Industri Tenaga Surya Cina Ungguli Uni Eropa dan AS
Jo Harper
4 Januari 2024
Karena rendahnya biaya produksi, pembangkit listrik tenaga surya asal Cina diperkirakan menyumbang lebih dari 50% pasokan listrik global di 2050, menurut laporan terbaru.
Iklan
Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE) tidak dapat lagi bersaing dengan Cina, setelah biaya produksi modul surya di Cina turun sebesar 42% pada 2023 menjadi $0.15 (sekitar Rp2.300) per watt. Hal ini jelas-jelas memberikan keunggulan biaya kepada produsen asal Cina dibandingkan pesaing internasional, menurut Horizons, laporan terbaru konsultan energi dan sumber daya alam Wood Mackenzie.
Pada 2023, penggunaan tenaga surya dalam negeri di Cina berjumlah dua kali lipat dibandingkan gabungan penggunaan tenaga surya di AS dan UE. Cina, yang memimpin produksi pembangkit tenaga listrik modul surya di dunia, kini menguasai 80% kapasitas produksi global. Menurut Wood Mackenzie, pembangkit listrik ini akan menyumbang lebih dari 50% pasokan listrik global di 2050.
Iklan
Biaya produksi di Cina lebih rendah
"Cina adalah produsen modul surya dengan biaya terendah di dunia. Harga modul surya dalam dolar per watt yang dihitung pada bulan Desember (2023) menunjukkan biaya produksi di Cina sebesar $0,15 jauh di bawah tingkat produksi di India ($0,22), Eropa ($0,30), dan AS ($0,40)," ujar Steven Knell, Wakil Presiden di Wood Mackenzie yang juga pakar energi dan energi terbarukan.
"Keunggulan biaya yang sangat besar yang dimiliki Cina menyiratkan bahwa upaya pesaing internasional untuk menggantikan pemasok lama Cina dalam rantai nilai energi terbarukan mungkin akan sia-sia," kata Knell kepada DW.
Energi Surya di Lokasi yang Tidak Biasa
Dari luar angkasa hingga ransel olahraga, modul sel surya dapat digunakan hampir di mana saja. Berikut adalah beberapa lokasi tidak lumrah yang ternyata dapat memproduksi listrik bersih dari energi matahari.
Foto: picture-alliance/J. Heeneman
Katamaran surya dalam tur keliling dunia
"Catamaran Race for Water" adalah kapal pesiar dengan pembangkit tenaga surya terbesar di dunia dan beroperasi sepenuhnya tanpa bahan bakar fosil. Modul sel surya di dek kapal menyuplai energi ke motor listrik dan mengisi baterai untuk kebutuhan di malam hari. Tidak menggunakan tiang dan layar, kapal pesiar menggunakan layang-layang yang bisa dikendalikan.
Foto: Race for Water/Peter Charaf
Modul dalam perjalanan
Gembala di Turki ini mengisi daya ponselnya dengan modul sel surya portabel. Modul portabel seperti ini populer di kalangan penjelajah alam bebas. Panel sel surya juga tersedia untuk ransel atau tenda. Mereka yang melakukan perjalanan namun dari jaringan listrik, kini lebih siap untuk hadapi keadaan darurat.
Foto: Halil Fidan/AA/picture alliance
Terbang tanpa bahan bakar fosil
Pesawat "Solar Impulse" terbang keliling dunia dalam beberapa tahapan dan sama sekali tanpa menggunakan bahan bakar fosil. Sel surya di badan pesawat dan sayap memberi daya pada mesin dan mengisi baterai pesawat. Dengan penerbangan keliling dunia, pionir penerbangan ini mempromosikan energi matahari dan menunjukkan apa yang mungkin dilakukan.
Foto: Solar Impulse/Revillard/Rezo.ch
Di luar angkasa dengan layar surya
Sel surya memungkinkan penerbangan luar angkasa yang lebih lama. Modul sel surya dapat dibuka di luar angkasa seperti di ISS atau satelit dan kapsul tak berawak. Para peneliti bahkan merancang taman sel surya di luar angkasa. Wahana eksplorasi matahari telah terbang hingga ke Jupiter. Namun, radiasi matahari di sana 25 kali lebih lemah daripada di orbit Bumi karena matahari sangat jauh.
Foto: NASA SPACEX/HO/dpa/picture alliance
Panggilan telepon bertenaga matahari pertama
Pada tahun 1955, modul sel surya perdana dipasang di negara bagian selatan AS untuk memberikan penguatan daya ke jaringan telepon. Setelah itu menyusul terobosan teknologi untuk perjalanan luar angkasa. Sejak itu, energi surya telah digunakan untuk hampir semua aplikasi energi.
Foto: AP Images/picture alliance
Revolusi energi matahari di bidang pertanian
Bekerja di ladang memang melelahkan. "Farmdroid" robot digerakan energi surya dari Denmark ini bekerja mandiri, otomatis dan tanpa merusak lingkungan. Robot dapat menabur bibit tanaman dan menyiangi gulma. Robot tidak butuh hari libur. Energinya berasal dari modul sel surya di atap dan dikendalikan dengan GPS.
Foto: Nikolai Tuborg/Farmdroid
Energi di atas air
Para pekerja ini bangga dengan pembangkit listrik tenaga surya terapung pertama di Kenya. Instalasi memasok listrik untuk pertanian bunga di bagian utara ibu kota Nairobi. Modul sel surya dipasang pada ponton khusus. Di lokasi lain, modul sel surya terapung di danau terkadang digabungkan dengan budidaya ikan.
Foto: ecoligo GmbH
Memasok energi pulau dengan panel surya di laut
Tahun 2019, panel surya terapung dibangun di laut di Maldives untuk memproduksi listrik buat tempat wisata. Sistem berkapasitas 680-kilowatt memang kecil, tetapi sejauh ini jadi salah satu instalasi sel surya terbesar di laut. Penelitian masih dilakukan untuk pembangkit di lepas pantai karena badai, gelombang kuat dan air asin menyerang modul lebih ganas dibanding di lokasi air tawar.
Foto: Swimsol
Listrik untuk semua
Tidak ada jaringan listrik di desa Tukul di Sudan Selatan. Tapi panel sel surya sekarang memproduki listrik secara lokal untuki ponsel dan lampu. Kemiskinan energi adalah masalah besar. Tahun 2016, di seluruh dunia 840 juta orang tidak punya akses listrik. Jumlahnya diharapkan turun menjadi 650 juta pada tahun 2030, terutama berkat modul sel surya yang terdesentralisasi.
Foto: picture-alliance/J. Heeneman
Memanen sinar matahari di pegunungan tinggi
Muttsee dekat Basel adalah reservoir tertinggi di Swiss. Sebuah instalasi panel surya raksasa dipasang di dinding bendungan. Menghasilkan listrik berlimpah, terutama di musim dingin, karena modul lebih efisien dalam cuaca dingin dan salju memantulkan tambahan sinar matahari. Sinar matahari jauh lebih kuat di ketinggian, karena kabut tetap berada di lembah. (sc/as)
Foto: Axpo
10 foto1 | 10
"Prospek pasokan komponen yang tersedia di pasar adalah bullish mengingat perlombaan kapasitas yang sedang berlangsung. Namun, para pesaing sepertinya tidak akan menang dalam hal biaya. Cina telah memenangkan perlombaan kapasitas teknologi ramah lingkungan."
Pada tahun 2022, tenaga surya mencakup 5% pembangkit listrik domestik Cina dan 13% dari total kapasitas terpasang.
"Sebuah studi mengenai industri fotovoltaik di AS dan Cina menunjukkan bahwa dominasi Cina dalam manufaktur panel surya tidak hanya didorong oleh tenaga kerja yang lebih murah dan dukungan pemerintah, tetapi juga oleh manufaktur skala besar dan manfaat rantai pasokan yang dihasilkannya," menurut Knell.
UE dan AS telah membuat kemajuan besar dalam kebijakan energi terbarukan dalam dua tahun terakhir. Namun untuk mencapai masa kritis di sektor produksi modul surya, seperti di Cina, diperlukan penerapan komersial yang sepadan, kata banyak ahli. Dan di sinilah kapitalisme negara yang tersentralisasi tampaknya lebih menawarkan keuntungan. (ae/hp)
Jangan lewatkan konten-konten eksklusif berbahasa Indonesia dari DW. Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!