Indonesia Yang Mengejutkan
13 Oktober 2014Finlandia berpisah dari Pameran Buku Frankfurt 2014 dengan penuh keharuan. Betapa tidak, selama 20 tahun mereka berharap bisa tampil sebagai Tamu Kehormatan di ajang pameran buku terbesar dunia ini, selama enam tahun mereka mempersiapkan diri. Finlandia yang mengusung semboyan "so cool" akhirnya berlinang air mata.
Ketika penonton hening dalam larut keharuan setelah menikmati kata-kata halus, tiba-tiba sentakan musik keras mendera telinga. Publik terhentak kaget dan mendongak. Di layar digital yang terpentang melingkar di atas ruangan diputar film promosi Indonesia.
Mata-mata yang mengantuk mendadak terbuka lebar. Wah, apa ini? Kata seorang remaja Finlandia yang duduk menonton dari luar ruangan utama.
Layar film penuh warna-warni silih berganti, potongan adegan yang diramu cepat dan dinamis seperti berlomba-lomba, gambar layang-layang beterbangan di udara ruang Forum di Frankfurt Book Fair. Wah, Indonesia tampil mengejutkan!
Penampilan Indonesia di ujung acara Frankfurt Book Fair membangkitkan rasa ingin tahu besar pada publik Jerman yang menghadiri acara itu. Ada beberapa alasannya.
Publik berharap
Indonesia adalah negara muslim terbesar dunia, yang baru saja menyelesaikan pemilihan presiden yang demokratis untuk ketiga kalinya, dalam suasana relatif damai. Muslim dan demokrasi? Jokowi? Tentara tidak keluar dari barak? Apa yang sedang terjadi?
Dari tiga "negara muslim" yang umumya dinilai sebagai relatif moderat dan "cukup demokratis", yaitu Turki, Indonesia dan Malaysia, Indonesialah yang menerapkan sistem politik paling terbuka. Apakah Islam di Indonesia bisa menawarkan kontribusi bagi perdamaian dunia dan upaya membendung ekstrimisme?
Di Frankfurt, publik juga melihat banyaknya karya-karya penulis perempuan Indonesia yang diperagakan. Sayangnya, belum banyak yang bisa menikmati karya-karya itu, karena belum diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman.
Tahun 1995, Indonesia muncul sebagai Tamu Kehormatan di pameran industri Hannover. Ketika itu, aktivis-aktivis Jerman menggelar aksi protes massal mementang kehadiran Suharto.
2015, Indonesia akan tampil di Frankfurt dengan wajah yang jauh berbeda. Yang dirindukan publik tidak hanya penampilan karya-karya sastra, tapi juga buku-buku non fiksi yang bisa menjelaskan dinamika dan visi politik Indonesia.
Kejutan baru?
Kejutan apa yang akan muncul 2015, kita belum tahu. Selama ini, penampilan di ajang pameran internasional hanya sering dijadikan ajang "jalan-jalan" saja dan tidak dikelola secara profesional.
Yang pasti, perlu kerja keras untuk bisa menampilkan perkembangan Indonesia yang dinamis, muda dan keren, ketika Republik ini akan memasuki usia 70 tahun kemerdekaannya.
Motto Finlandia 2014 adalah "Finland. Cool". Moderator acara serah terima dari Jerman berceletuk: "Indonesia is hot…. And hot is the new cool". Indonesia memilih motto "17.000 Islands of Imagination".
Perlu imajinasi besar mengelola penampilan negara yang besar dan beragam ini sebagai tamu terhormat di Frankfurt 2015. Kita menanti dengan panas dingin.