Inggris akan melonggarkan sejumlah aturan pembatasan, mengikuti beberapa negara Eropa lainnya yang telah menghidupkan kembali sektor ekonomi secara bertahap. Di sisi lain, India masih menghadapi lonjakan kasus COVID-19.
Iklan
Pandemi telah merenggut hampir 3,3 juta nyawa di seluruh dunia, di mana Inggris memiliki jumlah kematian tertinggi di Eropa. Namun, program vaksinasi yang berhasil dilakukan dengan cepat dan tepat memungkinkan pihak berwenang melonggarkan aturan pembatasan.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan langkah-langkah terbaru - yang mulai efektif berlaku pada 17 Mei 2021 - dalam konferensi pers pada Senin (10/05).
Ketika ditanya saat diwawancarai BBC pada Minggu (09/05), mengenai boleh tidaknya orang-orang berpelukan, Menteri Senior Michael Gove mengatakan: "Tanpa mengurangi ulasan yang lebih luas tentang jaga jarak sosial ... kontak yang bersahabat, kontak intim antara teman dan keluarga adalah sesuatu yang kami ingin pulihkan."
Banyak pihak berharap pemerintah membuka kembali bioskop dan beberapa aula besar untuk menikmati konser musik.
Keputusan aturan baru Inggris dirilis setelah pemerintah Spanyol mencabut status keadaan darurat yang berlaku sejak Oktober 2020, sehingga kini memungkinkan orang untuk melakukan perjalanan antar wilayah.
Hidup di Era Pandemi COVID-19
Lebih dari setahun yang lalu, virus corona mulai menyebar ke seluruh dunia dan telah menginfeksi lebih dari 100 juta orang. Wabah ini mengubah hidup kita.
Foto: Flaming Lips/Warner Music/REUTERS
Jaga jarak fisik
Singapura telah mencatat tingkat infeksi virus corona terendah sejak Oktober 2020. Para pengamat memuji negara itu karena memantau warganya secara ketat, salah satunya dengan menggunakan aplikasi pelacakan. Menurunnya infeksi membuat pemerintah mengizinkan penduduk setempat mengunjungi bioskop di area terbuka - asalkan menjaga jarak secara fisik.
Foto: Edgar Su/REUTERS
Kecemasan tersebar luas di Afrika Selatan
Afrika Selatan adalah negara di Afrika yang paling parah terdampak pandemi COVID-19. Pasien di rumah sakit dekat Cape Town ini adalah satu dari 1,4 juta warga yang telah terinfeksi virus corona. Varian baru yang dikenal sebagai B.1.351 atau 501Y.V2, meningkatkan kecemasan warga. Sama seperti varian Inggris, mutasi Afrika Selatan ini dianggap sangat menular.
Foto: Rodger Bosch/AFP/Getty Images
Jaga jarak sosial sambil menikmati matahari
Dengan suhu musim panas yang membumbung tinggi, banyak orang Australia menikmati berenang di laut. Tanda-tanda peringatan telah dipasang untuk mengingatkan pengunjung menjaga jarak sambil menikmati matahari, demi mencegah lonjakan infeksi baru. Jumlah kasus di Australia turun drastis sejak September lalu.
Foto: Bai Xuefei/Xinhua/imago images
Duka yang ditinggalkan
Kelvia Andrea Goncalves menangis di makam ibunya di kota Manaus, Brasil. Andrea dos Reis Brasao meninggal pada usia 39 tahun akibat COVID-19. Banyak orang menyalahkan Presiden Jair Bolsonaro atas situasi suram negara itu. Lebih dari 221.000 warga Brasil telah meninggal akibat virus corona.
Foto: Bruno Kelly/REUTERS
Lebih baik aman daripada menyesal?
Di Hong Kong, pihak berwenang telah menutup seluruh wilayah tanpa peringatan sebelumnya, sebagai respon atas peningkatan infeksi yang tiba-tiba. Sama seperti di Cina, kota itu telah memberlakukan tindakan tegas untuk mencegah penyebaran wabah. Kebijakan tersebut berhasil membuat tingkat infeksi sangat rendah.
Foto: Tyrone Siu/REUTERS
Aman di dalam 'gelembung'
Band rock asal AS, The Flaming Lips menemukan cara untuk menggelar konser dengan tetap memperhatikan jaga jarak fisik. Belum lama ini saat mereka konser di Oklahoma, penonton diminta untuk masuk ke dalam bola plastik besar. Dengan cara ini, mereka dapat menari menikmati musik dengan aman. Bahkan penonton juga bisa mengangkat tubuh Wayne Coyne saat dia terjun dari panggung.
Foto: Flaming Lips/Warner Music/REUTERS
Gereja jadi pusat vaksinasi
Banyaknya gereja yang tutup, kini dimanfaatkan sebagai pusat vaksinasi darurat seperti di Katedral Lichfield, dekat Birmingham, Inggris. Tidak seperti negara anggota Uni Eropa yang saat ini menghadapi kekurangan vaksin COVID-19, Inggris telah menerima pasokan dosis yang stabil.
Foto: Carl Recine/REUTERS
Banyak orang berharap pandemi segera berakhir
Amy Ezzat menyiapkan kue berbentuk dosis vaksin untuk dibagikan kepada pasien COVID-19 di sebuah rumah sakit di Kairo. Mesir telah berjuang melaksanakan kampanye inokulasi di seluruh negeri. Penulis: Ines Eisele (ha/pkp)
Foto: Hanaa Habib/REUTERS
8 foto1 | 8
Derita warga India terus berlanjut
Pada Senin (10/05), India melaporkan hampir 370.000 infeksi baru dan lebih dari 3.700 kasus kematian.
Kepala Ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Soumya Swaminathan mengatakan kepada AFP, bahwa krisis di India diperburuk oleh varian baru yang lebih menular.
Wabah corona India telah menyebar ke beberapa negara tetangga, seperti Nepal yang mulai mencatatkan lonjakan kasus infeksi COVID-19 setiap harinya.
Bahkan, Cina juga akan mendirikan "garis pemisah" di puncak Gunung Everest (melintasi perbatasan Cina-Nepal), untuk menghindari kemungkinan penularan infeksi corona oleh pendaki dari Nepal. Sebelumnya, belasan orang dari base camp Everest dilaporkan jatuh sakit dalam beberapa pekan terakhir.
Iklan
Tidak terkecuali Amerika Serikat
Amerika Serikat (AS) tetap menjadi negara yang terdampak paling parah, dengan kasus kematian dan infeksi tertinggi di dunia. Jumlah kematian akibat COVID-19 diprediksi melebihi angka resmi 581.000, lantaran penelitian Universitas Washington yang dirilis pekan lalu memperkirakan kematian mencapai lebih dari 900.000.
"Di negara saya, (COVID-19) semakin tidak terkendali dan tidak banyak kemungkinan kita akan mendapatkan suntikan vaksin," kata akuntan Maria Bonilla, yang baru tiba di AS pada Sabtu (08/05) dari Honduras.
Komisaris Kota Miami Beach David Richardson, yang mengawasi fasilitas vaksin, mengatakan kepada AFP bahwa dia memiliki perasaan campur aduk tentang kedatangan turis dan mendesak pemerintah AS untuk segera mengirim dosis ke luar negeri.
"Satu-satunya kekhawatiran saya adalah tampaknya orang yang mampu membeli tiket pesawat bisa datang ke Amerika Serikat dan mendapatkan vaksin sekarang," katanya.
"Bagaimana dengan orang miskin di Amerika Selatan?"