Inggris Pulangkan Kapal Ilegal yang Berlayar dari Prancis
9 September 2021
Pemerintah Inggris mulai Kamis (09/09), dapat memulangkan kapal yang membawa migran ilegal melintasi Selat Inggris. Kebijakan tegas ini dipicu banyaknya kapal pengangkut imigran ilegal bertolak dari kawasan Prancis.
Iklan
Meningkatnya jumlah kapal migran yang berlayar secara ilegal mencoreng reputasi Menteri Dalam Negeri Inggris Priti Patel dalam hal imigrasi, hukum, dan ketertiban. "Mengambil kembali kendali" perbatasan Inggris adalah bagian penting dari upaya negara itu keluar dari Uni Eropa dalam referendum Brexit 2016.
Namun, saat ini pemerintah Inggris telah menyetujui peraturan yang bisa menolak kedatangan kapal-kapal pembawa migran ilegal ke wilayahnya. Keputusan tersebut memperdalam keretakan diplomatik dengan Prancis dalam menghadapi gelombang pengungsi yang mempertaruhkan hidup mereka dengan mencoba menyeberangi Selat Inggris menggunakan perahu kecil.
Pihak berwenang di wilayah perbatasan Inggris akan dilatih untuk memaksa kapal putar balik menjauhi perairannya dengan menggunakan strategi baru yang aman, menurut seorang pejabat pemerintah yang tidak ingin diketahui identitasnya.
Pengesahan peraturan baru itu dilakukan setelah Patel mengadakan pembicaraan dengan Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin, yang sebelumnya telah memperingatkan Inggris dalam sebuah surat bahwa taktik baru "akan berisiko berdampak negatif pada kerja sama kedua negara."
Foto Ikonik Krisis Pengungsi Di Eropa
Jutaan pengungsi hijrah ke Eropa antara tahun 2015 dan 2016. Pemberitaan migrasi gelap dan penderitaan para pengungsi beberapa tahun terakhir turut mempengaruhi opini publik di Eropa.
Foto: picture alliance/AP Photo/E. Morenatti
Upaya mempertahankan hidup
Pengungsian dan penderitaan: Ratusan ribu orang, kebanyakan berasal dari Suriah, masuk ke Yunani dari Turki tahun 2015 dan 2016. Sekitar 10.000 orang terdampar di pulau Lesbos, Chios dan Samos. Tahun 2017, tercatat sudah lebih dari 6.000 pengungsi yang datang dari Januari sampai Mei.
Foto: Getty Images/AFP/A. Messinis
Berjalan kaki menembus Eropa
Tahun 2015 dan 2016, lebih satu juta orang mencoba mencapai Eropa Barat dari Yunani atau Turki melalui rute Balkan - lewat Makedonia, Serbia dan Hungaria. Aliran pengungsi hanya terhenti ketika rute ini ditutup secara resmi. Saat ini, sebagian besar pengungsi memilih rute Mediterania yang berbahaya dari Libya ke Eropa.
Foto: Getty Images/J. Mitchell
Kemarahan global
Gambar ini mengguncang dunia. Mayat bocah Aylan Kurdi berusia tiga tahun dari Suriah hanyut di pantai di Turki, September 2015. Foto ini tersebar luas dengan cepat lewat jejaring sosial dan menjadi simbol krisis pengungsi.
Foto: picture-alliance/AP Photo/DHA
Kekacauan dan keputusasaan
Kerusuhan di menit-menit terakhir: Ribuan pengungsi mencoba masuk ke dalam bus yang sudah penuh sesak dan kereta api di Kroasia setelah mengetahui rute melalui Eropa akan segera ditutup. Pada Oktober 2015, Hongaria menutup perbatasannya dan membuat kamp penampungan tempat pengungsi tinggal selama proses pendaftaran suaka.
Foto: Getty Images/J. J. Mitchell
Perbatasan ditutup
Penutupan resmi rute Balkan bulan Maret 2016 menyebabkan kondisi kacau-balau di seberang perbatasan. Ribuan pengungsi yang terdampar mulai marah dan putus asa. Banyak yang mencoba menyeberangi perbatasan dengan segala cara, seperti para pengungsi ini di perbatasan Yunani-Makedonia tak lama setelah perbatasan ditutup.
Seorang anak berbalut debu dan darah: Foto Omran yang berusia lima tahun mengejutkan publik saat dirilis tahun 2016. Ini menjadi gambaran kengerian perang saudara dan penderitaan rakyat di Suriah. Setahun kemudian, gambar-gambar baru Omran beredar di internet dalam kondisi yang sudah lebih baik.
Foto: picture-alliance/dpa/Aleppo Media Center
Belum tahu tinggal di mana
Seorang pria Suriah membawa putrinya di tengah hujan di perbatasan Yunani-Makedonia di Idomeni. Dia berharap bisa hidup aman dengan keluarganya di Eropa. Menurut peraturan Dublin, permohonan suaka hanya bisa diajukan di negara pertama tempat pengungsi menginjak Eropa. Yunani dan Italia menanggung beban terbesar.
Foto: Reuters/Y. Behrakis
Mengharapkan pertolongan
Jerman tetap menjadi tujuan utama para pengungsi, meski kebijakan pengungsi dan suaka di Jerman sejak munculnya arus pengungsi diperketat. Tetapi Kanselir Jerman Angela Merkel menyatakan Jerman tetap terbuka bagi pengungsi. Sejak 2015, Jerman telah menerima sekitar 1,2 juta pengungsi. Kanselir Merkel jadi ikon harapan bagi banyak pengungsi baru.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Hoppe
Situasi darurat di penampungan
Di utara Prancis, pihak berwenang membersihkan "hutan" yang terkenal di Calais. Kamp itu terbakar saat dilakukan evakuasi bulan Oktober 2016. Sekitar 6.500 penghuninya disalurkan ke tempat-tempat penampungan lain di Perancis. Setengah tahun kemudian, organisasi bantuan melaporkan banyak pengungsi anak-anak yang menjadi tunawisma di sekitar Calais.
Foto: picture-alliance/dpa/E. Laurent
Tenggelam di Laut Tengah
Kapal penyelamat organisasi bantuan dan pemerintah setempat terus melakukan pencarian kapal migran yang terancam tenggelam. Meski pelayaran sangat berbahaya, banyak pengungsi tetap berusaha melarikan diri dari konflik dan kemiskinan. Mereka berharap menemukan masa depan yang lebih baik di Eropa. Pada tahun 2017 ini saja, sudah 1.800 orang meninggal di perjalanan. (Teks: Charlotte Hauswedell/hp,rn)
Foto: picture alliance/AP Photo/E. Morenatti
10 foto1 | 10
Langkah untuk menghentikan "perdagangan keji"
Strategi baru untuk memulangkan kembali perahu migran dilaporkan telah diuji coba selama berbulan-bulan dan diawasi oleh Royal Marines, lapor Daily Telegraph. Namun, pejabat pasukan perbatasan mengatakan bahwa taktik itu hanya dapat digunakan dalam keadaan tertentu dan bukan "peluru perak", tambahnya.
Iklan
Perdana Menteri Boris Johnson pada Rabu (08/09) mengatakan kepada parlemen, Inggris harus menggunakan setiap taktik yang mungkin dapat menghentikan "perdagangan keji" para penyusup yang membawa banyak migran melintasi Selat.
Ditanya oleh seorang anggota parlemen Konservatif, kapan Inggris akan mengambil tindakan langsung untuk mengirim kembali kapal-kapal yang datang dari Prancis, Johnson mengutuk "perilaku kejam para gangster, dalang kriminal" di balik penyeberangan migran itu. Dia mengatakan mereka mengambil uang dari "orang-orang yang putus asa dan ketakutan" untuk membawanya dalam "perjalanan yang sangat, sangat berbahaya" melintasi salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia.
Johnson memuji Patel karena mengatasi masalah "dengan cara terbaik, yaitu memastikan bahwa mereka tidak meninggalkan pantai Prancis."
Anggota parlemen saat ini tengah meneliti undang-undang yang akan mempersulit migran ilegal memasuki Inggris untuk tinggal dengan mengklaim suaka. Di sisi lain, aturan baru itu juga akan mengesahkan hukum pidana bagi mereka yang sengaja tiba di Inggris tanpa izin.
Pengungsi Global: Melarikan Diri dari Bahaya
PBB melaporkan ada 82,4 juta pengungsi di seluruh dunia yang melarikan diri dari perang, penindasan, bencana alam hingga dampak perubahan iklim. Anak-anak pengungsi yang paling menderita.
Foto: KM Asad/dpa/picture alliance
Diselamatkan dari laut
Seorang bayi mungil diselamatkan seorang penyelam polisi Spanyol ketika nyaris mati tenggelam. Maroko pada Mei 2021, untuk sementara melonggarkan pengawasan di perbatasan dengan Ceuta. Ribuan orang mencoba memasuki kawasan enklave Spanyol itu dengan berenang di sepanjang pantai Afrika Utara. Foto ini dipandang sebagai representasi ikonik dari krisis migrasi di Ceuta.
Foto: Guardia Civil/AP Photo/picture alliance
Tidak ada prospek
Laut Mediterania adalah salah satu rute migrasi paling berbahaya di dunia. Banyak pengungsi Afrika yang mencoba dan gagal menyeberang ke Eropa, sebagian terdampar di Libia. Mereka terus berjuang untuk bertahan hidup dan seringkali harus bekerja dalam kondisi yang menyedihkan. Para pemuda di Tripoli ini contohnya, banyak dari mereka masih di bawah umur, menunggu dan beharap pekerjaan serabutan.
Foto: MAHMUD TURKIA/AFP via Getty Images
Hidup dalam sebuah koper
Sekitar 40% pengungsi adalah anak-anak. Beberapa tahun silam, 1,1 juta warga minoritas Muslim Rohingya melarikan diri dari kekerasan militer Myanmar ke Bangladesh Kamp pengungsi Cox's Bazar salah satu yang terbesar di dunia. LSM SOS Children's Villages peringatkan kekerasan, narkoba dan perdagangan manusia adalah masalah yang berkembang di sana, seperti halnya pekerja anak dan pernikahan dini.
Foto: DANISH SIDDIQUI/REUTERS
Krisis terbaru
Perang saudara di wilayah Tigray di Etiopia yang pecah baru-baru ini, telah memicu pergerakan pengungsi besar lainnya. Lebih dari 90% populasi Tigray saat ini bergantung pada bantuan kemanusiaan. Sekitar 1,6 juta orang melarikan diri ke Sudan, 720 ribu di antaranya adalah anak-anak. Mereka terjebak di wilayah transit, menghadapi masa depan yang tidak pasti
Foto: BAZ RATNER/REUTERS
Ke mana pengungsi harus pergi?
Pulau-pulau di Yunani jadi target pengungsi dari Suriah dan Afganistan, yang secara berkala terus berdatangan dari Turki. Banyak pengungsi ditampung di kamp Moria, pulau Lesbos, sampai kamp tersebut terbakar September lalu. Setelah itu, keluarga ini datang ke Athena. Uni Eropa telah berusaha selama bertahun-tahun untuk menyetujui strategi komunal dan kebijakan pengungsi, tetapi tidak berhasil.
Foto: picture-alliance/dpa/Y. Karahalis
Eksistensi yang keras
Tidak ada sekolah untuk anak-anak pengungsi Afganistan yang tinggal di kamp pengungsi Pakistan. Kamp tersebut telah ada sejak intervensi Soviet di Afganistan pada tahun 1979. Kondisi kehidupan di sana buruk. Kamp tersebut kekurangan air minum dan akomodasi yang layak.
Foto: Muhammed Semih Ugurlu/AA/picture alliance
Dukungan penting dari organisasi nirlaba
Banyak keluarga di Venezuela yang tidak melihat ada masa depan di negaranya sendiri, mengungsi ke negara tetangga, Kolombia. Di sana mereka mendapat dukungan dari Palang Merah yang memberikan bantuan medis dan kemanusiaan. Organisasi ini juga mendirikan kamp transit di sebuah sekolah di kota perbatasan Arauquita.
Foto: Luisa Gonzalez/REUTERS
Belajar untuk berintegrasi
Banyak pengungsi berharap masa depan yang lebih baik bagi anak-anak mereka di Jerman. Di Lernfreunde Haus-Karlsruhe, anak-anak pengungsi dipersiapkan untuk masuk ke sistem sekolah Jerman. Namun, selama pandemi COVID-19, mereka kehilangan bantuan untuk mengintegrasi diri mereka ke dalam masyarakat baru itu. (kfp/as)
Foto: Uli Deck/dpa/picture alliance
8 foto1 | 8
Prancis menilai strategi Inggris berbahaya
Dalam sebuah surat yang bocor ke media Inggris, Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin mengatakan, memaksa kapal kembali ke pantai Prancis akan berbahaya. Darmanin memprotes bahwa "menjaga nyawa manusia di laut diprioritaskan di atas pertimbangan kebangsaan, status, dan kebijakan migrasi", kata laporan itu.
Pada Juli lalu, Prancis dan Inggris sepakat mengerahkan lebih banyak polisi dan berinvestasi dalam teknologi pendeteksian untuk menghentikan penyeberangan ilegal melintasi perairan Selat Inggris. Polisi Prancis juga telah menyita banyak sampan, tetapi mereka berdalih hanya dapat mengurangi arus keberangkatan kapal-kapal pengangkut ilegal para migran itu.