Inggris akhirnya bergabung dengan Prancis, Jerman dan Amerika Serikat dalam menerima rencana IOC untuk mengizinkan atlet Rusia dan Belarus tampil secara individual di Olimpiade Paris.
Iklan
Inggris, yang tadinya bersikeras menolak sama sekali kehadiran atlet Rusia dan Belarusia di Olimpiade Paris, akhirnya mengalah. Komite Olimpiade Internasional IOC sebelumnya menetapkan bahwa atlet Rusia dan Belarus dapat berkompetisi di Paris, jika mereka tidak memiliki latar belakang militer dan tidak secara terbuka mendukung perang Ukraina.
Meskipun perang sedang berlangsung di Ukraina, IOC dan Komite Paralimpiade Internasional memutuskan, atlet dari kedua negara dapat ambil bagian dalam Olimpiade sebagai pihak netral, tidak di bawah bendera negaranya. IOC memang tidak mengundang Rusia dan Belarus mengirimkan delegasi resmi ke Paris.
Menteri untuk Kebudayaan, Media dan Olahraga Inggris, Lucy Frazer tahun lalu pernah mengatakan, "rencana apa pun” untuk mengizinkan warga Rusia dan Belarusia berpartisipasi di Paris "tidak kredibel,” dan mengindikasikan bahwa pemerintah Inggris lebih memilih larangan tampil secara menyeluruh.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Inggris tidak lagi menolak atlit "netral"
Tetapi sekarang Inggris tidak lagi menolak kehadiran atlet dari kedua jika tampil secara netral, artinya tanpa bendera, lagu kebangsaan, atau seragam nasional. Atlit dari Rusia dan Belarus yang tampil secara individual juga tidak akan mengikuti pawai pembukaan Olimpiade Paris.
Iklan
Seorang juru bicara pemerintah Inggris menjelaskan: "Atlet Rusia dan Belarus yang mewakili negara mereka tidak boleh diizinkan mengikuti kompetisi olahraga domestik atau internasional. Posisi tersebut masih berlaku."
Menteri Dalam Negeri dan Olahraga Jerman Nancy Faeser telah menyetujui keputusan IOC, dengan mengatakan bahwa Komite Olimpiade harus "sangat tegas” memastikan bahwa "atlet Rusia dan Belarus secara konsisten dilarang berpartisipasi jika mereka mendukung perang agresi Rusia dengan cara apa pun. atau memiliki hubungan apa pun dengan pemerintah dan militer Rusia."
Amerika Serikat telah lama mendukung posisi IOC, bahkan sebelum posisi tersebut secara resmi disetujui pada bulan Desember 2023. Prancis, sebagai negara tuan rumah, harus mengikuti semua aturan IOC, meskipun Wali Kota Paris Anne Hidalgo bulan lalu di kanal YouTube "Ukraina United News" masih menyatakan: "Saya ingin memberi tahu para atlet Rusia dan Belarus bahwa mereka tidak diinginkan di Paris. Saya juga ingin menyampaikan kepada para atlet Ukraina dan seluruh rakyat Ukraina bahwa kami sangat mendukung mereka."
Ukraina sebelumnya menyerukan boikot terhadap Olimpiade Paris, jika atlet Rusia ikut bertanding, namun sikap itu kini tampaknya telah melunak. Tapi ketua komite Olimpiade Ukraina mengeluarkan pedoman yang mengatakan bahwa atlet Ukraina di Paris tidak boleh berdiri di samping orang Rusia atau berjabat tangan dengan orang Rusia.
Rusia dan Belarus sendiri tidak menutup kemungkinan akan melarang semua atlet mereka berkompetisi.
(hp/as)
Ketika Olimpiade Bersimbah Darah: Tragedi München 1972
Olimpiade 1972 di München dibuka dengan meriah. Lalu teroris Black September menyandera delegasi Israel. Polisi Jerman Barat yang tidak berpengalaman mencoba misi pembebasan yang gagal total, 11 sandera Israel tewas.
Foto: Klaus-Dieter Heirler/picture-alliance/dpa
Upacara pembukaan yang meriah
Kota München ingin menampilkan dirinya kepada dunia sebagai tuan rumah Olimpiade yang ramah dan penuh warna-warni. Penyelenggara berharap bisa mengubah citra Jerman yang tercoreng sejak Nazi menggelar Olimpiade 1936 di Berlin. Polisi lokal sengaja berpakaian sipil dan tidak dipersenjatai. Selama 10 hari, München merayakan festival damai dengan tamu dari seluruh dunia.
Foto: picture-alliance/dpa
Serangan fajar
Pada dini hari 5 September, delapan anggota kelompok teroris Palestina "Black September" menerobos masuk ke sebuah apartemen tim Israel di Desa Olimpiade. Mereka menembak mati pelatih gulat Moshe Weinberg dan melukai serius atlet angkat besi Josef Romano. Dia kehabisan darah sampai mati, sementara sembilan sandera lainnya diikat di ruangan yang sama.
Foto: dapd
Negosiasi gagal
Para teroris menuntut pembebasan lebih dari 200 tahanan dari penjara Israel, dan berjanji akan membebaskan para sandera jika tuntutannya terpenuhi. Menteri Dalam Negeri Jerman Hans-Dietrich Genscher (ketiga dari kiri) dan pejabat lainnya bernegosiasi dengan pemimpin teroris, yang menyebut dirinya Issa. Genscher menawarkan diri untuk menggantikan para sandera, tapi ditolak.
Foto: picture alliance / dpa
Tidak ada tawar-menawar dengan teroris
PM Israel Golda Meir menolak negosiasi yang disebutnya sebagai "pemerasan yang paling buruk." Dia mengatakan: "Jika kita menyerah, maka tidak ada lagi orang Israel di dunia" yang hidupnya aman. Israel menawarkan mengirim pasukan khususnya ke Jerman untuk membebaskan para sandera, tetapi hal ini ditolak oleh pemerintah Jerman Barat.
Foto: Hugues Vassal/akg-images/picture alliance
Acara olimpiade ditangguhkan
Meskipun ada kasus pembunuhan dan penyanderaan, acara olimpiade masih tetap berlangsung, dengan pengunjung terus memadati Taman Olimpiade. Setelah orang Israel mengadakan demonstrasi dan menuntut Olimpiade dihentikan, penyelenggara pada sore hari menghentikan acara.
Foto: Horst Ossinger/picture alliance
Misi penyelamatan tertangkap siaran live
Polisi negara bagian Bayern menyiapkan penyerbuan ke aparteman tempat para sandera disekap, tapi mereka tertangkap tayangan live televisi yang juga ditonton para teroris. Rencana pembebasan sandera pun dibatalkan.
Foto: Horst Ossinger/dpa/picture alliance
Pura-pura memenuhi tuntutan penyandera
Ultimatum para teroris sempat diperpanjang beberapa kali. Akhirnya disepakati bahwa mereka akan dibawa ke bandara militer terdekat dengan dua helikopter, dan dari sana diterbangkan ke Kairo bersama para sandera. Namun para negosiator Jerman sebenarnya hanya ingin menjebak para teroris dengan janji itu.
Foto: dpa/picture alliance
Rencana yang kacau
Sebuah pesawat Boeing menunggu di Bandara Fürstenfeldbruck. Petugas kepolisian menyamar sebagai kru dan menunggu kedatangan rombongan. Tetapi petugas tidak terlatih dan tidak punya cukup senjata. Akhirnya mereka membatalkan misi atas keputusan sendiri. Beberapa petugas polisi lain di bandara juga tidak tahu bahwa ada delapan penyandera, sebelumnya diyakini hanya ada lima.
Foto: Heinz Gebhardt/IMAGO
Semua sandera terbunuh
Ketika dua teroris memeriksa pesawat Boeing, ada polisi melepaskan tembakan. Terjadi baku tembak selama berjam-jam. Teroris yangf lain meledakkan salah satu helikopter dengan granat tangan, sebelum menembak mati tahanan yang tersisa di helikopter kedua. Pada akhirnya, 15 orang tewas: Seorang polisi, lima teroris dan sembilan sandera.
Foto: dpa/picture alliance
'The Games must go on'
Pada 6 September diadakan upacara peringatan bagi para korban di Stadion Olimpiade. Di sana Presiden IOC Avery Brundage mengumumkan bahwa Olimpiade tidak akan tunduk pada teror. "Pertandingan harus diteruskan," katanya.
Foto: Heidtmann/picture alliance/dpa
Teroris ditukar sandera di Zagreb
Oktober 1972, sebuah pesawat Lufthansa dari Damaskus menuju Frankfurt dibajak dan mendarat di Zagreb. Pembajak menuntut pembebasan ketiga teroris Black September. Jerman akhirnya membawa ketiga teroris ke Yugoslavia dan mereka ikut terbang ke Tripoli. Para sandera dan awak pesawat kemudian dibebaskan dan teroris Black September mendapat perlindungan pimpinan Libia, Muammar Gaddafi. (hp/yp)