1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Inggris Akan Menindak Lebih Tegas Kejahatan Misogini

Stephanie Höppner
20 Agustus 2024

Inggris berencana meredam kebencian ekstrem terhadap perempuan dan anak perempuan. Misogini akan diperlakukan setara dengan ekstremisme.

Demonstrasi di London menentang kekerasan terhadap perempuan
Kekerasan terhadap perempuan di London, Inggris, meningkat tajam beberapa tahun terakhirFoto: Wiktor Szymanowicz/NurPhoto/IMAGO

Menurut polisi, keadaan ini sudah termasuk "darurat nasional". Setiap harinya, di Inggris dan Wales saja, sekitar 3.000 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan dilaporkan - termasuk, misalnya, kekerasan seksual, kekerasan dalam rumah tangga, penguntitan, atau pelecehan anak. Hal ini terungkap dari laporan Dewan Kepala Kepolisian Nasional (NPCC), akhir Juli lalu. Sebelum pandemi corona, angkanya lebih rendah sekitar sepertiganya.

Kini Menteri Dalam Negeri Inggris, Yvette Cooper, ingin mengambil tindakan yang lebih keras terhadap kekerasan terhadap perempuan, serta mencegah kebencian terhadap perempuan dan anak perempuan sejak dini.

Hingga bulan Oktober mendatang, Kementerian Dalam Negeri Inggris diharuskan menyajikan laporan, tentang bagaimana pemerintah dapat lebih berhasil memerangi ekstremisme yang semakin meningkat. Oleh karena itu, kebencian ekstrem terhadap perempuan, atau misogini, akan dipandang serupa dengan ekstremisme sayap kanan atau ekstremisme Islam.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Pedoman Kementerian Dalam Negeri sebelumnya didefinisikan terlalu sempit, meskipun kebencian terhadap perempuan terus meningkat, menurut pernyataan pemerintah. Menurut definisi umum, misogini adalah devaluasi radikal terhadap perempuan, yang mencakup kekerasan dan femisida atau pembunuhan terhadap perempuan karena dia perempuan.

Misoginis, radikalisasi secara online

Polisi Inggris telah lama memperingatkan memburuknya secara dramatis situasi keamanan perempuan dan anak perempuan di negara itu. "Hal ini juga disebabkan oleh semakin meningkatnya radikalisasi kaum lelaki berusia muda akibat pengaruh influencer," jelas Wakil Kepala Polisi Maggie Blyth.

Salah satu influencer paling terkenal adalah Andrew Tate. Orang yang menyatakan diri sebagai misoginis ini sejak bertahun-tahun dikenal karena pernyataan misoginisnya di media sosial. Menurut Tate dan para pengikutnya, perempuan harus dipandang sebagai benda milik laki-laki dan harus melayani mereka secara seksual. Di Rumania, Tate dituduh melakukan perdagangan manusia dan pemerkosaan. 

Menteri Luar Negeri Inggris Yvette Cooper ingin mengkaji ulang strategi ekstremismeFoto: Lucy North/PA Wire/dpa/picture alliance

Menurut studi jaringan antikebencian di internet (Das Nettz), misogini di internet semakin nyata dalam beberapa tahun terakhir, misalnya terlihat jlas lewat jenis bahasa vulgar yang mengatakan,  "perempuan menginginkan kekerasan dan pemerkosaan." Ini dimuat dalam studi "Menelusuri Misogini Online" dibuat atas kerja sama Das Nettz dan perusahaan teknologi Textgain dari Belgia.

"Kita perlu membesarkan satu generasi yang memiliki sikap sehat terhadap anak perempuan dan perempuan. Jika tidak, kita akan menanggulangi seluruh generasi misoginis," kata Menteri Pendidikan Inggris Bridget Phillipson. Radikalisasi sudah terlihat di sekolah.

Strategi terbaru memerangi ekstremisme, juga dapat menargetkan apa yang disebut budaya incel "terpaksa". Incel merujuk kepada keadaan di mana seseorang menjadi selibat, tapi mengklaim keadaan itu sebenarnya bukan pilihan mereka. Mereka tidak berhubungan seksual dan menyalahkan perempuan dan apa yang disebut laki-laki alfa atas keadaan tersebut. 

Mereka membagikan pandangan dunia misoginis tersebut di forum atau jejaring sosial. Dalam beberapa kasus, mereka juga menyerukan kebencian dan kekerasan atau menargetkan individu yang akan diserang dengan menampilkan profil atau foto-foto mereka. Ini juga dijelaskan dalam publikasi dari organisasi Böll Foundation dengan judul Gerakan Hak-Hak Laki-Laki Antifeminis.

Deradikalisasi lewat program Prevent

Menteri Luar Negeri Inggris Jess Phillips kepada lembaga penyiaran LBC mengatakan,  ini bukan tentang mengkriminalisasi orang yang menunjukkan tanda-tanda ideologi tertentu, namun tentang mencegah ideologi tersebut.

Menurut surat kabar mingguan Jerman, Die Zeit, strategi pencegahan atau Prevent yang digunakan dalam antiterorisme bisa efektif diaplikasikan dalam hal ini. Strategi ini diperkenalkan oleh pemerintahan Partai Buruh pada 2007 dan yang terutama berkaitan dengan ekstremisme sayap kanan dan Islamisme. 

Berdasarkan strategi ini, para spesialis di bidang kerja sosial yang berkaitan dengan remaja atau keperawatan, harus melaporkan orang-orang yang mulai menunjukkan tanda-tanda radikalisasi. Pihak berwenang antara lain kemudian memutuskan, apakah generasi muda tersebut perlu ikut serta dalam program deradikalisasi.

Demonstrasi Hari Perempuan Internasional di Madrid: Misogini adalah fenomena yang menduniaFoto: Bernat Armangue/AP/dpa/picture alliance

Situs web Prevent milik pemerintah Inggris menjelaskan indikator-indikator yang dapat menunjukkan sikap ekstrem. Beberapa di antaranya, membenarkan kekerasan, menolak bekerja sama dengan kelompok orang tertentu, menggunakan simbol atau pakaian yang relevan dengan organisasi teroris.

Mulai musim gugur tahun ini, program Prevent juga akan diberlakukan terhadap siswa yang dicurigai membuat komentar yang sangat misoginis. Namun program ini bukannya tanpa kontroversi. Para kritikus telah bertahun lamanya menggambarkan program ini sebagai "program mata-mata".

Sementara yang lainnya mempertanyakan, mengapa kebencian terhadap laki-laki tidak bisa digolongkan sebagai ekstremis atau siapa yang menentukan seperti apa misogini ekstrem itu.

(ae/as)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait