1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiJerman

Indonesia Partner Country di Hannover Messe 2023

11 April 2023

Salah satu pameran industri terbesar dunia, Hannover Messe, kembali akan digelar sepenuhnya, setelah dua tahun terhenti karena pandemi. Pameran akan dibuka minggu depan oleh Presiden Joko Widodo dan Kanselir Olaf Scholz.

Foto ilustrasi pembukaan Hannovermesse di Jerman
Foto ilustrasi pembukaan Hannovermesse di JermanFoto: AP

Untuk pertama kalinya setelah pandemi COVID-19, pameran industri Hannover Messe kembali digelar di Kota Hannover, mulai 17 sampai 21 April 2023. Indonesia akan menjadi fokus utama sebagai Partner Country, tapi pameran ini juga akan dihadiri oleh 4.000 lebih pemamer dari seluruh dunia.

Pameran itu akan dibuka oleh Presiden RI Joko Widodo dan Kanselir Jerman Olaf Scholz. Mottonya: Inovasi, Inspirasi, Interaksi: Solusi Berjaringan dan Produksi Ramah Iklim. Fokus utama yang jadi sorotan tentu saja digitalisasi, inovasi teknologi komunikasi, keamanan pasokan dan proses produksi minim emisi.

Yang dicari dalam pameran terutama adalah terobosan-terobosan teknologi baru dalam produksi yang mengandalkan kecerdasan buatan dan pengolahan data, yang dalam jangka menengah bisa mewujudkan proses produksi nol emisi.

Menurut Direktur Hannovermesse Jochen Köckler, konkretnya yang dibutuhkan adalah manajemen energi yang efisien, dan proses produksi yang didukung kecerdasan buatan dan data-data. Namun khususnya di Jerman, ada empat tantangan besar.

Mobilitas listrik akan menjadi salah satu kunci pencapaian target perubahan iklimFoto: AP

Menghadapi perubahan iklim dengan inovasi teknologi

"Saat ini (di Jerman) kita menghadapi empat masalah besar, yaitu perubahan iklim, kelangkaan energi, hambatan rantai pasokan dan kurangnya tenaga kerja terampil," kata Köckler. Solusi akan muncul dari sektor teknologi, dan di Hannover Messe, gagasan-gagasan untuk solusi akan dipertemukan, jelasnya. Di Hannover, perusahaan raksasa dan perusahaan kecil sama-sama berperan mengejar inovasi.

"Yang akan memamerkan produknya adalah perusahaan raksasa seperti Siemens, perusahaan besar yang sudah mapan seperti SAP, tetapi juga banyak perusahaan menengah dan perusahaan rintisan yang mendaftarkan diri," kata Jochen Köckler.

Perlindungan iklim, efisiensi energi dan otomatisasi dalam produksi berjalan beriringan, kata Köckler. Soal proses produksi ramah iklim saja, ada lebih 500 perusahaan yang memperkenalkan inovasinya. "Adalah tugas industri untuk menemukan proses produksi yang bebas CO2," jelasnya.

Indonesia ingin masuk 10 besar dunia pada 2030

Salah satu tema yang akan jadi sorotan juga adalah masalah sampah plastik, dan mencari material pengganti untuk bahan plastik berbasis minyak mentah. Di samping peragaan teknologi dan mesin-mesin, berbagai acara diskusi dan konferensi digelar.

Indonesia sebenarnya sudah menjadi Partner Country pada tahun 2021, tetapi ajangnya akhirnya ditunda karena pandemi COVID-19. Sebagai negara dengan wilayah terbesar dan penduduk terbanyak di Asia Tenggara, Indonesia dianggap punya potensi besar naik menjadi negara industri baru dalam satu dekade mendatang.

Tahun 2022, pameran diperkecil dan kebanyakan acara berlangsung secara hibrid lewat konferensi video. Ketika itu Hannove Messe dikunjungi sekitar 75.000 orang, dan 15.000 peserta mengikuti acaranya. "Orang sekarang merasakan bahwa pertemuan langsung itu jauh berbeda dengan pertemuan jarak jauh. Terutama di masa krisis, orang ingin berkomunikasi secara langsung," kata Jochen Köckler.

Di Hannover Messe, Indonesia akan memamerkan kapasitasnya dalam kemajuan teknologi, barang dan jasa, serta potensi bakat sumber daya manusianya, demikian tertera di halaman promosi. Indonesia memang punya tujuan ambisius, dan terutama mengandalkan tujuh sektor utama: industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian jadi, otomotif, elektronik, kimia, peralatan medis, dan industri farmasi. Itulah sektor-sektor yang diharapkan bisa mengangkat Indonesia masuk ke dalam jajaran 10 besar perekonomian dunia pada tahun 2030.

hp/gtp (dpa, AFP, hannovermesse.de)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait