Indonesia Siap Jadi Tuan Rumah Pertemuan Ulama Internasional
30 Januari 2018
Dalam kunjungannya di Afghanistan, Presiden Jokowi menyatakan kesiapannya untuk menjadi tuan rumah pertemuan ulama internasional.
Iklan
Dalam kunjungan kenegaraan di Afghanistan, Presiden Joko Widodo menyempatkan diri melakukan pertemuan dengan Ketua Dewan Perdamaian Afghanistan Karim Khalili di Istana Haram Sarai, Kabul. Dalam kesempatan itu, Jokowi mengemukakan langkah berikut terkait rencana penyelenggaraan pertemuan ulama internasional: "Indonesia siap menjadi tuan rumah. Saran saya, pertemuan bersifat inklusif,” ujar Presiden. Tindak lanjut dari pertemuan ini akan segera ditindaklanjuti di Jakarta. "Kunjungan ke Kabul akan saya gunakan untuk meneguhkan komitmen Indonesia membantu peace building di Afghanistan sebagaimana diminta oleh Presiden Afghanistan," tandasnya seperti dikutip dari siaran pers Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden.
Pemerintah juga berterima kasih atas kunjungan yang dilakukan oleh Ketua Dewan Perdamaian Afghanistan beserta delegasi ke Jakarta beberapa waktu lalu. Melalui kunjungan balasan ini, Presiden Joko Widodo hendak meneguhkan komitmen Indonesia dalam membantu upaya perdamaian di Afghanistan. Kerja sama terkait pembangunan perdamaian di Afghanistan akan makin dimatangkan kedua pihak.
Jokowi Jadi Presiden Kedua yang Kunjungi Afghanistan Setelah Sukarno
Setelah 57 tahun, Presiden Republik Indonesia kembali melawat ke Afghanistan.
Foto: Bey Machmudin
Setelah Sukarno
Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana tiba di Bandara Internasional Hamid Karzai, Kabul, Afghanistan, Senin 29 Januari 2018 pukul 11.40 waktu setempat. Kunjungan Kenegaraan Presiden Jokowi ke Afghanistan merupakan kunjungan kedua Presiden Republik Indonesia ke Afghanistan setelah Kunjungan Kenegaraan Presiden Sukarno pada tahun 1961.
Foto: Bey Machmudin
Hujan salju
Udara dingin bahkan hujan salju yang selimuti Kabul tidak mengurangi hangatnya penyambutan yang dilakukan pemerintah Afghanistan. Pejabat Afghanistan yang menyambut: Wakil Presiden Sarwar Danish, Menteri Luar Negeri Salahudin Rabbani, Menteri Keuangan Eklil Hakimi, Dubes Afghanistan untuk Indonesia Roya Rahmani, Gubernur Kabul Mohammad Yaqoub Haidan, Walikota Kabul Abdullah Habibzal.
Foto: Bey Machmudin
Kunjungan pasca teror
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengucapkan terima kasih kepada pemimpin Indonesia atas kunjungannya dan belasungkawa yang diungkapkan Widodo untuk korban rangkaian serangan di Kabul sebelum kedatangannya.
Foto: Bey Machmudin
Soal keamanan
Joko Widodo mengadakan pembicaraan dengan para pejabat tinggi tingkat tinggi lainnya di Afghanistan dan membahas masalah bilateral. Ghani mengatakan bahwa dia berharap Afghanistan dapat memanfaatkan pengalaman Indonesia dalam mendapatkan dukungan para ulama untuk menghadapi ekstremisme.
Foto: Bey Machmudin
Konflik berkepanjangan
Afghanistan dililt konflik berkepanjangan. Ledakan bom di penghujung Januari ini bahkan menewaskan lebih dari 100 orang. Baru-baru ini delegasi Dewan Perdamaian Tinggi Afganistan, yang bertugas mempromosikan upaya perdamaian dengan Taliban dan kelompok gerilyawan lainnya, melakukan perjalanan ke Indonesia. Indonesia menegaskan kembali dukungan terhadap proses perdamaian Afghanistan.
Foto: picture-alliance/dpa/R. Gul
5 foto1 | 5
Pembangunan kompleks Indonesia Islamic Centre (IIC) di Kabul
Salah satu bentuk dukungan Indonesia dalam mewujudkan perdamaian di Afghanistan salah satunya juga ditunjukkan dengan berlanjutnya pembangunan kompleks Indonesia Islamic Centre (IIC) di Kabul.
Rencananya, fasilitas kesehatan akan turut dibangun dalam kompleks tersebut pada tahun ini. "Klinik kesehatan di kompleks IIC akan mulai dibangun pada musim semi 2018 melengkapi Masjid As-Salam yang telah digunakan oleh masyarakat Afghanistan sejak tahun 2015," ungkap Jokowi.
Kompleks IIC ini merupakan simbol atau monumen dari persahabatan Indonesia dan Afghanistan. Lokasi tersebut diharapkan akan menjadi pusat kegiatan yang mendorong perdamaian.
Hidup dan Perang di Afghanistan
Fotografer Majid Saeedi menunjukkan lewat karyanya, dampak perang puluhan tahun atas rakyat Afghanistan. Jejak-jejak konflik dan kekerasan terlihat jelas, bahkan di tempat yang tidak disangka.
Foto: Majid Saeedi
Anak-Anak Afghanistan
Rakyat Afghanistan sangat terpengaruh perang puluhan tahun. Saeedi merangkum hidup mereka dalam seri foto terbarunya, yang diberikan kepada DW. Banyak foto berfokus pada anak-anak, seperti anak laki-laki yang kehilangan lengannya akibat ledakan ranjau.
Foto: Majid Saeedi
Boneka Lambang Tragedi
Dua anak perempuan bermain dengan sebuah tangan palsu di Kabul. Foto seperti ini yang membuat jurnalis foto seperti Majid Saeedi dari Teheran memenangkan banyak penghargaan.
Foto: Majid Saeedi
Berharga Ribuan Kata
Majid Saeedi mulai membuat foto ketika berusia 16 tahun. Lebih dari dua dasawarsa terakhir ia memfokuskan diri pada sisi kemanusiaan pada konflik Timur Tengah dan daerah itu. Foto-fotonya dipublikasikan dalam berbagai majalah dan surat kabar bergengsi, misalnya majalah Jerman Der Spiegel, juga harian AS, Washington Post dan New York Times.
Foto: Majid Saeedi
Di Antara Reruntuhan
Tidak hanya rakyat Afghanistan yang menyuarakan masa lalu negara itu, melainkan juga banyak reruntuhan bangunan.
Foto: Majid Saeedi
Kontras Kuat
Luka-luka akibat perang dan pemandangan mengesankan. Kontras kuat antara sisi perang yang manusiawi dan tidak. Inilah salah satu topik dokumentasi foto Saeedi.
Foto: Majid Saeedi
Masalah Sehari-Hari
Kecanduan obat terlarang adalah masalah terbesar Afghanistan. Negara itu jadi penyedia sekitar 90% kebutuhan dunia akan opium. Jumlah orang yang kecanduan opium juga tinggi. Tidak ada data resmi tentang jumlah anak yang jadi pecandu, tetapi PBB menduga, jumlahnya sekitar 300.000.
Foto: Majid Saeedi
Panggilan Upacara
Di sini, para kadet berbaris di pagi hari di sebuah akademi di Kabul, untuk memulai latihan mereka. Angkatan bersenjata Jerman, Bundeswehr telah membantu Afghanistan melatih aparat keamanannya sejak lebih dari 10 tahun lalu. Tujuannya adalah agar Afghanistan punya sistem mililter dan kepolisian yang berfungsi untuk memastikan stabilitas negara setelah tentara asing ditarik 2014.
Foto: Majid Saeedi
Masa Kecil Menyedihkah
Di foto ini tampak seorang anak laki-laki sedang dihukum gurunya. Afghanistan tidak punya sistem pendidikan yang bagus, dan banyak anak terpaksa berhenti sekolah dalam usia dini dan mencari uang bagi keluarga mereka. Itupun jika mereka pernah bersekolah.
Foto: Majid Saeedi
Tidak Ada Akses untuk Pendidikan
Dekade sejak 1979 punya efek drastis pada pendidikan. Menurut statistik yang dipublikasikan pemerintah Jerman tahun 2011, sekitar 72% pria dan 93% perempuan tidak punya pendidikan formal. Tingkat buta huruf sekitar 70%.
Foto: Majid Saeedi
Burka dan Barbie
Foto ini menunjukkan sejumlah perempuan yang ikut pelajaran membuat boneka, yang dibiayai sebuah lembaga swadaya masyarakat dari Malaysia. Setiap kelas terdiri dari sekitar 80 murid. Tujuannya untuk membuat mereka bisa berdiri sendiri.
Foto: Majid Saeedi
Dendam Taliban
Setelah serangan Taliban di awal tahun 2011, segera setelah pembunuhan Osama bin Laden, empat orang tewas dan 36 luka-luka. Foto ini menunjukkan dua dari korban cedera di rumah sakit.
Foto: Majid Saeedi
Olah Raga
Dalam foto ini tampak dua atlet beristirahat setelah berlatih. Binaragawan adalah salah satu olah raga paling populer di Afghanistan.
Foto: Majid Saeedi
Memanen Perang
30 tahun terakhir sangat mempengaruhi kehidupan warga Afghanistan. Ini kenyataan yang bisa dilihat di lokasi-lokasi yang sama sekali tidak terduga.
Foto: Majid Saeedi
Madrasah
Ini foto anak-anak di sebuah madrasah di Kandahar, tahun 2011.
Foto: Majid Saeedi
Dilatih untuk Membunuh
Adu anjing sangat populer di Afghanistan. Anjing-anjing yang diadu sebelumnya dilatih untuk agresif dan membunuh lawannya.
Foto: Majid Saeedi
Terisolasi
Mereka yang sakit psikis kerap ditahan dalam kondisi tidak manusiawi, terisolasi dari masyarakat. Dalam foto ini tampak para pasien berbaring dan dirantai di kota Herat, Afghanistan barat.
Foto: Majid Saeedi
Nasib Menyedihkan
Akram kehilangan kedua lengannya. Ia menanggalkan tangan palsunya jika hendak tidur. Ia hanya satu dari banyak anak bernasib sama di Afghanistan.
Foto: Majid Saeedi
Misi Jelas
Majid Saeedi berusaha menangkap masalah sosial yang tidak dibicarakan, dalam foto-fotonya. Demikian halnya dengan kekerasan dan ketidakadilan.
Kedatangan Jokowi di Kabul disambut hangat Presiden Ashraf Ghani. "Saya sangat menghargai dan menyampaikan terima kasih dari rakyat Afghanistan atas kedatangan di sini. Presiden Jokowi selalu mendorong terjadinya perdamaian di Afghanistan,” ucap Presiden Ghani.
Selain itu, kedatangan Presiden Jokowi disebutkan orang nomor satu di Afghanistan itu membawa berkah bagi masyarakat Afghanistan, sebab kedatangannya diiringi turunnya hujan salju yang diyakini mereka membawa berkah. "Kedatangan Yang Mulia tidak perlu membawa emas, tapi membawa hujan dan salju. Hujan dan salju merupakan berkah bagi kami. Salju dan hujan tidak pernah memilih akan turun pada orang kaya atau orang miskin,” papar Presiden Ghani.
Presiden Joko Widodo juga menyampaikan rasa duka mendalam kepada Presiden Afghanistan Ashraf Ghani, beserta seluruh rakyat Afghanistan atas tragedi yang terjadi di Kabul, ibu kota Afghanistan, termasuk penyerangan akhir pekan lalu dan kemarin.
Pernyataan belasungkawa itu disampaikan Presiden saat pernyataan pers bersama usai pertemuan bilateral dengan Presiden Afghanistan yang berlangsung di Istana Presiden Agr, Kabul, Afghanistan pada Senin, 29 Januari 2018. Dalam keterangan pers disebutkan: "Saya berdoa agar para korban dapat segera pulih dan kepada keluarga serta kerabat yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kesabaran." Ditambahkannya: "Saya turut mendoakan agar keluarga dan sahabat yang ditinggal diberi ketabahan. Kekejian ini tidak akan melunturkan semangat kita. Namun, hanya akan semakin memperkuat keinginan untuk menciptakan perdamaian."
Bersamaan dengan itu, Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa kunjungannya ke Afghanistan ini merupakan bentuk penghormatan dirinya atas kunjungan serupa yang dilakukan Presiden Afghanistan ke Indonesia pada tahun lalu. Kunjungan Kenegaraan Bilateral Presiden Republik Indonesia ke Afghanistan ini sekaligus menjadi yang pertama setelah hampir enam dekade berlalu. Disebutkannya: "Kunjungan saya ke Afghanistan merupakan kunjungan Kenegaraan Bilateral pertama Presiden Republik Indonesia setelah hampir enam dekade. Terakhir Presiden Sukarno berkunjung ke Afghanistan, Mei 1961," imbuhnya.
Daftar Tokoh Muslim Paling Berpengaruh di Dunia
Daftar "The Muslim 500" memuat peringkat tokoh muslim berdasarkan pengaruhnya di dunia Islam. Sejumlah tokoh Indonesia juga masuk dalam 20 besar. Siapa saja?
Foto: picture-alliance/Godong
#1. Syeikh Ahmed Al-Tayyeb
Sejak mundur dari jabatan Presiden Universitas Al-Azhar, Kairo, Syeikh Ahmed Al-Tayyeb diangkat menjadi Imam Besar Al-Azhar. Di jabatan barunya ia banyak mengkampanyekan perdamaian. Dia berpesan kepada kaum Muslim agar menerapkan ajaran nabi Muhammad dalam konteks "kasih sayang dan perdamaian dunia." Menurut Al-Tayyeb siapa yang bertindak sebaliknya berarti mengamalkan Islam yang "sesat."
Foto: picture alliance/AP Photo/A. Nabil
#2. Raja Abdullah II bin Al-Hussein
Raja Abdullah II dari Yordania secara resmi bergelar "Pelindung Yerusalem". Ia tidak hanya berhasil meniti di antara dua badai Timur Tengah, yakni perang di Palestina dan Suriah, tetapi juga menawarkan diri sebagai payung pelindung pluralisme dalam Islam dengan menggagas Risalah Amman yang menyerukan toleransi dan mengharamkan kebiasan saling mengkafirkan.
Foto: Getty Images/D. Angerer
#3. Raja Salman Ibn Abdul Aziz
Pengaruh kuat Raja Salman di dunia Islam tidak hanya berwujud jaringan dakwah Salafisme Arab Saudi yang dikelola secara profesional dan menyebar di seantero Bumi. Tetapi juga manuver politiknya yang kerap berpegang pada statusnya sebagai penjaga dua kota suci Islam, yakni Mekkah dan Madinah. Tidak heran jika Raja Salman ditetapkan sebagai tokoh muslim nomer tiga paling berpengaruh di dunia.
Foto: Reuters/Saudi Press Agency
#4. Ayatollah Ali Khamenei
Selama 28 tahun Ayatollah Ali Khamanei memimpin Iran di bawah sistem Wilayatul Faqih. Bersamanya Iran menjadi kekuatan penyeimbang di Timur Tengah yang didominasi poros Arab Saudi, Israel dan Amerika Serikat. Pada 2010 Khamenei mengeluarkan fatwa bersejarah yang mengharamkan kaum Syiah menghina atribut keagamaan Sunni. Langkah itu disambut baik mufti besar Al-Azhar, Syeikh Ahmed Al-Tayyeb.
Foto: picture-alliance/AP Photo
#5. Raja Muhammad VI
Muhammad VI sering dijadikan contoh betapa sistem monarki tidak harus bernafas otoriter. Pada 2011 ia menggagas referendum konstitusi yang membatasi wewenangnya sendiri sebagai raja. Pengaruhnya terhadap umat muslim yang ia tanamkan melalui Universitas Al-Karouine mencakup sebagian besar pengikut madzhab Al-Maliki di seantero Afrika Utara.
Foto: imago/CTK Photo
#7. Ayatollah Ali Sistani
Ali Sistani tidak hanya dianggap sebagai otoritas agama tertinggi buat 21 juta pengikut Syiah di Irak, sikapnya yang menolak konsep Wilayatul Faqih juga menjadikannya sebagai kekuatan penyeimbang terhadap Ayatollah Khamenei di Iran. Sang Ayatollah juga aktif merajut damai kala perang Irak berkecamuk dan mendorong warga untuk memperkuat institusi demokrasi setelah kepergian Amerika Serikat.
Foto: AFP Photo/Getty Images
#8. Recep Tayyip Erdogan
Kendati banyak mendulang kritik lantaran manuver politiknya pasca kudeta 2016, Erdogan tetap dipandang sebagai salah satu tokoh muslim paling berpengaruh. Keberhasilannya membawa Turki menjadi salah satu negeri muslim paling makmur adalah salah satu alasan. Selain itu ia juga dinilai berhasil ikut menghadang geliat Islamic State di Suriah dan Irak.
Foto: Reuters/M. Sezer
#11. Sultan Qaboos bin Said al-Said
Selama 40 tahun berkuasa, Sultan Qaboos dinilai berhasil membawa Oman dari negeri miskin menjadi salah satu negara paling makmur di dunia. Tanpa gembar-gembor ia mendorong wajah Islam yang lebih moderat. Sultan Qaboos juga sukses membangun budaya keislaman yang mengawinkan tradisi lama dan asas modern. Tidak heran jika masyarakat muslim Oman sering dianggap sebagai permata dunia Islam.
Foto: imago/Xinhua
#12. Pangeran Muhammad bin Zayid al-Nahyan
Sebagai calon pewaris tahta Abu Dhabi dan calon Presiden Uni Emirat Arab, kecakapan Pangeran Muhammd bin Zayid al-Nahyan sebagai seorang politisi sudah banyak terbukti. Sang pangeran terutama dikenal royal mengucurkan dana sumbangan. Ia tercatat pernah menghabiskan dana hampir 200 juta US Dollar untuk memerangi Polio dan bisnis gelap perdagangan manusia.
Foto: imago/PanoramiC
#13. Joko Widodo
Kiprahnya menuju RI 1 berlangsung tanpa dukungan mayoritas tokoh muslim. Tapi Presiden Joko Widodo tetap dipandang berpengaruh di dunia Islam. Gaya pemerintahannya yang dinilai agresif dalam membangun perekonomian Indonesia dan kinerjanya yang dinilai bersih dari korupsi menjadikan Jokowi sebagai salah satu tauladan bagi kaum muslim.
Foto: Reuters/G. Lotulung
#15. Syeikh Abdul Aziz al Syeikh
Keluarga al-Syeikh sejak lama mengawal penerapan Syariah Islam di Arab Saudi. Mereka adalah keturunan langsung Muhammad Ibn Abdul Wahhab, pendiri ajaran Wahabisme dan Salafisme. Kendati pandangan keagamaannya yang sangat konservatif, ia berulangkali menyerukan umat Muslim agar memerangi ideologi terorisme sebagai musuh terbesar Islam.
Foto: Getty Images/AFP/H. Ammar
#20. Dr. Said Aqil Siradj
Bersama Nahdlatul Ulama, KH. Said Aqil Siradj adalah benteng terakhir konsep Islam Nusantara yang mengedepankan pluralisme dan perdamaian. Ia juga menggagas program internasional buat mengkampanyekan Islam moderat ala Nahdlatul Ulama di dunia. Sejak lama ia juga aktif membela kaum terpinggirkan dan menentang diskriminasi terhadap minoritas.
Foto: Gemeinfrei
12 foto1 | 12
ap/yf (Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden)