Infeksi Ulang Corona Juga Dikonfirmasi di Belanda dan Belgia
26 Agustus 2020
Warga di Belgia dan Belanda juga mengalami infeksi ulang virus corona, kata media Belanda. Beberapa ahli melihat ini pertanda baik karena yang terinfeksi ulang hanya tunjukkan gejala ringan atau tidak sakit sama sekali.
Iklan
Seorang pasien di Belanda dan seorang lagi di Belgia kembali tertular virus corona, media Belanda melaporkan hari Selasa (25/8), menyusul laporan bahwa para ilmuwan di Hong Kong telah mengonfirmasi infeksi ulang pertama yang diketahui.
Pasien Belanda itu adalah orang tua dengan sistem kekebalan yang lemah, kata stasiun siaran Belanda NOS, mengutip ahli virologi Marion Koopmans.
Marion Koopmans mengatakan, memang sudah umum bagi orang yang terinfeksi virus dengan gejala ringan untuk terinfeksi kembali. Infeksi ulang seperti yang ditemukan di Belada dan Belgia memerlukan pengujian genetik, untuk melihat apakah ada perbedaan pada virus yang ada, katanya.
"Bahwa pada seseorang bisa muncul infeksi ulang, itu tidak membuat saya khawatir," lanjut Marion Koopmans. "Kami harus melihat apakah hal itu sering terjadi."
Kasus Belgia 'bukan kabar baik'
Pasien Belgia memang hanya menunjukkan gejala ringan. Tetapi NOS mengutip ahli virologi Marc Van Ranst yang mengatakan: "Ini bukan kabar baik."
Menurutnya, perkembangan itu menunjukkan bahwa antibodi yang dikembangkan pasien pada kasus infeksi pertama tidak cukup kuat untuk menangkis infeksi dari varian virus yang sedikit berbeda, katanya.
Tetapi masih belum jelas, apakah ini fenomena langka atau apakah ada "lebih banyak orang yang mungkin mengalami infeksi ulang setelah enam atau tujuh bulan," lanjutnya.
Laporan tentang infeksi ulang pertama kali diberitakan hari Senin (24/8) dari Hong Kong. Seorang pria berusia 33 tahun, yang terinfeksi virus corona pada Maret lalu, kembali terinfeksi pertengahan Agustus dari perjalanan ke Spanyol, tetapi dari varian virus yang berbeda.
“Pasien COVID-19 tidak boleh berasumsi bahwa setelah sembuh, mereka tidak akan terinfeksi lagi,” kata Kai-Wang To, seorang ahli mikrobiologi di Universitas Hong Kong.
"Ini menunjukkan bahwa beberapa orang tidak memiliki kekebalan seumur hidup" terhadap virus bahkan jika mereka sudah terinfeksi, jelasnya.
Suasana Sekolah di Seluruh Dunia Saat Pandemi Corona
Masa liburan sekolah telah berakhir, infeksi COVID-19 juga kembali meningkat di berbagai negara. Sekolah di seluruh dunia melakukan penyesuaian terhadap kegiatan belajar di kelas agar tidak kembali ditutup.
Foto: Getty Images/L. DeCicca
Thailand: Belajar dalam kotak
Sekitar 250 murid yang belajar di sekolah What Khlong Toey di Bangkok kini harus belajar dari dalam kotak plastik dan memakai masker sepanjang hari. Di luar ruang kelas tersedia wastafel dan dispenser sabun. Suhu tubuh murid juga diukur setiap pagi. Aturan ketat ini berhasil: sekolah ini tidak melaporkan infeksi baru sejak Juli.
Foto: Getty Images/L. DeCicca
Swedia: Tidak ada aturan khusus untuk corona
Murid di sekolah-sekolah Swedia memang masih libur. Namun foto ini, yang diambil sebelumnya, melambangkan pendekatan negara ini terhadap penanganan COVID-19. Swedia belum pernah mewajibkan warganya untuk memakai masker. Bisnis, bar, restoran dan sekolah di sana juga tetap boleh beroperasi.
Foto: picture-alliance/AP Photo/TT/J. Gow
Jerman: Pakai masker di kelas
Murid di SD Petri di Dortmund, negara bagian Nordrhein-Westfalen (NRW), jadi teladan yang patut ditiru. Sebagaimana sekolah di seluruh NRW yang merupakan negara bagian terpadat di Jerman, sekolah ini juga mewajibkan murid untuk memakai masker, termasuk di dalam ruang kelas. Sampai sekarang belum bisa dinilai apakah aturan ini berhasil atau tidak. Sekolah baru saja mulai tanggal 12 Augustus.
Foto: Getty Images/AFP/I. Fassbender
Tepi Barat: Masuk kelas lagi setelah 5 bulan
Sekolah juga kembali dibuka di Hebron, 30 kilometer di selatan Yerusalem. Murid di wilayah ini diwajibkan memakai masker, bahkan di beberapa sekolah, mereka juga harus memakan sarung tangan. Meskipun memakai masker, semangat guru dalam foto saat mengajar terlihat jelas. Sekolah-sekolah di Palestina tutup sejak bulan Maret dan Hebron dinyatakan sebagai pusat infeksi.
Foto: Getty Images/AFP/H. Bader
India: Pelajaran lewat pengeras suara
Sekolah di Dandwal, di negara bagian Maharashtra, India, menyediakan sarana khusus untuk murid yang tidak bisa mengakses internet. Di sini, murid bisa mengikuti kegiatan belajar dan mengejar tugas-tugas yang tertinggal dengan mendengarkan rekaman yang kemudian diputar dan disiarkan dengan bantuan pengeras suara. Maharashtra termasuk daerah yang terpukul parah oleh pandemi.
Foto: Reuters/P. Waydande
Kongo: Wajib cek suhu tubuh sebelum masuk kelas
Pihak berwenang di Lingwala, di pinggiran ibu kota Kongo, Kinshasa, menanggapi ancaman infeksi virus corona di kalangan siswa dengan amat serius. Setiap siswa yang belajar di Sekolah Reverend Kim diharuskan untuk mengukur suhu tubuh sebelum diizinkan masuk gedung. Masker wajah juga wajib dipakai.
Foto: Getty Images/AFP/A. Mpiana
Amerika Serikat: Kelas di daerah hot spot pandemi
Sekolah-sekolah di AS juga melakukan cek suhu tubuh setiap hari agar bisa menemukan potensi kasus COVID-19. Aturan ini dibutuhkan di negara yang masih mencatatkan angka infeksi tertinggi di dunia tersebut. Pada tanggal 13 Agustus, Universitas Johns Hopkins melaporkan bahwa dalam 24 jam terakhir, ada lebih banyak orang meninggal bila dibandingkan dengan periode sejak akhir Mei.
Foto: picture-alliance/Newscom/P. C. James
Brasil: Sarung tangan dan pelukan
Maura Silva (kiri), guru sekolah umum di Rio de Janeiro barat, di dekat salah satu daerah kumuh terbesar kota itu, berusaha mengunjungi murid-muridnya di rumah mereka. Ia juga membawa sebuah perlengkapan untuk memeluk para muridnya. Sebelum menggendong mereka, Silva dan muridnya memakai masker dan membantu mereka mengenakan sarung tangan plastik. (bo/ae)
Foto: Reuters/P. Olivares
8 foto1 | 8
Implikasi untuk pengembangan vaksin
Beberapa ahli melihat berita tersebut sebagai perkembangan yang positif. "Jika ada infeksi ulang, itu menunjukkan kemungkinan ada sisa kekebalan yang membantu melindungi pasien 'agar tidak sakit lagi,' kata Jesse Goodman, mantan kepala ilmuwan Administrasi Makanan dan Obat AS, sekarang di Universitas Georgetown. Pasien di Hong Kong memang tidak menunjukkan gejala apapun selama infeksi terbarunya.
Kemungkinan infeksi ulang berimplikasi pada perlombaan global untuk mengembangkan vaksin dan untuk kebijakan membuka kembali sekolah-sekolah dan perkantoran.
Berbicara tentang kasus Hong Kong, ahli mikrobiologi dari London School of Hygiene and Tropical Medicine, Brendan Wren mengatakan, kasus itu adalah "contoh infeksi ulang yang sangat langka dan seharusnya tidak mennyurutkan dorongan global untuk mengembangkan vaksin COVID-19."