Pandemi virus corona menelan korban besar di Bangladesh. Eksportir garmen terbesar kedua di dunia ini banyak kehilangan pesanan, dan jutaan pekerjaan terancam.
Iklan
Industri pakaian jadi menyumbang sekitar 80 persen dari total pendapatan sektor manufaktur Bangladesh, dengan setidaknya 4 juta pekerja bergantung pada sektor ini. Meski jumlah kasus COVID-19 di negara ini tidak terlalu tinggi, pandemi telah menimbulkan kerugian besar, mengancam sumber nafkah para pekerja garmen.
Pasalnya, industri garmen Bangladesh sangat bergantung dari pesanan ekspor. Namun pesanan kini menurun drastis karena mewabahnya virus corona SARS-CoV-2 di seluruh dunia, termasuk Eropa dan Amerika Serikat.
Sejauh ini, Bangladesh telah merugi sebesar 1,4 miliar euro atau kira-kira nyaris setara Rp 25 triliun yang berdampak pada sekitar 1,2 juta pekerja. Hal ini diungkapkan oleh Rubana Haq, Presiden Asosiasi Produsen dan Eksportir Garmen Bangladesh, BGMEA. Merek asing semakin banyak yang menunda serta membatalkan pesanan, tambah Haq.
Sejak meningkatnya kasus COVID-19 di Eropa dan AS, pabrik-pabrik Bangladesh merugi sekitar 92 juta euro (Rp 1,6 triliun) per hari. Haq mengatakan bahwa BGMEA sedang berusaha mengamankan upah para buruh. "Kami berusaha untuk tidak menutup pabrik," ujarnya. Namun, Haq mengatakan bahwa hal ini sulit dilakukan mengingat sangat substansialnya penurunan pesanan garmen untuk ekspor.
"Pesanan hingga Juni sudah dibatalkan," kata Siddiqur Rahman, Wakil Presiden Federasi Kamar Dagang dan Industri Bangladesh, FBCCI. Ia khawatir pemilik pabrik akan bangkrut karena krisis ini. "Sekarang tinggal masalah waktu saja. Saya rasa semua pabrik akan tutup."
Permintaan bantuan
BGMEA mengklaim bahwa perusahaan asing membatalkan pesanan yang sudah dalam proses produksi atau bahkan selesai diproduksi. "Perusahaan asing berbicara tentang hak asasi manusia dan kepatuhan. Lalu mengapa mereka tidak adil terhadap kami?" ujar Haq. "Mereka bahkan membatalkan pesanan yang telah mencapai pelabuhan negara tujuan atau sudah dikirim."
Haq mendesak perusahaan internasional untuk mendukung sektor garmen Bangladesh selama krisis ini dan meminta pemerintah Jerman untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan agar bisa turut membantu.
"Toko-toko kalian tutup. Pabrik-pabrik kami terancam tutup dan kami tidak akan punya usaha. Sekitar 4,1 juta pekerja terancam kelaparan," kata Haq dalam sebuah pesan video. Ia menambahkan bahwa pesanan yang sudah dalam proses produksi seharusnya tidak boleh dibatalkan.
Haq mengatakan bahwa Bangladesh akan membutuhkan dukungan setidaknya untuk tiga bulan ke depan guna menjaga pabrik-pabrik tetap beroperasi.
Laporan tambahan oleh Harun Ur Rashid Swapan, koresponden DW di Dhaka. (ae/vlz)
Donasi Perusahaan Ternama bagi Pemberantasan Corona
Ketika virus corona menelan semakin banyak korban di Wuhan, semakin banyak pula perusahaan kenamaan berskala internasional yang memberikan donasi. Baik perusahaan yang bergerak di bidang teknologi maupun barang mewah.
Foto: picture-alliance/AP Photo/K. Cheung
Microsoft
Perusahaan raksasa teknologi, Microsoft mengatakan akan memberikan sumbangan 1 juta Renminbi atau sekitar 140 ribu dolar AS untuk membantu upaya penanganan korban infeksi virus Corona di Wuhan dan provinsi Hubei. Sementara itu yayasan yang dimiliki pendiri Microsoft bersama istrinya, Bill & Melinda Gates Foundation memberikan donasi 5 juta dolar AS.
Foto: imago-images/dpa/R. Levine
Apple
25 Januari lalu, Direktur Utama Apple, Tim Cook menulis di akun Twitternya, "Bertepatan dengan perayaan Tahun Baru Imlek yang dirayakan di Cina dan seluruh dunia, kami kirimkan sokongan bagi mereka yang terkena dampak virus Corona." Apple akan berikan donasi kepada semua yang bekerja di lapangan. Namun Tim Cook tidak menyebutkan jumlah donasi yang akan diberikan.
Foto: Getty Images/J. Sullivan
Alibaba
25 Januari 2020 perusahaan e-commerce raksasa, Alibaba mengatakan pihaknya sedang menyiapkan dana 144 juta dolar AS untuk kebutuhan medis di Wuhan, provinsi Hubei yang menjadi pusat penyebaran virus corona. Atas nama kemanusiaan, pendiri Alibaba, Jack Ma juga telah menyumbang 100 juta yuan atau 14 juta dolar AS melalui yayasannya untuk membantu menemukan vaksin corona.
Foto: Getty Images/AFP/R. Bosch
Dell dan Cargill
Sementara itu, dua perusahaan AS lainnya, yaitu perusahaan pembuat komputer, Dell, dan Cargill yang bergerak di bidang pertanian, menyatakan akan memberikan donasi sebanyak 2 juta Renminbi atau sekitar 280 ribu dolar AS. Foto: Michael Dell, Direktur Utama Dell.
Foto: AP
LVMH
Kelompok perusahaan barang mewah LVMH, yang antara lain mencakup merek Louis Vuitton, Givenchy, dll., kerap menjadi donor untuk isu global seperti hutan tropis Amazon dan restorasi katedral Notre Dame. 27 Januari 2020 LVMH menyatakan akan memberikan donasi sejumlah 2,3 juta dolar AS kepada Palang Merah untuk membantu penyediaan kebutuhan medis di Wuhan. Foto: Bernard Arnault, Direktur Utama LVMH.
Foto: picture alliance/AP Photo/F. Mori
L'Oréal
Perusahaan kosmetik Prancis, L'Oréal berjanji akan memberikan bantuan 720 ribu dolar AS kepada Cina untuk menyokong memberantasan virus corona. Foto: Pembalap Lewis Hamilton dan sejumlah selebriti dalam sebuah pesta yang diadakan L'Oréal.
Foto: picture-alliance/abaca/Wyters Alban
Estée Lauder
Sementara itu, Estée Lauder yang juga jadi salah satu perusahaan kosmetika kenamaan AS, menyatakan akan menyumbangkan 300 ribu dolar AS untuk menyokong pemberantasan virus Corona di Cina. Foto: Leonard Lauder ketika menjabat Direktur Utama perusahaan Estée Lauder. (Sumber: Financial Times, Jing Daily, macrumors.com; (Ed: ml/pkp)