Salah satu pameran industri terbesar dunia, Hannover Messe, kembali akan digelar sepenuhnya, setelah dua tahun terhenti karena pandemi. Pameran akan dibuka minggu depan oleh Presiden Joko Widodo dan Kanselir Olaf Scholz.
Iklan
Untuk pertama kalinya setelah pandemi COVID-19, pameran industri Hannover Messe kembali digelar di Kota Hannover, mulai 17 sampai 21 April 2023. Indonesia akan menjadi fokus utama sebagai Partner Country, tapi pameran ini juga akan dihadiri oleh 4.000 lebih pemamer dari seluruh dunia.
Pameran itu akan dibuka oleh Presiden RI Joko Widodo dan Kanselir Jerman Olaf Scholz. Mottonya: Inovasi, Inspirasi, Interaksi: Solusi Berjaringan dan Produksi Ramah Iklim. Fokus utama yang jadi sorotan tentu saja digitalisasi, inovasi teknologi komunikasi, keamanan pasokan dan proses produksi minim emisi.
Yang dicari dalam pameran terutama adalah terobosan-terobosan teknologi baru dalam produksi yang mengandalkan kecerdasan buatan dan pengolahan data, yang dalam jangka menengah bisa mewujudkan proses produksi nol emisi.
Menurut Direktur Hannovermesse Jochen Köckler, konkretnya yang dibutuhkan adalah manajemen energi yang efisien, dan proses produksi yang didukung kecerdasan buatan dan data-data. Namun khususnya di Jerman, ada empat tantangan besar.
Menghadapi perubahan iklim dengan inovasi teknologi
"Saat ini (di Jerman) kita menghadapi empat masalah besar, yaitu perubahan iklim, kelangkaan energi, hambatan rantai pasokan dan kurangnya tenaga kerja terampil," kata Köckler. Solusi akan muncul dari sektor teknologi, dan di Hannover Messe, gagasan-gagasan untuk solusi akan dipertemukan, jelasnya. Di Hannover, perusahaan raksasa dan perusahaan kecil sama-sama berperan mengejar inovasi.
Iklan
"Yang akan memamerkan produknya adalah perusahaan raksasa seperti Siemens, perusahaan besar yang sudah mapan seperti SAP, tetapi juga banyak perusahaan menengah dan perusahaan rintisan yang mendaftarkan diri," kata Jochen Köckler.
Perlindungan iklim, efisiensi energi dan otomatisasi dalam produksi berjalan beriringan, kata Köckler. Soal proses produksi ramah iklim saja, ada lebih 500 perusahaan yang memperkenalkan inovasinya. "Adalah tugas industri untuk menemukan proses produksi yang bebas CO2," jelasnya.
World Cities Day: Upaya Kota-kota Dunia Atasi Perubahan Iklim
Jumlah orang yang tinggal di perkotaan diperkirakan akan membengkak pada dekade mendatang, menambah tekanan pada kota metropolitan untuk mengurangi jejak karbon. Jadi, bagaimana upaya mengatasinya?
Foto: Reuters/S. Pamungkas
Tantangan pertumbuhan berkelanjutan
Menurut PBB, wilayah perkotaan menghabiskan lebih dari dua pertiga energi dunia dan bertanggung jawab atas 70% emisi karbon. Kota juga merupakan rumah bagi lebih dari separuh penduduk planet ini. Dengan perkiraan peningkatan populasi perkotaan, upaya kota-kota ini menangani air, polusi, limbah, transportasi dan energi menjadi sangat penting unguk mengatasi perubahan iklim.
Foto: Getty Images/AFP/T. Aljibe
Kopenhagen: Komitmen netralitas iklim
Kopenhagen berencana menjadi kota netral karbon pertama di dunia pada tahun 2025. Untuk sampai pada tujuan ini, ibu kota Denmark ini ingin 75% perjalanan dilakukan dengan berjalan kaki, bersepeda atau dengan transportasi umum. Harga parkir mobil pun dinaikkan dan diinvestasikan untuk ratusan kilometer jalan sepeda. Sistem pemanas kota juga beralih menggunakan biomassa ramah lingkugnan.
Foto: Alexander Demianchuk/TASS/dpa/picture-alliance
Bogota: Mobilitas bagi jutaan orang
Data PBB menunjukkan bahwa sistem angkutan cepat bus di ibu kota Kolombia yang diluncurkan sejak tahun 2000 ini berhasil menurunkan emisi CO2 dan meningkatkan kualitas udara. Jaringan TransMilenio di Bogota mengangkut 2,4 juta penumpang setiap harinya dan mencakup 85% wilayah kota. Pemerintah berencana membuka metro pada 2022 dan mengganti bus diesel dengan bus hybrid dan lsitrik pada 2024.
Foto: Transmilenio Colombia
Johannesburg: Bertani di kota
Afrika dengan pertumbuhan kota tercepatnya di dunia menjadi tatanngan baru terkait permasalahan iklim seperti kerawanan pangan dan air. Di Johannesburg, Afrika Selatan, penduduk seperti Lethabo Madela menanam tanaman obat dan sayuran. Pejabat mengatakan kepada Reuters bahwa ada 300 pertanian semacam ini di kota berpenduduk 4,4 juta ini - di atap rumah, halaman belakang dan tanah kosong.
Foto: Guillem Sartorio/Getty Images
Singapura: Ruang hijau
Selain menyediakan makanan, taman juga dapat mendinginkan kota, menyerap CO2 dan mencegah banjir. Pusat bisnis Singapura terkenal akan jaringan area hijau dan taman yang mengesankan, termasuk Gardens by the Bay yang ikonik. Semua bangunan baru di negara-kota padat penduduk ini harus memiliki beberapa bentuk vegetasi, seperti taman gantung atau atap hijau.
Foto: picture-alliance/robertharding/B. Morandi
Oslo: Fokus kepada kualitas udara
Ibu kota Norwegia ingin mengatasi polusi udara dengan membuat semua mobil bebas emisi pada 2030. Oslo, dengan penduduk sekitar 690.000 orang, saat ini memiliki jumlah kendaraan listrik per kapita tertinggi di dunia. Pengemudi mendapatkan fasilitas seperti kredit pajak, akses jalur bus dan perjalanan gratis di jalan tol. Ketika polusi tinggi, kota dapat melarang sementara penggunaan mobil diesel.
Foto: DW/L.Bevanger
Seoul: Berurusan dengan sampah
Seoul berhasil kurangi limbah secara dramatis sejak tahun 1990-an dengan sistem "bayar saat membuang". Kota padat penduduk di Korea Selatan ini mendaur ulang 95% limbah makanannya, misalnya dengan tempat sampah otomatis yang menimbang dan menagih penduduk atas apa yang mereka buang dengan kartu identitas yang bisa dipindai. Limbah makanan kemudian diubah menjadi kompos, pakan ternak atau biofuel.
Foto: CC BY 2.0 kr
Rotterdam: Air dan pasang naik
Rotterdam rentan terhadap ancaman iklim seperti pasang naik karena berada di bawah permukaan laut. Untuk berlindung dari banjir, telah dibangun taman di puncak gedung untuk menyerap limpasan air, "alun-alun air" untuk menampung air hujan dan garasi parkir yang dirancang sebagai waduk. Pemerintah juga membangun struktur terapung - termasuk peternakan sapi ini - untuk menahan air yang merambah.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Corder
Reykjavik: 100% energi terbarukan
Islandia dapat menghasilkan energi terbarukan dengan cukup murah berkat melimpahnya sumber daya hidro dan panas bumi. Ibu kotanya, Reykjavik, adalah kota Eropa pertama yang sepenuhnya mengandalkan listrik terbarukan untuk menghangatkan rumah dan kolam renang. Bahan bakar fosil masih digunakan untuk transportasi dan perikanan, tetapi kota ini berharap dapat menghapus emisi tersebut pada tahun 2040.
Foto: picture-alliance/U. Bernhart
Vancouver: Bangunan hijau
Bangunan merupakan sumber utama emisi di kota karena daya yang mereka gunakan untuk penerangan, pendinginan dan pemanas. Vancouver ingin menjadikan semua bangunan baru netral karbon pada tahun 2030 dan bangunan lama pada tahun 2050. Contohmya Vancouver Convention Center yang memiliki atap hijau dengan 400.000 tanaman untuk mengisolasi panas dan menggunakan air laut untuk pemanasan dan pendinginan.
Foto: robertharding/Martin Child/picture-alliance
Surabaya: Sampah botol plastik untuk tiket bus
Sampah plastik merupakan salah satu permasalahan utama. Kota terbesar kedua di Indonesia ini terpilih oleh Guangzhou Institute for Urban Innovation sebagai salah satu kota paling berkelanjutan. Pemerintah kota meluncurkan proyek bus 'Suroboyo' yang memungkinakan penumpang membayar tiket dengan botol plastik bekas dan berhasil mengumpulkan hingga 250 kg sampah plastik tiap harinya. (Ed.: st/ae)
Foto: Reuters/S. Pamungkas
11 foto1 | 11
Indonesia ingin masuk 10 besar dunia pada 2030
Salah satu tema yang akan jadi sorotan juga adalah masalah sampah plastik, dan mencari material pengganti untuk bahan plastik berbasis minyak mentah. Di samping peragaan teknologi dan mesin-mesin, berbagai acara diskusi dan konferensi digelar.
Indonesia sebenarnya sudah menjadi Partner Country pada tahun 2021, tetapi ajangnya akhirnya ditunda karena pandemi COVID-19. Sebagai negara dengan wilayah terbesar dan penduduk terbanyak di Asia Tenggara, Indonesia dianggap punya potensi besar naik menjadi negara industri baru dalam satu dekade mendatang.
Tahun 2022, pameran diperkecil dan kebanyakan acara berlangsung secara hibrid lewat konferensi video. Ketika itu Hannove Messe dikunjungi sekitar 75.000 orang, dan 15.000 peserta mengikuti acaranya. "Orang sekarang merasakan bahwa pertemuan langsung itu jauh berbeda dengan pertemuan jarak jauh. Terutama di masa krisis, orang ingin berkomunikasi secara langsung," kata Jochen Köckler.
Di Hannover Messe, Indonesia akan memamerkan kapasitasnya dalam kemajuan teknologi, barang dan jasa, serta potensi bakat sumber daya manusianya, demikian tertera di halaman promosi. Indonesia memang punya tujuan ambisius, dan terutama mengandalkan tujuh sektor utama: industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian jadi, otomotif, elektronik, kimia, peralatan medis, dan industri farmasi. Itulah sektor-sektor yang diharapkan bisa mengangkat Indonesia masuk ke dalam jajaran 10 besar perekonomian dunia pada tahun 2030.