Berbekal laptop, kamera digital dan ponsel berkoneksi internet, mereka menggowes sepeda ratusan kilometer buat membantu penduduk miskin di desa-desa terpencil Bangladesh.
Iklan
Mahfuza Akter awalnya berniat kuliah. Tapi apa daya keluarganya tak mampu. Setelah menamatkan sekolah menengah atas, dia yang hanya seorang gadis desa kesulitan mendapat pekerjaan di kampung halamannya di utara Bangladsh.
Beruntung 2010 silam Akter dipekerjakan oleh sebuah LSM bernama “Infolady.” Untuk profesi barunya itu Akter membutuhkan secuil bakat organisasi, sejumlah piranti elektronik termutakhir dan sebuah sepeda.
Maka berbekal laptop, kamera digital dan ponsel berkoneksi internet, perempuan berusia 25 tahun ini saban hari bersepeda keliling kampungnya buat menjajakan informasi. Tugasnya memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan. Entah itu menghubungi keluarga jauh lewat Skype, mencarikan solusi buat para petani, hingga membantu pemuda desa menulis lamaran kerja.
Akter bahkan membantu kaum manula mengukur tekanan darah mereka dan memberikan tips diet buat ibu hamil. Jika dibutuhkan, dia siap menemani penduduk desa ke balai kota buat memohon bantuan dana bantuan sosial.
Perempuan Korban Serangan Air Keras
Perempuan yang menjadi korban serangan cairan asam keras melewati neraka dunia buat bertahan hidup . Kendati berasal dari negara dan budaya yang berbeda, semua memiliki kesamaan, yakni keberanian menjemput harapan baru.
Foto: Ann-Christine Woehrl/Echo Photo Agency
Farida dari Bangladesh
Suami Farida tidak cuma ketergantungan obat-obatan, ia juga gemar berjudi. Terakhir sang suami kalah besar sehingga harus menjual rumahnya. Farida lantas ingin bercerai. Pada sebuah malam ketika ia tertidur, sang suami menyiramkan cairan asam ke tubuh isterinya dan mengunci pintu kamar dengan dua gembok sekaligus. Farida berteriak kencang hingga tetangga berdatangan.
Foto: Ann-Christine Woehrl/Echo Photo Agency
Luka yang Tertinggal
Farida baru berusia 24 tahun ketika mengalami kejadian pahit tersebut. Sejak saat itu ia dioperasi sebanyak 17 kali. Untuk menghaluskan luka di wajahnya, ibu Farida secara berkala memijat luka-lukanya. Ia kini hidup di rumah saudara peremuannya di Manigkanj, Bangladesh.
Foto: Ann-Christine Woehrl/Echo Photo Agency
Flavia dari Uganda
Tahun 2009 Flavia diserang oleh orang tak dikenal ketika sedang berada di rumah orangtuanya. Ia tidak tahu wajah pelakunya hingga saat ini. Namun Flavia memilih melanjutkan hidupnya. Ia misalnya berdandan rapih untuk menari Salsa.
Foto: Ann-Christine Woehrl/Echo Photo Agency
Dibantu Keluarga dan Teman
Awalnya ia tidak berani keluar rumah sendirian. Kini Flavia menari Salsa sekali setiap pekan. Ia bahkan kerap digoda oleh para pria dengan penampilannya saat ini. Dukungan keluarga dan teman terdekat membantu Flavia menjalani hidup barunya.
Foto: Ann-Christine Woehrl/Echo Photo Agency
Neehari dari India
Pemudi asal India, Neehaari baru berusia 19 tahun ketika rasa frustasi nyaris memaksanya untuk bunuh diri. Suaminya secara rutin menyiksa, baik jiwa maupun raga.
Foto: Ann-Christine Woehrl/Echo Photo Agency
Kecantikan Baru
Neehaari menyisir rambutnya di kamar tidur kedua orangtuanya, tempat di mana ia dulu membakar diri sendiri. Sebanyak 49 batang korek api dihabiskannya. Yang terakhir menyulut api di sekujur tubuhnya. Kini ia punya keberanian baru dan aktif dalam organisasi "Beauty of the Burned Women."
Foto: Ann-Christine Woehrl/Echo Photo Agency
Nusrat dari Pakistan
Perempuan Pakistan ini bernama Nusrat. Ia selamat dari siraman cairan asam oleh suami dan sepupunya. Di dalam kamarnya, ia menyempatkan berdandan. "Saya menyaksikan banyak perempuan yang mendandani wajahnya dengan seksama," kata fotografer Ann-Christine Woehrl.
Foto: Ann-Christine Woehrl/Echo Photo Agency
Asa di Balik Tatapan Mata
Nusrat hingga kini masih rajin berobat. Siraman asam yang diterimanya membuatnya kehilangan rambut. Dokter menganjurkan langkah pengobatan lanjutan. Nusrat akhirnya menjalani transplantasi rambut.
Foto: Ann-Christine Woehrl/Echo Photo Agency
Mereka Tidak Sendirian
Pada sebuah pertemuan Acid Survivors Foundation Nusrat saling bertukar pengalaman dengan perempuan-perempuan lain yang senasib. Di sini ia menemukan teman yang memahami penderitaannya. Setiap korban menyadari, mereka tidak sendirian.
Foto: Ann-Christine Woehrl/Echo Photo Agency
9 foto1 | 9
Tentang Kemandirian Perempuan
Untuk jasanya itu Akter sering “dibayar lebih ketimbang tarif normal.” Tidak jarang penduduk setempat mengajaknya makan siang. “Saya cuma membantu mereka melakukan sesuatu yang biasanya sulit dilakukan,” ujarnya merendah.
Kendati tergolong aktif di dunia maya, cuma 5% penduduk Bangladesh yang punya akses internet. Pemerintah berupaya membantu dengan membangun pusat informasi yang dilengkapi komputer dan internet. Sayangnya layanan tersebut jarang digunakan.
Sejak diluncurkan 2007 lalu, Infoladies kini memiliki 70 perempuan yang berkeliling menawarkan bantuan. “Proyek ini tentang perempuan membantu orang lain dan dirinya sendiri buat menjalani hidup mandiri,” kata Hossain Mosharrof, Wakil Direktur Dnet, sebuah perusahaan Bangladesh yang sering berkecimpung di bidang sosial.
Bocah Bangladesh Mencari Nafkah
Sekitar 4,5 juta bocah mencari nafkah sebagai buruh di Bangladesh, dalam kondisi mengenaskan. Sebagian besar berada di ibukota Dhaka. DW mendokumentasikan keseharian mereka.
Foto: Mustafiz Mamun
Bocah Pembuat Balon
Kemiskinan yang menyekik acap memaksa sebuah keluarga mengirimkan putranya sebagai buruh. Kebanyakan mendapat pekerjaan kasar dalam kondisi yang mengenaskan dengan upah rendah, seperti di pabrik bata, konstruksi atau pabrik balon. Pabrik di dekat Dhaka ini banyak mempekerjakan buruh anak seperti bocah berusia 10 tahun ini.
Foto: Mustafiz Mamun
Absennya Pemerintah
Bocah seperti di pabrik ini sering bekerja di dekat bahan-bahan kimia berbahaya. Pemerintah Bangladesh mengeluarkan peraturan yang melarang bocah bekerja di 38 jenis pekerjaan yang berbahaya. Namun larangan itu belum pernah benar-benar diterapkan.
Foto: Mustafiz Mamun
Buruh di Bawah Umur
Bocah mendapat upah lebih sedikit ketimbang buruh dewasa. Padahal sebagian besar bekerja hingga 12 jam per hari. Sebab itu pula kebanyakan buruh di pabrik ini adalah anak-anak. Mereka biasanya bekerja di dalam ruang tertutup dan tersembunyi dari dunia luar. Buruh anak juga tidak mendapat cuti kecuali hari Jumat sore. Bangladesh memberlakukan hari libur untuk Jumat.
Foto: Mustafiz Mamun
Masa Depan Terancam
Ali Hossain, bocah yang bekerja sebagai pengrajin perak di Dhaka, dipaksa membanting tulang siang dan malam. Jam kerja panjang dan bunyi mesin pabrik yang memekakkan telinga membahayakan kesehatan dan masa depannya. Tidak heran jika pekerjaan berperan besar dalam angka kegagalan sekolah.
Foto: Mustafiz Mamun
Bocah di Pabrik Kulit
Menurut hukum ketenagakerjaan 2006, usia minimal buruh di Bangladesh adalah 14 tahun. Namun di sini, Asif yang berusia 12 tahun bekerja setidaknya 12 jam sehari di pabrik kulit. Ia terbiasa berurusan dengan bahan-bahan kimia beracun. Upah yang diterima Asif diberikan kepada ibunya.
Foto: Mustafiz Mamun
Rabbi dan Ibunya
Rabbi berasal dari Chandpur. Ia bekerja bersama ibunya di pabrik botol plastik. Pemilik pabrik mengklaim ia menolak mempekerjakan anak-anak. Rabbi mendapat pekerjaan ini cuma karena permintaan sang ibu lantaran pemasukannya tidak cukup membiayai keluarga.
Foto: Mustafiz Mamun
Kernet Belia
Sekitar 93 persen buruh anak di Bangladesh bekerja di sektor informal, seperti pabrik kecil, bisnis rumahan, sebagai pembantu rumah tangga atau di jalanan. Salah satu contohnya adalah kernet angkutan umum ini yang tidak jarang menjadi korban kecelakaan lalu lintas.
Foto: Mustafiz Mamun
Bocah di Pabrik Bata
Batu bata adalah bahan konstruksi paling laku di Bangladesh. Banyak bocah bekerja sebagai buruh pabrik batu bata seperti di Dhaka ini. Mereka dibayar 15.000 hingga 18.000 Rupiah per hari buat mengangkat ribuan ton batu bata. Berbobot tiga kilogram per buah, setiap bocah harus mengangkut minimal 16 batu bata dalam sekali pikul.
Foto: Mustafiz Mamun
Nestapa di Usia Muda
Rahim terbiasa bekerja 12 jam tanpa upah atau makanan yang memadai. Terlebih ia juga harus berkutat di dalam kondisi kerja yang mengenaskan di pabrik Timah ini. Buruh anak juga terancam diskriminasi rasial, penganiayaan atau bahkan pelecehan seksual.
Foto: Mustafiz Mamun
9 foto1 | 9
Bisnis Sosial yang Menguntungkan
Dnet mengklaim model bisnisnya itu “berkelanjutan, baik finansial maupun sosial,” kata Mosahrrof. Salah satu buktinya adalah pengakuan dari Bank Sentral Bangladesh. Buntutnya Dnet mendapat pinjaman berbunga rendah dari bank-bank lokal.
Perusahaan yang didirikan tahun 2001 ini meyakini bantuan sosial bisa dijadikan sumber penghasilan. Hingga tahun 2017 Dnet tidak tanggung.-tanggung berniat mempekerjakan 12.000 Infoladies dan melebarkan sayap ke negara-negara miskin seperti Kongo, Rwanda, Burundi dan Sri Langka.
Pekerja Seks Komersial di Bangladesh
Prostitusi dilegalkan di Bangladesh sejak tahun 2000. Tapi kini marak prostitusi paksa terhadap anak di bawah umur, yang menjadi masalah besar di negara yang warganya mayoritas beragama Islam itu.
Foto: M.-U.Zaman/AFP/GettyImages
Prostitusi Paksa
Di Bangladesh banyak perempuan dipaksa menjadi pelacur saat masih anak-anak. Kebanyakan berasal dari keluarga miskin di pedesaan. Anak perempuan dijual kepada penyelundup manusia seharga 20,000 Taka (3 juta Rupiah). Ada pula yang menjadi pelacur karena ditipu lelaki yang mengiming-imingi akan mengawini mereka.
Foto: M.-U.Zaman/AFP/GettyImages
Obat Kuat Sapi
Banyak pekerja seks komersial mengkonsumsi Steroid Oradexon, yang biasanya digunakan peternak untuk menggemukkan sapi. Germo memberikan obat kuat itu kepada pelacur yang baru datang, untuk meningkatkan daya tahan mereka. Pegiat hak asasi mengatakan, penggunaan steroid itu sudah lazim, dan dalam jangka panjang bisa berakibat fatal.
Foto: M.-U.Zaman/AFP/GettyImages
Suntikan Bagi Anak di Bawah Umur
Steroid tidak berfungsi pada pekerja seks komersial di bawah umur, dalam kisaran usia antara 12 sampai 14 tahun. Untuk meningkatkan daya tahan dan gairah, germo di Bangladesh biasanya memberikan suntikan semacam dopping.
Foto: M.-U.Zaman/AFP/GettyImages
Kecanduan Steroid
NGO ActionAid melaporkan steroid oradexon digunakan oleh sekitar 90 persen pekerja seks komersial di Bangladesh yang berusia antara 15 hingga 35 tahun. Banyak yang kecanduan. Data resmi menyebutkan, sekitar 200.000 perempuan bekerja sebagai pelacur.
Foto: M.-U.Zaman/AFP/GettyImages
Penyuluhan di Rumah Bordil
ActionAid 2010 lalu memulai kampanye penyuluhan bagi pelacur berusia muda di rumah-rumah bordil di Bangladesh. Mereka menjelaskan bahayanya dan menolong yang kecanduan steroid. ActionAid melaporkan, perempuan yang memakai steroid, berat badannya naik pesat, tapi juga mengalami gangguan tekanan darah tinggi, diabetes, penyakit kulit serta sakit kepala akut.
Foto: GMB Akash
Terinfeksi HIV
Surat kabar lokal kerap memberitakan kasus infeksi HIV di kalangan pelacur Bangladesh. Tapi sejauh ini tidak ada data akurat hasil penelitan. Pekerja seks komersial biasanya berkilah, pelanggan tidak mau memakai kondom, sehingga mereka berisiko tinggi terinfeksi penyakit akibat hubungan seksual.
Foto: AP
Pelacur di Bawah Umur
Pelacuran anak-anak di bawah umur menjadi masalah serius di Bangladesh. Lembaga anak-anak PBB (UNICEF) menaksir sekitar 10,000 anak di bawah umur dieksploitasi industri seks komersial di negara itu. Sumber lain menyebutkan, angkanya jauh lebih tinggi, mencapai 29,000 pelacur di bawah umur.
Foto: M.-U.Zaman/AFP/GettyImages
Diserang Kelompok Islam Radikal
Sebuah kelompok Islam radikal menyerang sebuah rumah bordil di selatan Bangladesh, melukai sekitar 30 pelacur dan menghancurkan tempat tinggal 500 pekerja seks komersial. Serangan semacam itu, makin sering dilancarkan di negara berpenduduk mayoritas Islam tersebut.
Foto: M.-U.Zaman/AFP/GettyImages
8 foto1 | 8
Buat Akter pekerjaan barunya itu tidak mudah. Terlebih karena setiap hari dia harus berurusan dengan petani, pengangguran atau ibu-ibu dengan karakter uniknya masing-masing. Tapi kepuasan yang ia dapat tak berbayar. “Ibu saya menangis ketika saya memberikan gaji pertama,” kenangnya.
Teknologi Digital Akan Kuasai Keseharian Anda
Ponsel bukan lagi satu-satunya gadget yang pintar. Pada pameran elektronik IFA 2016, pengunjung bisa melihat berbagai produk terkini mulai dari kulkas yang bisa memesan bahan yang sudah habis hingga AC pintar.
Foto: DW/R. Fuchs
TV Semakin Besar
Para produsen televisi berusaha meraih konsumen baru dengan meningkatkan kualitas gambar dan menambah ukurannya. Resolusi ultra HD dan teknologi HDR adalah tren terkini. Juga lebih mudah untuk menghubungkan televisi dengan alat lain. Seperti bernavigasi antara internet, televisi dan radio.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Stache
AC Pintar
Rumah juga bisa menjadi pintar. Seperti dengan pengatur suhu ruangan yang bisa Anda kendalikan lewat app smartphone. Saat penghuni keluar dari rumah dengan membawa smartphonenya, sistem akan mengenalinya dan mematikan AC.
Foto: Tado
Hoverboard Lebih Aman
Hoverboard, generasi penerus Segway, dianggap kurang aman karena baterainya yang mudah terbakar. Perusahaan Jerman seperti Beamie atau Hama kini menawarkan skuter elektronik dengan jaminan keamanan.
Foto: Beamie
Ke Dunia Lain dengan Virtual Reality (VR)
Realita maya (VR) adalah salah satu tren utama di pameran IFA tahun ini. Kacamata VR seperti Gear VR, Oculus Rift atau HTC Vice membawa pengguna menjelajahi dunia maya.
Foto: Getty Images/AFP/T. Schwarz
Phantom 4 Drone Pintar
Produsen drone dari Cina, DJI, memperkenalkan Phantom 4 drone yang dilengkapi dengan kamera. Drone ini mampe melewati ruang sempit tanpa sinyal GPS. Sensor dan kamera memungkinkannya untuk bisa memposisikan dirinya sendiri. Hasil bidikan kamera dari udara juga beresolusi tinggi.
Foto: DW/R. Fuchs
Mengetahui Isi Lemari Es Lewat Ponsel
Anda tidak ingat apakah di rumah masih ada cukup makanan di lemari es atau tidak? Tanya saja kulkas Anda. Kamera yang terinstalasi memungkinkan pengguna akses dari jarak jauh ke lemari es lewat app di smartphone. Tidak hanya itu. Beberapa alat bahkan mampu memesan sendiri bahan makanan yang sudah hampir habis.
Foto: Getty Images/AFP/T. Schwarz
Tanaman Digital HerbGarden
Perusahaan Grundig memperkenalkan alat yang bisa menyediakan cahaya, gizi dan air untuk berkebun di dalam ruangan. Dan tentu bisa diatur dengan smartphone.
Foto: Grundig
MyWraps: Headphone Sebagai Gelang
MyWraps merancang headphone yang bisa dililit ke pergelangan tangan, sehingga menyerupai gelang cantik. Desainernya ingin menggabungkan musik dengan gaya hidup.