Pemandangan menyayat hati itu terlihat ketika sang induk yang tengah berduka terus membawa bangkai bayinya berenang selama beberapa hari di Lautan Pasifik.
Iklan
Induk paus pembunuh (orca) itu menolak melepaskan mayat bayinya dan mendorongnya berenang di lautan selama enam hari.
Tahlequah, juga dikenal sebagai J35, melahirkan pada Selasa namun bayinya hanya bertahan hidup selama setengah jam.
Namun sang ibu menolak melepaskan anaknya dan tetap mendorong tubuh mati itu dengan kepalanya agar si anak tetap berada di permukaan air.
Paus lain yang merupakan anggota kawanannya tetap berada di dekat Tahlequah sepanjang waktu di dekat Pulau San Juan di Laut Salish, lepas pantai British Columbia dan Negara Bagian Washington.
"Tidak bisa dipercaya. Dia masih membawa bayinya dengan kepalanya, mendorongnya di air. Seluruh keluarganya juga tetap berada dekat dengannya," ujar Taylor Shedd dari Soundwatch yang memantau kawanan paus tersebut.
"Sirip punggungnya melengkung sempurna, pundak putihnya cemerlang dengan goresan paling samar... Lengkungannya berkilauan di bawah sinar matahari saat ia menyelam. Itu adalah pemandangan paling indah di dunia kalau Anda tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi," katanya melalui email.
Ritual Duka di Kalangan Binatang
Menggiriskan jika melihat bagaimana binatang berduka jika salah satu dari anggota kelompoknya mati. Apa yang dilakukan binatang untuk mengatasi rasa sedihnya?
Foto: picture-alliance/dpa/F. Gentsch
Tidak Bisa Dipisahkan
Ibu gorila bernama Gana di kebun binatang Münster Jerman, tidak bisa menerima bahwa anaknya, Claudio sudah mati.Selama beberapa hari ia menggendong jasad Claudio, dan melindunginya dari pekerja kebun binatang. Ini bukan hal aneh bagi semua jenis monyet, demikian peneliti. Beberapa induk bahkan menggendong bayinya, yang sudah jadi mumi, selama berminggu-minggu.
Foto: picture-alliance/dpa/F. Gentsch
Penguburan di Laut
Mamalia laut, seperti paus pembunuh, lumba-lumba juga membawa anaknya yang mati untuk sementara waktu, walaupun ini bukan pekerjaan mudah di dalam air. Peneliti mencatat bagaimana ibu lumba-buma berusaha mendorong jasad anaknya dengan moncongnya. Jika jasad tenggelam, si ibu berenang mengejarnya. Jika lumba-lumba dewasa mati, rekan-rekannya juga menjaga jasadnya selama berhari-hari.
Foto: Public Domain
Berduka Sangat Lama
Gajah terkenal dengan ingatannya yang sangat baik. Jadi tak heran, jika hewan ini berduka sangat intensif dan lama untuk rekan yang mati. Jika seekor gajah mati, yang lainnya menjaga jasadnya. Gajah-gajah dari kelompok lain juga datang menengok yang mati. Gajah juga kadang berkunjung ke kerangka gajah lain dan menyentuh tengkorak dengan belalainya.
Foto: picture alliance/WILDLIFE/M. Harvey
Perawatan Kulit Sebagai Cara Menghibur
Monyet Babun menunjukkan tanda stres sangat jelas jika anggota kelompoknya mati. Hormon stres di darah mereka jelas meningkat, demikian peneliti. Untuk mengatasi rasa duka, babun mencari teman-temannya. Hewan ini kemudian mengadakan perawatan kulit bersama, karena itu membantu menurunkan hormon stres.
Foto: picture alliance/chromorange
Memanggil untuk Mengucapkan Selamat Tinggal
Jika seekor burung gagak mati, gagak lain mengumpulkan anggota kelompok, dan bersama-sama berkumpul dekat jasad gagak yang mati. Mereka juga berpuasa setelah ada yang mati. Dampak duka sangat nyata pada burung yang hidup dengan satu pasangan saja, misalnya angsa dan burung-burung penyanyi. Kadang pasangannya berhenti makan sampai akhirnya mati juga.
Ikan tiba-tiba menjadi sangat pendiam setelah ikan lain yang hidup di akuarium yang sama mati. Peneliti menduga, sikap ini diakibatkan hormon stres yang dilepas ke air oleh ikan yang hampir mati. Beberapa penelitian berusaha mengungkap apakah ikan berduka. Tapi indikasinya bisa dilihat, terutama pada ikan yang hidup dengan satu pasangan.
Duka juga bisa dirasakan binatang bagi teman dari spesies lain. Itu ditunjukkan kucing Muschi kepada beruang Mäuschen di kebun binatang Berlin. Keduanya berteman. Ketika Mäuschen mati, Muschi tidak bersedia meninggalkan sarang beruang, dan tidak berhenti mengeong dengan sedih.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Rüsche
Menjaga di Kuburan
Orang yang anjing peliharaannya mati, selalu menunjukkan perasaan sangat sedih. Demikian halnya jika anjing kehilangan tuannya. Anjing gembala Capitan menjaga selama bertahun-tahun makam tuannya di kuburan Villa Carlos Paz di Argentina.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Garff
8 foto1 | 8
Induknya kurang gizi
Ini adalah bayi orca pertama yang lahir dari Southern Residents Killer Whales dalam tiga tahun terakhir. Para peneliti mengatakan bahwa orca terancam punah karena habitatnya dicemari suara kapal laut, polusi air dan juga penurunan populasi salmon Chinook.
Berbeda dari orca yang lain, orca dari Southern Residents Killer Whales secara eksklusif hanya makan ikan berlemak yang populasinya menurun drastis karena penangkapan berlebih dan berubahnya habitat.
Karena kekurangan gizi, tingkat kegagalan kehamilan pada orca betina pun sangat tinggi. Sebuah studi Universitas Washington menemukan adanya kegagalan sebanyak dua pertiga dari total kehamilan orca antara 2007 dan 2014.
Saat ini hanya ada 75 paus pembunuh yang tersisa di tiga kawanan. Ini adalah tingkat terendah dalam hampir tiga dekade dan jumlahnya turun dari 98 ekor pada tahun 1995.
"Rata-rata kami berharap ada beberapa bayi orca lahir setiap tahun. Fakta bahwa kami belum pernah melihat adanya kelahiran dalam beberapa tahun terakhir dan kemudian mengalami kegagalan reproduksi adalah bukti adanya masalah berat terkait kemampuan reproduksi," ujar Brad Hanson, ahli biologi margasatwa dari Pusat Sains Perikanan Barat Laut di Seattle.
Pernah terjadi lonjakan jumlah bayi paus pembunuh dalam waktu singkat pada Desember 2014, seiring dengan adanya pasokan salmon yang melimpah. Pada saat itu, sekitar 11 bayi orca lahir, tapi setengahnya kini sudah mati.
Inilah Hewan-hewan dengan Suara Terkencang
Kita, manusia bukan satu-satunya yang mampu berisik. Beberapa hewan punya udara yang tak kalah memekakkan telinga. Namun, seberisik apapun katak, tetap saja suara mesin bor lebih menyebalkan dari suara mereka.
Foto: picture-alliance/blickwinkel/F. Hecker
Kencangnya seperti suara penyedot debu
Mari kita mulai dengan sesuatu yang kecil dan sepertinya tidak menarik perhatian. Coqui adalah katak asal Kosta Rika yang bereputasi punya suara keras. Meskipun berukuran mungil yakni hanya sekitar 4 cm, amfibi nokturnal ini suaranya bisa melesat hingga volume 70 desibel atau sekencang suara musik keras yang lama-kelamaan dapat menyebabkan masalah pada telinga.
Foto: Imago/D. Delimont
Sama seperti suara kereta bawah tanah
Kedua, dalam daftar ini adalah ‘water boatman’, serangga akuatik kecil ini memiliki cara yang tidak biasa dan gaduh untuk menarik minat pasangan. Jika mereka menggosok penis di perutnya, maka bisa menciptakan suara sekeras kereta bawah tanah, yakni sekitar 100 desibel. Tetapi karena suara itu dipancarkan di bawah air, telinga manusia tak terganggu.
Foto: picture-alliance/blickwinkel/F. Hecker
Hampir seperti suara guntur
Siapa pun yang berdiri lima meter dari gajah mungkin disarankan untuk menutup telinga mereka. Suara terompetnya bisa terdengar hingga 103 desibel. Kenapa lima meter? Itu jarak saat volume diukur. Dan itu suaranya sekeras mesin bor angin atau pneumatik.
Foto: picture-alliance/Arco Images/F. Scholz
Seperti suara tabuhan drum
Jangkrik Afrika ini terkenal suaranya keras. Serangga yang suaranya paling keras ini menggunakan organ timpani untuk "bernyanyi" pada volume rata-rata 106,7 desibel. Sebagai perbandingan, suara manusia rata-rata cuma mampu teriak ke kisaran 60 db.
Foto: flickr/USDAgov
Seperti suara gergaji mesin
Ada sesuatu yang menakutkan tentang auman singa. Sebagian, tidak diragukan lagi karena sebagai karnivora dengan gigi tajam dan rahang yang kuat, hewan ini dapat menimbulkan ancaman eksistensial. Dan meskipun raja hutan ini dapat membuat suara ganas dengan mudah, suaranya masih bukan yang paling keras di kerajaan hewan. Yaitu tidak sampai110 desibel.
Foto: picture-alliance/AP Photo/S. Herbert
Lebih keras dari suara bor angin
Namanya monyet ‘howler‘. Fauna yang satu ini mampu memanjat pohon-pohon yang menjulang tinggi dan bersuara hingga ketinggian 128 desibel. Suara hewan asli Amerika Selatan dan Tengah ini lebih keras dari sirene ambulans dan dapat terdengar dari beberapa kilometer jauhnya.
Foto: dpa
Mirip suara balapan mobil
Kakapo atau burung beo malam konon burung dengan suara paling keras di dunia. Mungkin sebagai kompensasi karena mereka tidak bisa terbang. Suara pejantannya bisa terdengar melengking hingga skala 132 desibel. Pada malam hari, mereka herbivora paling aktif. Tapi, siapa yang ingin tidur di samping makhluk yang lebih keras suaranya daripada ambang batas rata-rata yang bisa didengar manusia?
Foto: picture-alliance/dpa/Department of Conservation New Zealand/R. Cole
Suaranya sekencang peluncur roket
Ketika langit Panama dipenuhi dengan kelelawar ‘bulldog‘ yang besar, langit juga dipenuhi dengan kebisingan. Mereka terekam bisa membuat suara hingga 140 desibel, dengan frekuensi tingginya mencapai 55kHz. Suara ultrasonik itu tidak bisa didengar telinga manusia. Untung saja, karena volume 120 db bisa menimbulkan ancaman bagi pendengaran kita.
Foto: picture-alliance/OKAPIA KG, Germany
Segaduh peluncuran roket Saturn V
Hewan nomor dua dalam daftar memancarkan suara yang sangat keras adalah ‘snapping shrimp‘ alias udang penggertak atau udang pistol yang dapat menghantam dengan bunyi 200 desibel, yang teredam di dalam air di mana suara itu muncul. Tetapi bahkan setelah berkurang kedengarannya di permukaan air hingga sebesar 60 dB, tetap saja suara udang kecil itu sangat keras.
Foto: picture-alliance/Okapia/F. Sauer
Menggelegar bagai suara gempa bumi
Nah, yang lebih keras lagi adalah suara paus sperma. Raksasa lautan yang dapat tumbuh hingga 20 meter panjang dan 50 meter beratnya, punya suara yang sangat keras. Para ilmuwan telah mengukur suaranya hingga 230 desibel, yang hanya sedikit lebih keras dibandingkan suara jet. Penulis: Klaus Esterluss (ap/vlz)