Infeksi Pernapasan, Paus Fransiskus Jalani Perawatan di RS
30 Maret 2023
Paus Fransiskus sedang berada di rumah sakit di Roma, Italia, selama beberapa hari untuk menjalani perawatan. Vatikan mengatakan bahwa Paus bukan terinfeksi COVID-19.
Iklan
Vatikan mengumumkan pada hari Rabu (29/03) bahwa Paus Fransiskus berada di rumah sakit selama beberapa hari untuk menjalani perawatan setelah dokter mendiagnosis infeksi pernafasan.
"Paus Fransiskus terharu dengan banyaknya pesan yang diterima dan mengungkapkan rasa terima kasihnya atas kedekatan dan doanya," kata Vatikan.
Pada Rabu (29/03) pagi, Fransiskus masih mengadakan audiensi umum mingguannya di Lapangan Santo Petrus di depan ribuan umat. Namun, paus berusia 86 tahun itu kemudian dibawa ke Rumah Sakit Universitas Gemelli di Roma, Italia, pada sore hari, yang awalnya dimaksudkan untuk mengecek kesehatan rutin.
Vatikan tidak merinci apakah Paus akan segera kembali untuk merayakan acara Pekan Suci yang akan dimulai pada akhir pekan ini disertai Minggu Palma.
Kondisi kesehatan menurun
Paus telah mengeluh kesulitan bernapas dalam beberapa hari terakhir. Juru bicara Vatikan Matteo Bruni mengatakan bahwa dia tidak mengidap COVID-19.
Paus, yang biasanya berbicara dengan berbisik, di awal hidupnya pernah menjalani operasi pengangkatan sebagian paru-parunya karena infeksi saluran pernapasan. Dia juga mengatakan bahwa dia menolak menjalani operasi lutut karena dia tidak dapat merespons dengan baik anestesi umum selama operasi usus 2021.
Paus Fransiskus harus membatalkan atau menunda kegiatan beberapa kali pada tahun lalu karena sakit lutut. Dalam wawancara tahun 2022, dia mengaku perlu mengurangi aktivitas karena kesehatannya.
Pada bulan ini, paus bernama asli Jorge Maria Bergoglio, yang merupakan kelahiran Argentina itu akan menandai 10 tahun sebagai Kepala Gereja Katolik. Dia sebelumnya memimpin pemakaman pendahulunya Benediktus XVI pada Januari lalu, setelah penyerahan kekuasaan kepausan pertama.
Lima Tahun di Puncak Gereja Katolik: Paus Fransiskus
Sejak menjabat sebagai pimpinan GereJa Katolik tahun 2013, Paus Fransiskus mencoba melakukan reformasi dengan mencontohkan kerendahan hati. Beberapa kalangan memuji usahanya, yang lain melontarkan kritik.
Foto: picture-alliance/dpa/Agentur Andina/J. C. Guzmán
'Buona sera!' (Selamat malam)
13 Maret 2013, Uskup Agung Buenos Aires Jorge Mario Bergoglio ditetapkan sebagai Paus yang baru. Dia menyalami umat yang menunggu di lapangan Santo Petrus dengan kata-kata sederhana: Selamat malam! Sejak itu, dia tidak henti mempromosikan kerendahan hati dan pentingnya pelayanan.
Foto: Reuters
Keberpihakan pada yang lemah
Banyaknya pengungsi yang tewas dalam upaya mencapai daratan Eropa dari benua Afrika adalah "duri dalam hati," kata Paus Fransiskus ketika pertama kali berkunjung ke Pulau Lampedusa. Pada saat kunjungannya tahun 2013, ribuan migran menunggu di pulau ini untuk mendapat ijin masuk secara legal ke daratan Eropa.
Foto: AFP/Getty Images
Simbol kerendahan hati dan kesederhanaan
Paus Fransiskus menolak mobil dinas baru dan tetap menggunakan mobil tuanya yang sudah berusia 30 tahun. Dia ingin agar gereja tampil lebih sederhana dan lebih dekat kepada kaum miskin.
Foto: Reuters
Promotor perdamaian
Paus Fransiskus melihat peran dirinya sebagai pembangun jembatan dan mediator antara pihak-pihak yang bertikai. Dia membantu mediasi dalam konflik sipil di Afrika Tengah dan di Kolumbia. Dia juga mendesak Presiden AS Donald Trump untuk membangun jembatan daripada tembok di perbatasan ke Meksiko.
Foto: picture-alliance/dpa/Agentur Andina/J. C. Guzmán
Skandal pelecehan dan kekerasan seksual di gereja
Gereja tengah mengalami masa-masa sulit dengan adanya skandal pelecehan dan kekerasan seksual. Di Cile, uskup Juan Barros (foto kanan) diduga mengetahui kasus-kasus pelecehan tersebut, namun tetap diam. Paus Fransiskus menolak tuduhan-tuduhan terhadap Barros dan menyebutnya fitnah. Paus kemudian meminta maaf atas kata-katanya, namun membiarkan uskup Barros tetap menjabat.
Foto: Getty Images/C. Reyes
Kritik dari kalangan gereja
Bagi sebagian kalangan gereja, reformasi yang dilakukan Paus Fransiskus terlalu radikal. Poster yang tersebar di Roma ini menuduh Paus terlalu keras terhadap gerejanya sendiri dan tidak punya waktu untuk perbedaan pendapat di Vatikan. Beberapa orang menganggap bahasa yang digunakannya terlalu sekuler dan dia terlalu sering tampil di media.