Inggris ikut melakukan invasi ke Irak sebelum semua opsi damai dijalankan. Juga antisipasi untuk masa pasca perang tidak memadai. Inilah kesimpulan Chilcot Inquiry yang disusun selama 7 tahun.
Iklan
Inilah ironi dari perang Irak dan keterlibatan Inggris. Membandingkan dengan pesawat percobaan Juno yang diluncurkan NASA hanya perlu lima tahun untuk mencapai planet Jupiter, perampungan laporan andil Inggris dalam invasi Irak yang dibuat pemerintah Inggris perlu waktu 7 tahun.
Padahal tentara Inggris juga tidak bertugas selama itu di Irak. Perang Dunia II juga tidak berlangsung selama itu. Andil Inggris dalam perang Irak diselidiki tim khusus di bawah pimpinan Lord John Chilcot. Laporan yang diberi nama Chilcot Inquiry, panjangnya dua juta kata, disusun dalam waktu tujuh tahun. 129 saksi, termasuk mantan PM Tony Blair juga ikut diinterogasi.
Irak - 10 Tahun Setelah Perang
Sepuluh tahun setelah invasi AS, bagaimana kehidupan di Irak?
Foto: DW/K. Zurutuza
Mimpi buruk terus berlangsung
Sekalipun miliaran Dollar AS disalurkan untuk pembangunan kembali, situasi bagi warga Irak masih buruk. Air dan listrik tetap langka. Selain infrastruktur yang sangat buruk, Irak juga menghadapi korupsi yang merajalela, kemiskinan yang meluas dan pengangguran tinggi.
Foto: DW/K. Zurutuza
Dalam pengungsian
Bertahun-tahun perang dan instabilitas politik mengakibatkan pengungsian besar-besaran. Menurut laporan badan pengungsi PBB, UNHCR, tahun 2012 banyak pengungsi Irak di Suriah yang kembali lagi ke negaranya karena di Suriah terjadi perang. Menurut UNHCR, di Irak sendiri ada 1,2 juta pengungsi.
Foto: DW/K. Zurutuza
Ritual sehari-hari
Hampir seperlima dari 33 juta penduduk Irak tinggal di Bagdad. Ibukota Irak penuh dengan kawasan tertutup dan zona keamanan. Penduduk Bagdad harus melewati banyak pos pengawasan setiap hari. Walaupun begitu, tetap saja terjadi serangan bunuh diri. Sehari sebelum peringatan 10 tahun Perang Irak, bom mobil meledak di kawasan yang dihuni kalangan Syiah di Bagdad. 50 orang tewas.
Foto: DW/K. Zurutuza
Kematian dan kehancuran
Bank data "Iraq Body Count“ menghitung semua korban tewas dalam aksi kekerasan sejak invasi Amerika Serikat tahun 2003. Tahun lalu, data itu mencatat ada 4.568 korban sipil yang tewas. Tahun 2012 menjadi tahun pertama jumlah korban sipil yang tewas meningkat setelah 2009. Menurut "Iraq Body Count” tahun 2011 ada 4.144 warga sipil yang tewas.
Foto: DW/K. Zurutuza
”Bukan negara untuk perempuan”
Hanya 40 persen perempuan Irak saat ini bisa membaca dan menulis. Tahun 1970 angka ini masih mencapai hampir 100 persen. Irak dulu memuji dirinya sebagai negara pertama di Timur Tengah yang punya perdana menteri dan hakim perempuan. Sekarang banyak janda yang harus berjuang mempertahankan hidup. Makin banyak anak gadis yang dipaksa menikah.
Foto: DW/K. Zurutuza
Hidup di atas Ranjau
Perang dan konflik internal selama sepuluh tahun meninggalkan warisan berbahaya. Di Irak banyak sekali ranjau darat dan bom yang tidak meledak. Menurut keterangan PBB, ada sekitar 2,7 juta orang di Irak yang hidup di kawasan ranjau.
Foto: DW/K. Zurutuza
Kematian pelahan-lahan
Berbagai laporan medis memberitakan tentang meningkatnya penderita kanker dan angka kematian anak-anak. Peningkatan ini bahkan disebut jauh lebih tinggi dari angka di Hiroshima dan Nagasaki setelah bom atom dijatuhkan. Penyebab utama adalah bahan uranium yang digunakan untuk memperkuat daya tembus bom.
Foto: DW/K. Zurutuza
Sons of Irak
Kelompok "Sons of Irak“ dibentuk tahun 2005 oleh para pimpinan Sunni untuk menjaga keamanan di kawasan mereka. Kelompok ini sekarang menjadi pasukan paramiliter, yang beroperasi bersama-sama dengan aparat keamanan resmi di seluruh Irak. Karena persenjataan mereka buruk, mereka sering jadi sasaran serangan teror Al Qaida.
Foto: DW/K. Zurutuza
Musim semi Arab di Irak?
Di kawasan yang mayoritas penduduknya warga Sunni, sejak Desember 2012 sering terjadi aksi demonstrasi yang diikuti ribuan orang. Aksi demonstrasi ini merupakan lanjutan dari rangkaian protes yang dimulai tahun 2011, sehubungan dengan gerakan yang disebut Musim Semi Arab.
Foto: DW/K. Zurutuza
Demi masa depan yang lebih baik?
Brigade "Revolusi 1920“ adalah kelompok bersenjata kalangan Sunni. Kelompok ini memerangi pemerintah Irak. ”Mereka yang bertanggung jawab untuk perang ini, harus punya kewajiban moral untuk membantu pembangunan kembali negara kami,” kata komandan brigade Saad kepada DW. ”Invasi ini dilaksanakan dengan kebohongan besar, bahwa ada senjata pemusnah massal di sini.”
Foto: DW/K. Zurutuza
10 foto1 | 10
Tahun-tahun berisi pengumpulan informasi dan pernyataan saksi berakhir hari ini. Laporan Chilcot pada intinya menyebutkan: Inggris ikut melancarkan invasi ke Irak secara tergesa-gesa, sebelum semua opsi damai dijalankan. Juga penarikan keputusan dilakukan berdasarkan asesment data intelejen yang cacat dan meragukan.
Lporan ini diyakini akan jadi "ancaman" bagi mantan Perdana Menteri Tony Blair, yang aksinya ikut memicu berkobarnya perang Irak ke dua. Pertanyaan paling penting: apakah Blair sengaja mengecoh parlemen? Atau ia hanya mempropagandakan informasi salah, yang ia sendiri percaya sebagai benar?
Sebuah keputusan, bukan penipuan
Dalam pernyataan 2010, Blair mengaku akan mengambil tindakan yang berbeda pada tahun 2002 dan 2003, jika ia punya informasi intelejen yang baru muncul setelahnya. "Itu bukan penipuan, melainkan sebuah keputusan,", kata Blair menyangkut keikutsertaan Inggris dalam invasi ke Irak yang digagas AS secara unilateral tanpa persetujuan PBB dan NATO.
Tapi ada yang beranggapan, Blair menipu negara, parlemen, bahkan kabinetnya sendiri, karena salah menginterpretasi atau membesar-besarkan hasil penyelidikan yang sangat terbatas, dan keinginannya untuk mengambil keputusan dalam suasana yang informal dan bukan dalam pertemuan kabinet. Anggota Parlemen David Davis dari kubu konservatif menilai Blair tidak hanya berbohong, tapi juga melancarkan kampanye terkoordinir untuk menyesatkan politisi serta publik.
Davis mengatakan konflik yang dipicu "koalisi anti teror" Bush menyebabkan Irak sekarang jadi puing-puing belaka. Hal ini juga jadi penyebab utama menyebarnya kekerasan di kawasan maupun global sekaligus merusak kepercayaan pada kemampuan politik luar negeri negara-negara Barat.
Senjata pembunuh masal dan "dokumen berisiko tinggi"
Ketika itu, pemerintah AS di bawah presiden George W. Bush memfokuskan diri pada sosok Saddam Hussein yang dinilai ikut jadi dalang serangan teror 11 September. Sedangkan Inggris mengkonsentrasikan diri pada senjata pembunuh massal yang katanya dimiliki Irak.
Sebuah dokumen dari tahun 2002, yang disebut "Senjata Pembunuh Masal Irak", sekarang lebih dikenal sebagai "dodgy dossier" atau dokumen berisiko tinggi. Pengantarnya ditandatangani Blair, dan isinya menyatakan, pasukan Inggris yang ditempatkan di Siprus bisa dicapai dengan senjata pembunuh masal hanya dalam waktu 45 menit setelah pernyataan perang. Isi laporan ini disebarluaskan, dan tidak pernah dikoreksi pemerintah Inggris.
Ketika itu opini publik tentang keikutseretaan Inggris dalam invasi Irak bermacam-macam. Yang tegas menentang hanya sedikit. Ada demonstrasi menentang perang di London yang dihadiri 1 juta orang. Tapi setelah beberapa tahun perang Irak dan Saddam Hussein dihukum mati, kesalahan data atau rekayasa informasi dalam konflik Irak makin jelas. Barulah rakyat Inggris menyatakan tidak setuju negaranya ikut invasi yang digagas AS tanpa persetujuan Dewan Keamanan PBB. Tapi semua sudah terlambat dan tidak ada gunanya, terutama bagi rakyat Irak yang menjadi korban.
Siapa yang tahu apa?
Dua tuduhan jelas memberatkan Blair sebelum publikasi laporan Chilcot. Yang pertama, apakah ia sengaja menipu rakyat dan parlemen? Yang kedua, apa motifnya ikut perang? Jika Chilcot Inquiry berkonklusi bahwa "pergantian rejim Irak" jadi tujuan invasi, dan bukan melucuti senjata Saddam, Blair bisa dituduh melanggar mandatnya.
Pemimpin Partai Buruh saat ini, Jeremy Corbyn, beberapa waktu lalu menyatakan akan mengajukan tuntutan terhadap Blair, jika hasil penyelidikan merujuk pada kesalahan Blair. Tetapi Corbyn sekarang sibuk dengan pembangkang di kalangan partainya sendiri.
Tahun Berdarah di Timur Tengah
Geliat IS di Suriah dan Irak, serta perang di Jalur Gaza menandai tahun yang penuh peristiwa di Timur Tengah. Berikut beberapa yang paling banyak mencuri perhatian dunia.
Foto: Getty Images/K. Cucel
Geliat Islamic State
Sejak 2013, kelompok teror ini sudah menguasai kota Rakka di Suriah. Januari silam mereka berhasil merebut kota Falludjah dari tangan militer Irak. Gerilayawan garis keras yang dikenal dengan aksi brutalnya itu juga sempat bercokol di provinsi Anbar dengan tujuan menguasai kota Baghdad.
Foto: Reuters
Konflik Atom Iran
Langkah Iran menghentikan program pengayaan uraniumnya Januari lalu disambut oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa dengan melonggarkan sanksi. Kendati terdapat pendekatan yang signifikan, konflik atom Iran belum akan selesai. November kemarin pihak-pihak yang terlibat memperpanjang masa perundingan hingga 2015.
Foto: ISNA
Eksekusi Massal di Mesir
Setelah pemerintah Mesir menempatkan Ikhwanul Muslimin dalam daftar organisasi teror, sebuah pengadilan di Al-Minya memvonis mati 529 pendukung dan simpatisan Ikhwan. Pada proses lanjutan April lalu, pengadilan menjatuhkan vonis mati kepada 683 individu lain. Sebagian besar vonis mati lalu diubah menjadi hukuman kurung seumur hidup.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Perubahan Kekuasaan di Irak
Pada 30 April, warga Irak untuk pertama kalinya memilih parlemen sejak penarikan mundur tentara AS. Setelah konflik panjang, Perdana Menteri Nuri Al-Maliki (ki.) akhirnya bersedia untuk tidak mencalonkan diri lagi buat memuluskan jalan rekan separtainya, Haidar al-Abadi (ka.)
Foto: Reuters/Hadi Mizban
Suriah yang Tidak Ada Akhir
Setelah dua tahun perundingan lewat mediasi PBB yang kandas tanpa hasil, Utusan Khusus Timur Tengah Lakhdar Brahimi mengundurkan diri Mai silam. Tidak lama kemudian Presiden Suriah Basyar Assad merayakan kemenangan pemilu dengan 88,7 persen suara. Lucunya, pemilu cuma digelar di daerah-daerah yang diduduki pasukan pemerintah.
Foto: Reuters
Sisi Memimpin Mesir
Bekas panglima militer, Abdul Fattah al-Sisi, memenangkan pemilu kepresidenan di Mesir, akhir Mai lalu. Satu-satunya pesaing yang berani maju adalah Hamdien Sabbahi yang mendapat 3,1 persen suara. Dengan kemenangannya, warga Mesir berharap pemerintah bisa mengembalikan kondisi keamanan dan mengeluarkan negeri itu dari krisis ekonomi.
Foto: Reuters
Hamas dan Fatah Berdamai
Untuk pertamakalinya sejak 2007, Fatah dan Hamas kembali membentuk pemerintahan bersama. Presiden Mahmud Abbas meresmikan kabinet baru itu di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Rami Hamdallah. Langkah tersebut memicu reaksi keras dari Israel. PM Benjamin Netanyahu mengkritik, Fatah lebih suka mencari damai dengan Hamas ketimbang Israel.
Foto: DW/K. Shuttleworth
Di bawah Bayang IS
Juni silam Islamic State berhasil merebut kota Mossul, Irak. Kelompok teror itu juga sukses merekrut pejabat tinggi militer Irak dari jaman Saddam Hussein. Untuk pertamakalinya IS mendeklarasikan terbentuknya kekhalifahan Islam di Suriah dan Irak.
Foto: picture alliance/abaca
Perang 50 Hari
Situasi antara Israel dan Palestina tetap panas sepanjang 2014. Pada 8 Juni, Israel memulai serangan baru untuk menghentikan tembakan roket dari Jalur Gaza. Pertengahan bulan negara Yahudi itu mengirimkan pasukan infanteri. Selama 50 hari, perang di Gaza menelan lebih dari 2100 korban jiwa di pihak Palestina dan 70 warga Israel. Lebih dari 20.000 rumah di Gaza hancur oleh bom.
Foto: picture-alliance/dpa
Pelarian Kaum Yasidi
Ketika kota Sindjar jatuh ke tangan IS Agustus silam, ratusan penduduk tak berdosa dari suku Yasidi tewas dalam eksekusi mati. Sementara puluhan ribu lainnya mengungsi ke gunung. Mereka bertahan hingga pertengahan Agustus, saat pasukan Peshmerga mengirimkan helikopter untuk evakuasi.
Foto: picture-alliance/abaca/Depo Photos
Serangan Udara terhadap IS
Pada bulan yang sama Presiden AS, Barack Obama merestui serangan udara terhadap IS di Irak. Pada bulan September serangan itu diperluas hingga wilayah Suriah. Lima negara Arab ikut serta dalam operasi militer tersebut: Arab Saudi, Qatar, Bahrain dan Yordania.
Foto: Getty Images
Membidik Jurnalis
Mata dunia tertuju pada Irak selambatnya sejak IS mempublikasikan video eksekusi mati terhadap jurnalis barat dan serdadu Irak atau Kurdi. Pada 9 Agustus video pembunuhan pertama beredar di internet. Pada video tersebut terlihat reporter AS, James Foley yang tewas setelah digorok lehernya.
Foto: dapd
Libya di Ambang Kekacauan
Di tengah pertempuran antara milisi-milisi yang bertikai, parlemen baru Libya diresmikan pada Agustus di Tobruk. Ke kota itulah pemerintahan Libya berpindah setelah situasi keamanan yang memburuk di Tripolis dan Benghazi. Sejak itu dua parlemen bersaing berebut kekuasaan. Sementara parlemen lama yang dikuasai oleh kelompok Islam garis keras terus bekerja seperti normal di Tripolis.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Gerilayawan buat Kobani
Bulan September menandai awal pertempuran di kota Kobani, di utara Suriah. IS berupaya merebut kota ini sebagai simbol kemenangannya atas Suriah. Bulan Oktober ratusan gerilyawan Peshmerga berdatangan ke Kobani buat memerangi IS. Mereka dipersenjatai oleh negara-negara barat.
Foto: picture-alliance/AP/Vadim Ghirda
Drama Mubarak
Lebih dari tiga tahun sejak lengsernya Hosni Mubarak, sebuah pengadilan di Kairo membatalkan gugatan terhadap bekas presiden itu atas tuduhan pembunuhan terhadap lebih dari 800 demonstran. Sebagian besar warga Mesir turun ke jalan buat memrotes keputusan tersebut. Mubarak sendiri sudah divonis tiga tahun penjara pada bulan Mai.
Foto: AFP/Getty Images/M. El Shahed
15 foto1 | 15
Sementara Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) menyatakan tertarik pada sejumlah hasil penyelidikan, misalnya perincian soal tindakan kriminal yang dilakukan tentara Inggris di Irak. Tapi ICC juga menyatakan, keputusan Inggris untuk melancarkan perang dengan Irak tidak termasuk jurisdiksi mereka.
Perang itu menyedot dana 12 milyar Dolar dari anggaran Inggris. 179 tentara Inggris tewas selama misi di Irak berlangsung antara 2003 dan 2009, dan sedikitnya 150.000 warga sipil Irak juga tewas.
Sekarang, setelah penyelidikan tujuh tahun, dan dana jutaan Dolar berikutnya, laporan akan diterbitkan di internet, dan semua orang bisa mengaksesnya. Keluarga tentara Inggris yang tewas dalam perang mendapat sebuah eksemplar gratis.
Korban Kebiadaban Islamic State
Kebrutalan aksi kelompok Islamic State terhadap warga sipil membuat dunia merasa ngeri dan marah. Berikut beberapa aksi biadab milisi teror ini di tahun 2015.
Foto: Social media website via Reuters TV
Serangan di Paris
ISIS melancarkan sejumlah aksi teror di Paris, Perancis: penembakan di restoran, penyanderaan di gedung konser Bataclan dan serangan bom di sebuah bar dan dekat stadion sepak bola. Sedikitnya 130 orang tewas dan ratusan orang lainnya cidera akibat serangan kelompok ini.
Foto: Reuters/Ph. Wojazer
Eksekusi Massal
15 Februari 2015, dunia dikejutkan dengan video yang menunjukkan pemenggalan 21 warga Kristen Koptik Mesir. Kelompok militan Libya yang berafiliasi dengan Islamic State menangkap ke 21 warga Mesir ini pada bulan Desember 2014 dan Januari lalu.
Foto: bilderbox
Dituduh Mata-mata
9 Februari 2015, kelompok teror Mesir Ansar Bait al-Maqdis, yang pada November 2014, menyatakan bergabung dengan IS, mengeluarkan video pemenggalan delapan warga Beduin. Mereka dituduh sebagai mata-mata Mesir dan Israel.
Foto: Getty Images/J. Moore
Pejuang Kurdi
Hujam Surchi, seorang anggota pejuang bersenjata Kurdi Peshmerga (foto), terluka dan ditangkap IS saat pertempuran di Mossul, Irak, pada 6 Agustus 2014. Video pemenggalan ayah dari 11 anak ini dikelurkan IS pada 25 Januari 2015.
Foto: picture-alliance/dpa/David Ebener
Dibakar Hidup-hidup
3 Februari 2015 Teroris Islamic State menunjukan kebrutalannya dengan menunjukkan video aksi mereka membakar hidup-hidup pilot Yordania Muath al-Kasaesbeh (26) hingga tewas. Pilot pesawat tempur F-16 itu ditangkap Desember 2014 karena pesawatnya jatuh saat melakukan misi serangan ke posisi IS di timur laut Suriah.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Berupaya Menolong
Kenji Goto ditangkap IS di Suriah pada Oktober 2014, saat ia berupaya meminta pembebasan Haruna Yukawa, pekerja Jepang di Suriah. 31 januari 2015, IS mengeluarkan video pemenggalan wartawan Jepang ini.
Foto: Reuters/www.reportr.co via Reuters TV
Korban Pertama dari Jepang
Haruna Yukawa dipancung IS pada Januari 2015. Kontraktor jasa keamanan bagi pekerja Jepang di wilayah konflik ini ditangkap oleh milisi IS pada 14 Agustus 2014.
Foto: Reuters/Yuya Shino
Lewat Jejaring Sosial
17 pria warga Deir ez-Zor, Suriah, dipancung pada Januari 2015. Foto-foto aksi biadab IS ini disebarkan lewat Twitter.(Foto: kampanye IS di Twitter)
Foto: picture-alliance/AP Photo
Ribuan Korban Lainnya
Belum diketahui dengan pasti berapa jumlah keseluruhan korban kebrutalan IS, sejak kelompok teror ini bangkit di tahun 2014. Pertengahan November 2014, para pengamat memperkirakan, sedikitnya 1500 warga Suriah tewas akibat kekejaman IS.