1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Infoladies: Perempuan Desa Penjaja Informasi

Anne Le Touzé22 Juni 2015

Berbekal laptop, kamera digital dan ponsel berkoneksi internet, mereka menggowes sepeda ratusan kilometer buat membantu penduduk miskin di desa-desa terpencil Bangladesh.

Infolady Projekt gewinnt Global Media Forum Auszeichnung
Foto: D.net/Amirul Rajiv

Mahfuza Akter awalnya berniat kuliah. Tapi apa daya keluarganya tak mampu. Setelah menamatkan sekolah menengah atas, dia yang hanya seorang gadis desa kesulitan mendapat pekerjaan di kampung halamannya di utara Bangladsh.

Beruntung 2010 silam Akter dipekerjakan oleh sebuah LSM bernama “Infolady.” Untuk profesi barunya itu Akter membutuhkan secuil bakat organisasi, sejumlah piranti elektronik termutakhir dan sebuah sepeda.

Sejak 2007, proyek Infoladies telah mempekerjakan 70 perempuanFoto: D.net/Amirul Rajiv

Maka berbekal laptop, kamera digital dan ponsel berkoneksi internet, perempuan berusia 25 tahun ini saban hari bersepeda keliling kampungnya buat menjajakan informasi. Tugasnya memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan. Entah itu menghubungi keluarga jauh lewat Skype, mencarikan solusi buat para petani, hingga membantu pemuda desa menulis lamaran kerja.

Akter bahkan membantu kaum manula mengukur tekanan darah mereka dan memberikan tips diet buat ibu hamil. Jika dibutuhkan, dia siap menemani penduduk desa ke balai kota buat memohon bantuan dana bantuan sosial.

Tentang Kemandirian Perempuan

Untuk jasanya itu Akter sering “dibayar lebih ketimbang tarif normal.” Tidak jarang penduduk setempat mengajaknya makan siang. “Saya cuma membantu mereka melakukan sesuatu yang biasanya sulit dilakukan,” ujarnya merendah.

Kendati tergolong aktif di dunia maya, cuma 5% penduduk Bangladesh yang punya akses internet. Pemerintah berupaya membantu dengan membangun pusat informasi yang dilengkapi komputer dan internet. Sayangnya layanan tersebut jarang digunakan.

Sejak diluncurkan 2007 lalu, Infoladies kini memiliki 70 perempuan yang berkeliling menawarkan bantuan. “Proyek ini tentang perempuan membantu orang lain dan dirinya sendiri buat menjalani hidup mandiri,” kata Hossain Mosharrof, Wakil Direktur Dnet, sebuah perusahaan Bangladesh yang sering berkecimpung di bidang sosial.

Bisnis Sosial yang Menguntungkan

Dnet mengklaim model bisnisnya itu “berkelanjutan, baik finansial maupun sosial,” kata Mosahrrof. Salah satu buktinya adalah pengakuan dari Bank Sentral Bangladesh. Buntutnya Dnet mendapat pinjaman berbunga rendah dari bank-bank lokal.

Perusahaan yang didirikan tahun 2001 ini meyakini bantuan sosial bisa dijadikan sumber penghasilan. Hingga tahun 2017 Dnet tidak tanggung.-tanggung berniat mempekerjakan 12.000 Infoladies dan melebarkan sayap ke negara-negara miskin seperti Kongo, Rwanda, Burundi dan Sri Langka.

Buat Akter pekerjaan barunya itu tidak mudah. Terlebih karena setiap hari dia harus berurusan dengan petani, pengangguran atau ibu-ibu dengan karakter uniknya masing-masing. Tapi kepuasan yang ia dapat tak berbayar. “Ibu saya menangis ketika saya memberikan gaji pertama,” kenangnya.

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait