Elizabeth Pisani menerbitkan buku tentang pengalamannya menjelajahi Indonesia. Dalam wawancara dengan kantor berita Reuters, dia mengutarakan mengapa menulis buku tentang perjalanannya.
Iklan
Mengapa Anda ingin menulis buku seperti ini?
Elizabeth Pisani: Saya lihat sudah banyak sekali buku tentang politik dan militer di Indonesia, tapi sedikit sekali buku tentang kebudayaan dan masyarakatnya, terutama di pulau-pulau yang jauh. Padahal ini negara yang sangat besar, negara keempat terbesar di dunia dari jumlah penduduknya, hanya sedikit orang yang tahu.
Sejak 20 tahun terakhir, Anda sering berkunjung ke Indonesia. Apa daya tariknya?
Indonesia seperti pacar yang nakal. Sangat menarik, baik hati, hangat pada awalnya. Tapi kemudian berubah jadi nakal dan menyakitkan. Yang akhirnya membuat kita menangis tersedu-sedu. Tapi, kita tetap kembali lagi…
Apa masih ada pertanyaan besar dan Anda berusaha menemukan jawabannya?
Tidak ada satu tesis yang berlaku untuk Indonesia, sebab ini sebuah bangsa besar, jadi logis saja tidak ada satu definisi.
Jadi, dari mana datangnya judul "Indonesia, Etc" untuk buku Anda?
Diambil dari deklarasi kemerdekaan 1945. Ada bagian dari deklarasi itu yang menyebutkan: "Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dll., diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya". Sampai sekarang, mereka masih tetap membentuk yang "dll." itu.
Apa Anda mulai dengan sebuah rencana perjalanan?
Perjalanan itu berlangsung selama 13 bulan selama tahun 2011-2012. Saya mulai dari Sumba dan bergerak ke arah timur melawan arah jarum jam. Saya sengaja mulai dari Jawa, karena Jawa bagi pulau-pulau di luarnya cenderung jadi kekuatan yang mendominasi, dan Jakarta mendominasi Jawa. Kalau saya mulai dari Jawa, saya mungkin akan melihat Indonesia dari perspektif itu.
Lalu bagaimana Anda melakukan perjalanan berkeliling?
Saya kebanyakan menggunakan perahu atau kapal feri antar pulau, menggunakan sepeda motor, naik bis. Kadang-kadang saya juga naik pesawat carteran.
Apa prinsip Anda selama melakukan perjalanan ini?
Ada dua hal. Pertama prinsip yang berlaku dalam epidemiologi, yaitu pemilihan acak. Aturan kedua, "selalu jawab ya" kalau diundang.
hp/vlz (rtr)
Kesempatan Emas bagi Sastra Indonesia
Tahun 2015, menjadi terobosan baru dalam karya sastra Indonesia. Indonesia akan menjadi tamu kehormatan dalam Frankfurter Buchmesse, ajang pameran buku bergengsi di dunia, yang diselenggarakan tiap tahun di Frankfurt.
Foto: Frankfurter Buchmesse/A. Heimann
Acara Serah Terima
Serah terima Guest of Honour dari Finlandia kepada Indonesia Minggu, 12 Oktober 2014 di Pameran Buku Frankfurt.
Foto: Frankfurter Buchmesse/A. Heimann
Tarian Memukau
Penampilan musik dan tari Ayu Laksmi, Endah Laras dan Ariani, Minggu 12 Oktober 2014.
Foto: Frankfurter Buchmesse/A. Heimann
Tongkat Guest of Honour
Inilah tongkat Tamu Kehormatan yang diserahkan kepada Indonesia untuk 2015.
Foto: Frankfurter Buchmesse/A. Heimann
Dewi Dee Lestari
Dewi Dee Lestari bertukar pengalaman dengan penulis Finlandia Kjell Westo dalam acara serah terima.
Foto: Frankfurter Buchmesse/P. Hirth
Tamu Kehormatan
Indonesia akan menjadi tamu kehormatan di Frankfurter Buchmesse atau Frankfurt Book Fair pada tahun 2015 nanti. Dalam pameran buku akbar tahun ini dimana Finlandia menjadi tamu kehormatan, Indonesia mulai unjuk diri.
Foto: Frankfurter Buchmesse/Marc Jacquemin
17.000 Islands of Imagination
Indonesia mengemas keikutsertaan di FBF dalam tema "17.000 Islands of Imagination". Pulau dalam hal ini adalah semacam suatu imajinasi, kreativitas yang tidak terbatas yang lahir dan berkembang di 17.000 pulau di tanah air.
Foto: Frankfurter Buchmesse/Marc Jacquemin
Memperkenalkan Indonesia
Dalam pameran buku tahun ini pihak penyelenggara memperkenalkan peran serta Indonesia sebagai tamu kehormatan di Frankfurt Book Fair 2015. Hadir dalam konferensi pers, Direktur Frankfurt Book Fair Juergen Boos, Wakil Menteri Kebudayaan Indonesia, Wiendu Nuryanti, Goenawan Mohamad, penulis senior yang menjadi panitia delegasi Indonesia, dan Husni Syawie dari IKAPI.
Foto: Frankfurter Buchmesse/Marc Jacquemin
Banyak Peminat
Konferensi pers yang memperkenalkan Indoensia sebagai tamu kehormatan diserbu pengunjung. Menjadi tamu kehormatan sangat menguntungkan, karena mendapat kesempatan dalam menonjolkan Indonesia pada dunia. Bahkan, selama setahun sebelum penyelenggaraan, negara yang menjadi tamu kehormatan akan diperkenalkan ke publik dalam berbagai liputan media di Jerman.
Foto: Frankfurter Buchmesse/Marc Jacquemin
Ajang Penting
Pameran buku internasional di Frankfurt merupakan ajang yang sangat efektif dalam mengenalkan para penulis Indonesia yang selama ini kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah.
Foto: Frankfurter Buchmesse/Marc Jacquemin
Mencari Penerjemah
Bukan perkara mudah untuk mencari penerjemah buku Indonesia ke dalam bahasa Jerman. Direktur Frankfurter Buchmesse Jürgen Boos mengatakan: "Ini merupakan tantangan besar, untuk mencari penerjemah sastra ke bahasa Jerman.“
Foto: Frankfurter Buchmesse/Marc Jacquemin
Terobosan Indonesia
Pada pertengahan tahun 1970-an, fokus pameran lebih bersifat tematik. Namun sejak tahun 1980-an, tiap tahun dipilih tamu kehormatan dari berbagai negara dalam pameran akbar itu. Setelah Indonesia menjadi tamu kehormatan tahun 2015, Belanda akan menyusul sebagai tamu kehormatan 2016.