Inggris Pesan Jutaan Vaksin Corona dari BioNTech dan Pfizer
20 Juli 2020
Perusahaan Jerman, BioNTech, dan raksasa farmasi AS, Pfizer, terima pesanan pertama vaksin potensial virus corona dari pemerintah Inggris. Tidak tanggung-tanggung, Inggris dikabarkan borong puluhan juta vaksin.
Iklan
Pemerintah Inggris sepakat membeli vaksin corona ekperimental yang diproduksi oleh perusahaan bioteknologi asal Jerman, BioNTech, dan Pfizer dari Amerika Serikat. Kesepakatan jual-beli tersebut meliputi pemasokan 30 juta dosis vaksin BNT162 pada tahun 2020 dan 2021.
Namun kesepakatan ini masih "tergantung pada keberhasilan uji klinis dan persetujuan dari pihak berwenang," tulis pernyataan perusahaan bioteknologi yang bermarkas di Mainz, Jerman, Senin (20/07).
Tidak tersedia rincian finansial yang lebih lanjut terkait kesepakatan pembelian vaksin ini.
Kepala eksekutif dan salah satu pendiri BioNTech, Ugur Sahin, menyatakan berterima kasih kepada pemerintah Inggris atas kesepakatan tersebut.
"Kesepakatan ini adalah bagian dari komitmen kami untuk mengatasi pandemi dengan cara menciptakan pasokan global. Kami sedang berdiskusi dengan beberapa badan pemerintah lain dan berharap untuk segera mengumumkan perjanjian terkait pasokan tambahan," ujar Sahin.
Saat ini tengah berlangsung percobaan fase pertama dan kedua dari empat kandidat vaksin RNA dari BioNTech dan Pfizer di Jerman dan AS. Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) baru-baru ini memberikan semacam designasi jalur cepat bagi dua jenis dari vaksin yang tengah dikembangkan. BioNTech dan Pfizer telah merilis hasil awal dari uji coba yang sedang berlangsung dan beberapa ahli menyatakan reaksi positif atas kemajuan tersebut.
Berlomba Mencari Vaksin Corona
Pandemi Covid-19 menerjang cepat dan sudah tewaskan 450.000 jiwa kurang dari enam bulan. Hal ini pun picu lomba pembuatan vaksin yang efektif dan aman. Dari 100 potensi vaksin, inilah yang sudah uji klinis pada manusia.
Foto: picture-alliance/dpa/J.-P. Strobel
BioNTech dari Jerman dan Pfizer dari AS
Perusahaan bioteknologi Jerman BioNTech menjadi yang pertama mendapat rekomendasi dari Paul Ehrlich Institut untuk uji klinis pada manusia. Fase pertama dilakukan tes pada manusia dengan 12 relawan pada bulan April lalu. Bersama perusahaan farmasi AS Pfizer akan di lakukan uji klinis berikutnya untuk calon vaksin BNT162 dengan 360 relawan di AS.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Albrecht
CureVac dari Jerman
Perusahaan Jerman CureVac juga telah mendapat izin dari otoritas Jerman, dan siap melakukan uji klinis vaksin virus corona. Bulan Juni ini perusahaan dari kota Tübingen itu akan menguji calon vaksinnya pada 168 relawan. Pemerintah Jerman juga menanam investasi senilai 300 juta Euro di perusahaan bioteknologi ini.
Foto: picture-alliance/Geisler-Fotopress/S. Kanz
Moderna dari AS
Perusahaan bioteknologi AS, Moderna Inc adalah yang pertama di dunia yang mengumumkan uji klinis calon vaksin mRna-1273 pada manusia. CEO Moderna bertemu Presiden Trump Maret lalu untuk melaporkan perkembangan positif. Pemerintah AS mendukung dengan dana 483 juta US Dolar. Akhir Mei, fase kedua uji klinis dimulai dengan 600 relawan. Moderna bisa produksi hingga 500 juta dosis vaksin per tahun.
Foto: picture-alliance/CNP/AdMedia/K. Dietsch
AstraZeneca Swedia/Inggris dan Oxford Inggris
Perusahaan farmasi Swedia/Inggris AstraZeneca bersama Oxford University lakukan uji klinis vaksin eksperimental pada manusia di Inggris dan Brasil. Calon vaksin berasal dari virus adeno simpanse ChAdOx1. Bulan Mei dilakukan uji fase dua dengan 10.000 relawan. Produksi vaksin diharap bisa dimulai akhir tahun 2020, dengan kapasitas hingga dua miliar dosis. Uni Eropa sudah memesan 400 juta dosis.
Foto: picture-alliance/AP Photo/University of Oxford
Kaiser Permanente AS
Kaiser Permanente Washington Health Research Institute (KPWHRI) sudah melakukan uji klinis vaksin corona pada manusia dengan sampel kecil Maret lalu. Uji coba juga dilakukan pada manula. Riset dibiayai oleh jawatan kesehatan federal AS dengan vaksin yang dikembangkan moderna. (as/gtp)
Foto: picture-alliance/AP/T. Warren
5 foto1 | 5
Para relawan yang berpartisipasi dalam uji klinis berusia antara 18 dan 55 tahun. Dalam uji tersebut, relawan mengembangkan antibodi terhadap virus yang menyebabkan penyakit Covid-19. Namun demikian, masih belum jelas apakah antibodi tersebut dapat melindungi relawan terhadap infeksi. Untuk uji efektivitasnya kandidat vaksin ini akan dites lebih lanjut pada 30.000 kelompok sampel.
Investasi jutaan dosis vaksin eksperimental
Selain dari BioNTech dan Pfizer, pemerintah Inggris juga mengatakan telah menandatangani kesepakatan pembelian vaksin eksperimental untuk virus corona dari perusahaan lain yaitu Valneva. Jumlah vaksin eksperimental yang akan dibeli mencapai 90 juta dosis.
Inggris sebelumnya juga telah menandatangani kesepakatan dengan perusahaan farmasi dan biofarmasi multinasional, AstraZeneca, untuk menyediakan 100 juta dosis vaksin corona yang sedang diuji oleh Oxford University. Hasilnya diharapkan akan diumumkan pada Senin (20/07).
"Jutaan orang akan divaksinasi agar tahan terhadap virus corona," tulis pernyataan pemerintah Inggris, menyangkut tiga jenis kandidat vaksin berbeda yang mereka pesan..
Meskipun masih belum jelas vaksin mana yang pada akhirnya akan terbukti efektif melawan virus corona, Inggris dan negara-negara kaya lainnya telah berinvestasi membeli vaksin untuk memastikan kecukupan kapasitas produksi. Pengembangan sebuah vaksin tertentu biasanya akan memakan waktu bertahun-tahun.
ae/as (dpa, AP)
Lima Negara di Mana Infeksi COVID-19 Tak Tercatat
Sebagian besar negara di dunia, termasuk negara industri maju, sibuk kendalikan wabah corona yang merajalela. Sebaliknya sejumlah negara di Samudra Pasifik sejauh ini nampaknya mampu hadang virus SARS-CoV-2.
Foto: Getty Images/AFP/T. Blackwood
Republik Palau
Negara ini terdiri dari sekitar 340 pulau karang dan vulkanik. Penduduknya hanya sekitar 20.000. Sheldon Yett, yang wakili Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) di 14 negara di Pasifik katakan, beberapa hal jadi penyebab mengapa negara-negara kecil di Pasifik nampaknya berhasil mencegah masuknya wabah Corona. Tapi yang utama adalah: isolasi secara geografis. (Foto: pelabuhan Sardinia, Palau)
Foto: picture-alliance/Global Travel Images
Kepulauan Salomon
Negara ini terdiri dari sekitar 1.000 pulau. Penduduknya berjumlah sekitar 600.000 orang. Sheldon Yett dari UNICEF juga mengungkap, beberapa negara Pasifik "sangat cepat dalam membatasi dan menetapkan larangan masuknya penerbangan dan kapal dari luar negeri. Sehingga sangat sulit bagi siapapun yang terinfeksi COVID-19 untuk masuk ke sana."
Foto: picture-alliance/Prisma
Tonga
Tonga terdiri dari 177 pulau, dan penduduknya sekitar 100.000 orang. Menurut sebuah statistik, sejumlah besar warganya hidup di luar Tonga. Sebagian bekerja di Selandia Baru, yang jaraknya hanya sekitar 1.700 km dari Tonga. Ini juga bisa jadi salah satu penyebab, mengapa wabah tampaknya tidak masuk ke Tonga.
Kepulauan Cook berpenduduk 18.600 orang, dan memiliki 15 pulau. Yett dari UNICEF ungkap juga, pemerintah negara-negara Pasifik melihat berita penyebaran wabah di negara-negara industri maju, dan sadari risikonya, jika COVID-19 menyebar di komunitas mereka. Oleh sebab itu mereka mengambil langkah drastis. Tapi ada juga negara Pasifik yang tak berhasil menghalau Corona, misalnya Fiji dan Guam.
Yett kemukakan, sejumlah negara Pasifik masih punya ingatan segar wabah lain di sana. Misalnya wabah campak di Samoa, 2019. Diperkirakan hampir 3% warganya terinfeksi. 83 meninggal, dan hanya 7 di antaranya berada di atas usia 15. Sebuah wabah yang sebabkan banyak anak meninggal tidak mudah dilupakan sebuah komunitas, demikian Yett. (Sumber: UNICEF, WHO, Wikipedia; Ed.: ml/yp)