalah kekuatan terbesar kedua setelah Cina dalam konflik di Laut Cina Selatan. TNI AL saat ini memiliki 2 kapal selam, 12 kapal fregat dan perusak, 27 korvet, 64 kapal patroli, 19 kapal pendarat tank dan 43 kapal penjaga pantai. Namun begitu usia armada laut Indonesia juga tergolong yang paling tua di kawasan.
Foto: AFP/Getty Images/J. Kriswanto
Malaysia
Kekuatan angkatan laut Malaysia yang berkekuatan 14.000 personil hampir menyaingi Indonesia. Selain 2 kapal selam anyar buatan Spanyol, Malaysia juga memiliki 10 kapal fregat atau perusak, 4 kapal korvet buatan Jerman, 33 kapal patroli dan 317 kapal penjaga pantai. (rzn/hp - sumber: IISS, SIPRI)