Inggris menuduh Rusia berusaha intervensi Pemilihan Umum pada Desember 2019 lalu, antara lain dengan mencuri dokumen sensitif tentang perjanjian perdagangan.
Iklan
Pemerintah Inggris mengatakan hari Kamis (16/7) bahwa Rusia berusaha untuk ikut campur dalam pemilihan umum 2019, antara lain dengan mencuri dokumen sensitif tentang perjanjian perdagangan bebas yang direncanakan Inggris dan AS dan membocorkannya secara online.
Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab (foto artikel) mengatakan, penyelidikan pemerintah menemukan bahwa "aktor-aktor Rusia" berulang kali mencoba mengganggu pemilihan bulan Desember lalu.
"Hampir dapat dipastikan bahwa para aktor Rusia berusaha untuk ikut campur dalam Pemilu 2019 melalui penyebaran online dokumen-dokumen pemerintah yang diperoleh secara ilegal dan dibocorkan," kata Dominic Raab.
"Dokumen-dokumen pemerintah yang sensitif terkait dengan Perjanjian Perdagangan Bebas Inggris-AS diperoleh secara ilegal sebelum Pemilihan Umum 2019, dan disebarkan secara online melalui platform media sosial Reddit," tambahnya.
Komisi Intelijen dan Keamanan di parlemen Inggris mengatakan akan merilis laporan yang telah lama ditunggu tentang dugaan intervensi Rusia itu sebelum parlemen memasuki liburan musim panas minggu depan.
Komisi mengatakan laporan itu tidak dapat dipublikasikan tahun lalu karena saat itu Perdana Menteri Boris Johnson menolak persetujuannya menjelang pelaksanaan pemilihan umum. Laporan Komisi Intelijen dan Keamanan memang baru dapat dirilis setelah mendapat persetujuan pemerintah.
Rusia bantah dan sebut tuduhan campuri pemilu 'tidak berdasar'
Rusia dengan tegas membantah tuduhan campur tangan dalam pemilu Inggris.
"Kami hanya bisa mengatakan ini: Rusia tidak ada hubungannya dengan upaya-upaya ini. Kami tidak menerima tuduhan terbaru tanpa dasar soal campur tangan dalam pemilihan 2019," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada kantor berita TASS.
Rusia sudah beberapa kali dituduh mencoba ikut campur dalam pemilihan umum negara lain, termasuk pemungutan suara di Inggris sebelumnya. Ada spekulasi bahwa Rusia telah mencoba ikut campur dalam kampanye Brexit untuk memenangkan opsi meninggalkan Uni Eropa pada referendum 2016. Referendum itu dimenangkan opsi untuk keluar dari Uni Eropa dengan suara tipis.
Brexit: Tarik Ulur Politik Inggris Keluar Dari Uni Eropa
Inggris kejutkan dunia dengan hasil referendum 23 Juni 2016 yang sepakat keluar dari Uni Eropa. Mulailah rentang waktu penuh kisruh, tarik uluk dan adu kekuatan politik di Eropa terkait Brexit.
Foto: picture-alliance/empics/Y. Mok
Juni 2016: Kehendak Rakyat Inggris
Hasil referendum yang diumumkan 24 Juni 2016, hampir 52 persen dari pemilih setuju, Inggris keluar dari Uni Eropa. Perdana Menteri Inggris saat itu, David Cameron dari partai konservatif menerima "kehendak rakyat Inggris, dan mengundurkan diri sehari setelah referendum..
Foto: picture-alliance/dpa/A. Rain
Juli 2016: Brexit berarti Brexit
Mantan Menteri Dalam Negeri, Theresa May gantikan posisi Cameron sebagai Perdana Menteri pada 11 Juli. Ia menjanjikan´Brexit berarti Brexit´. Sebelumnya, May diam-diam dukung kampanye Inggris tetap di Uni Eropa. Dia tidak secara jelas mengatakan kapan akan memulai pembicaraan diberlakukannya Pasal 50 Perjanjian Uni Eropa terkait masa dua tahun sebelum Inggris resmi keluar Uni Eropa.
Foto: Reuters/D. Lipinski
Maret 2017: Kami siap Berpisah
May tandatangani nota diplomatik untuk memulai Pasal 50, 29 Maret. Beberapa jam kemudian, Duta Besar Inggris untuk UE, Tim Barrow serahkan nota itu kepada Presiden Dewan Eropal, Donald Tusk. Inggris dijadwalkan keluar dari Uni Eropa 29 Maret 2019. Tusk merespon nota itu dengan komentar: “Kami sudah siap berpisah. Terima kasih dan selamat tinggal”.
Foto: picture alliance / Photoshot
Juni 2017: Perundingan Dimulai
Menteri Brexit, David Davis dan ketua jururunding UE, Michel Barnier memulai perundingan di Brussel pada 19 Juni. Perundingan pertama diakhiri dengan kesepakatan Inggris akan mematuhi aturan UE terkait sisa negosiasi. Tahap pertama membahas persyaratan keluarnya Inggris dan tahap kedua membahas hubungan UE dan Inggris pasca-Brexit.
Foto: picture alliance/ZUMAPRESS.com/W. Daboski
Juli – Oktober 2017: Uang, Hak-hak dan Irlandia
Tahap kedua perundingan dimulai dengan berfoto bersama tim Inggris yang terlihat tak siap. Perundingan gagal raih kemajuan terkait tiga masalah pasca-Brexit: Berapa banyak yang masih harus dibayar Inggris ke anggaran UE, bagaimana dengan hak warga negara UE dan Inggris dan apakah Inggris tetap dapat membuka perbatasan antara Irlandia dan Irlandia Utara.
Foto: Getty Images/T.Charlier
November 2017: May Tunjukkan Kemajuan?
Kemajuan baru terlihat setelah putaran perundingan ke-6 di awal November. Inggris setuju untuk membayar 57 miliar Euro atau sekitar Rp 900 triliun sebagai “biaya perceraian”. Awalnya May hanya mau membayar 20 juta, padahal UE telah menghitung biayanya sebesar 60 juta Euro. Laporan konsensi Inggris ini memicu kemarahan di kalangan politikus dan media pro-Brexit.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Hoppe
Desember 2017: Maju ke fase ke-2
Para pimpinan dari 27 anggota UE secara resmi menyetujui “kemajuan yang cukup” itu untuk diteruskan ke fase kedua: transisi periode pasca-Brexit dan masa depan hubungan perdagangan UE-Inggris. Perdana Menteri Theresa May mengungkapkan kegembiraannya atas keputusan ini, sebaliknya Presiden Dewan Eropa, Tusk memperingatkan bahwa perindingan putaran kedua akan “sangat sulit.
Foto: picture-alliance/AP Photo/dpa/O. Matthys
September 2018: Tidak ada ceri untuk Inggris
Proposal May tidak berjalan mulus. Pada pertemuan puncak di Salzburg akhir September, para pimpinan UE sampaikan kepada May bahwa proposalnya tidak dapat diterima. Presiden Dewan Eropa,Tusk menyindir May lewat Instagram dengan postingan foto mereka yang sedang melihat sepotong kue: “Sepotong kue barangkali? Maaf, tidak ada ceri”. Ini sindiran bahwa Inggris cuma mau keuntungan sepihak dari Eropa.
Foto: Reuters/P. Nicholls
November 2018: Kemajuan di Brussel
Para pimpinan UE dukung draft kesepakatan perceraian serta deklarasi politis soal hubungan pasca-Brexit setebal 585 halaman. Draft ini dikecam habis anggota parlemen yang pro maupun kontra Brexit dalam perdebatan di Parlemen Inggris beberapa minggu sebelumnya. Menteri Brexit, Dominic Raab bersama dengan beberapa menteri mencoba memicu mosi tidak percaya di bulai Mei.
Foto: Getty Images/AFP/E. Dunand
Desember 2019: May Lolos Dari Mosi Tidak Percaya
Menghadapi oposisi yang sulit, May menunda pemungutan suara di parlemen pada 10 Desember. Besoknya ia bertemu Kanselir Jerman, Angela Merkel untuk mencari kepercayaan diri dalam meyakinkan para anggota parlemen yang skeptis kembali ke kesepakatan. Sementara ia pergi, anggota parlemen dari Partai Konservatif ajukan mosi tidak percaya. May menang mosi kepercayaan di hari berikutnya.
Foto: Getty Images/S. Gallup
Januari 2019: Kesepakatan ditolak
Kesepakatan Brexit May, ditolak Parlemen Inggris dengan 432 suara dan hanya 202 suara mendukungnya. Sebagai respon hasil tersebut, Presiden Dewan Eropa, Donald Tusk sarankan agar Inggris tetap bertahan di Uni Eropa. Partai Buruh Inggris menyerukanmosi tidak percaya terhadap Perdana Menteri. Ini adalah tantangan berat dalam kepemimpinan kedua May dalam bulan-bulan terakhir.
Foto: Reuters
11 foto1 | 11
Di Amerika Serikat, Pejabat Khusus Robert Mueller telah melakukan penyelidikan panjang terhadap tuduhan bahwa Rusia mencoba mencampuri pemilihan Presiden AS 2016 untuk memenangkan Donald Trump.
Rusia dan Presiden Donald Trump membantah tuduhan itu. Namun menjelang pemilu, komputer Partai Demokrat diretas dan lebih dari 19 ribu surat elektronik antara para pejabat partai disebarkan melalui WikiLeaks. Presiden AS Donald Trump kemudian memenangkan pemilihan presiden mengalahkan Hillary Clinton dari kubu Demokrat.