Infeksi Covid-19 di Jerman Bisa Naik Lagi di Musim Dingin
23 Oktober 2021
Badan Pengawas Pandemi Jerman, Robert Koch Institut (RKI), memperingatkan bahwa angka infeksi Covid-19 bisa melonjak tajam pada musim dingin. Selama berbulan-bulan, jumlah kasus di Jerman menurun.
Iklan
Robert Koch Institut (RKI) mengatakan, saat ini ada kecenderungan peningkatan kasus infeksi Covid-19 secara mencolok di panti-panti jompo, bahkan di antara mereka yang sudah divaksinasi. Mereka yang berusia lanjut dan sebelumnya memang sudah memiliki risiko tinggi terinfeksi harus berjaga-jaga. RKI mengeluarkan rekomendasi bahwa pertemuan besar tanpa masker harus dihindari, terutama di dalam ruangan kecil.
Jumlah infeksi baru per 100.000 orang selama tujuh hari terakhir sekarang naik ke 95,1, dibandingkan dengan 68,7 yang dilaporkan seminggu yang lalu, kata RKI. Pada hari Jumat (22/10) RKI melaporkan ada 19.572 kasus infeksi baru, dengan 119 orang meninggal.
Menurut catatan Asosiasi Perawatan Gawat Darurat Jerman (DIVI) sampai hari Kamis (21/10) ada lebih 1.500 pasien COVID-19 yang berada dalam perawatan intensif, naik dari sekitar 1.400 orang seminggu yang lalu. Namun situasi di rumah sakit saat ini belum kritis, tulis Christian Karagiannidis, kepala ilmiah DIVI, di Twitter.
Negara bagian minta situasi darurat Covid-19 diperpanjang
Naiknya angka infeksi itu terjadi ketika para pemimpin dari 16 negara bagian Jerman membahas rencana kebijakan lanjutan pandemi. Keadaan darurat nasional yang dideklarasikan pemerintah federal akan berakhir pada 25 November.
Iklan
Jika keadaan darurat nasional tidak diperpanjang, itu berarti tidak ada lagi protokol kesehatan yang berlaku secara nasional, dan setiap negara bagian bisa menetapkan sendiri aturannya.
Para perdana menteri negara bagian Jerman mengusulkan agar situasi darurat nasional diperpanjang dengan tetap menjaga jarak dan memakai masker. Untuk restoran dan tempat-tempat acara dalam ruangan dan di ruang-ruang publik, tetap dibutuhkan bukti, surat kesembuhan dari Covid-19 atau hasil tes negatif.
Kisah Perempuan Tangguh Relawan Pengurus Jenazah Korban Covid-19
Liezha Yuvita Sikku adalah salah satu dari sedikit perempuan relawan yang mengurus dan memakamkan korban COVID-19. Ia ingin membayar nikmat kehidupan yang masih dimiliki.
Foto: Privat
Selalu siap sepanjang waktu
Liezha Yuvita Sikku (32) di Klaten, Jawa Tengah, terjun sebagai salah satu relawan pemusalaraan jenazah dan pemakaman korban COVID-19. Perempuan yang dipanggil Vita ini mengatakan tugasnya tidaklah mudah. Memakai APD saja menurutnya bisa memakan waktu 30 menit sampai 1 jam. Dalam foto, Vita (kiri) baru saja selesai memakai perlengkapan APD sambil bercakap dengan rekannya.
Foto: Privat
Membayar nikmat kehidupan dari Tuhan
Vita menjadi satu dari sedikit relawan pemulasaran Jenazah Covid-19 di Kabupaten Klaten. Dalam sebuah status di instagramnya, ia mengatakan bahwa menjadi relawan dan mengurus jenazah terpapar COVID-19 adalah cara membayar nikmat kehidupan yang diberikan oleh Tuhan kepadanya yang masih bernyawa.
Foto: Privat
Tidak pilih-pilih penugasan
Vita melakukan semua penugasan, termasuk selalu siap ketiga dipanggil di tengah malam atau bahkan dini hari. Dia tidak hanya mengurus jenazah sebelum dimasukkan ke dalam peti, tetapi juga ikut memakamkan dan mendoakan jenazah tersebut.
Foto: Privat
Tetap bekerja mengelola website
Menjadi relawan dengan jam tugas yang tidak menentu, tidak hanya tengah malam tetapi juga sampai dini hari, tidak menjadikan Vita melupakan tugasnya sebagai pengelola website di Balai Desa Nglinggi, Kecamatan Klaten Selatan, Kabupaten Klaten. Di siang hari, dia tetap berkantor sesuai jam kerja.
Foto: Privat
Satu dari sedikit relawan perempuan
Vita adalah satu dari sedikit relawan perempuan untuk mengurus jenazah korban pandemi di desanya, bahkan di tingkat kabupaten. Meski begitu, dia mengaku diperlakukan sama dengan relawan lainnya dan tidak ada diskriminasi. Di foto, Vita (kanan tengah) sedang berkoordinasi dengan sesama rekan yang kebanyakan adalah laki-laki.
Foto: Privat
Bertugas di dapur umum
Tidak hanya bertugas di pemulasaraan jenazah. Ibu dua orang anak ini juga berperan di dapur umum seperti berbelanja dan memasak untuk rekan-rekan relawan di Forum Relawan Klaten Selatan (Forkles). Ia bergabung di Forkles sejak Juni 2021 saat jumlah korban wabah corona COVID-19 sedang berada di puncaknya di Klaten.
Foto: Privat
Sering pulang malam dan pernah dicurigai tetangga
“Dulu pernah saya dicurigai, sudah jauh dari suami, pulangnya malam, dini hari, bahkan tidak pulang. Tetangga mempertanyakan apa yang saya lakukan,” tutur Vita sambil tersenyum. Menurut Vita, kecurigaan seperti itu sudah lumrah dan biasa dia hadapi. “Saya tetap aktif ikut PKK juga, menjaga hubungan dengan tetangga, menjadi relawan, dan bekerja,” ujarnya. (ae)
Foto: Privat
7 foto1 | 7
66% penduduk Jerman sudah divaksin penuh
Meskipun secara keseluruhan jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit relatif sedikit, tapi makin banyak anak-anak yang belum bisa divaksin yang tertular COVID-19, kata DIVI.
Hari Senin lalu (18/10), Menteri Kesehatan Jens Spahn mengatakan kemungkinan akan mengakhiri keadaan darurat pada 25 November, dan menyerahkan kebijakan selanjutnya kepada masing-masing negara bagian untuk memutuskan tindakan mana yang ingin mereka terapkan.
Sekitar 66% penduduk Jerman sudah divaksinasi penuh. Angka ini sedikit lebih tinggi daripada angka rata-rata Uni Eropa, yaitu 63,3%. Hingga saat ini, sekitar 55 juta penduduk Jerman sudah menerima vaksin penuh, dengan sekitar 1,5 juta orang telah menerima suntikan booster vaksin COVID-19.