Inggris-UE Sepakat Kerja Ekstra Capai Kesepakatan Brexit
14 Desember 2020
Setelah diprediksi akan menjadi kesempatan terakhir menentukan nasib Brexit pada Minggu (13/12), Inggris dan Uni Eropa belum juga mencapai kesepakatan. Kedua belah pihak akan "bekerja ekstra" untuk mencapai kesepakatan.
Iklan
Inggris dan Uni Eropa (UE) akan melanjutkan pembicaraan tentang perjanjian perdagangan bebas Brexit. Sebelumnya, pertemuan pada Minggu (13/12) yang diprediksi akan menjadi ''Hari Penentuan'' belum juga menghasilkan kesepakatan.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan kedua pihak "bertanggung jawab untuk bekerja ekstra" demi mencapai kesepakatan.
"Kami telah memberi mandat kepada negosiator kami untuk melanjutkan pembicaraan dan untuk melihat apakah kesepakatan masih dapat dicapai pada tahap akhir ini," katanya.
Pernyataan bersama ini dibacakan usai pertemuan dengan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson.
Johnson mengatakan Inggris tidak akan meninggalkan pembicaraan Brexit, namun harus bersiap untuk ''Hard Brexit'', yaitu proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa tanpa kesepakatan.
"Kami akan terus membicarakan kesepakatan. Inggris pasti tidak akan meninggalkan pembicaraan. ... Hal yang paling mungkin sekarang adalah kita harus bersiap-siap untuk pembicaraan persyaratan WTO, persyaratan Australia," kata Johnson.
Sebelumnya, pada Minggu (13/12), kepala negosiator dari UE dan Inggris melanjutkan upaya mencapai kesepakatan tentang hubungan dagang Inggris-UE di masa depan. David Frost perwakilan Inggris dilaporkan meninggalkan pembicaraan kesepakatan setelah satu setengah jam rapat, untuk menjalankan misi diplomatik Inggris di Brussels.
Sementara, Kanselir Jerman Angela Merkel menekankan Inggris dan UE perlu melakukan segala hal yang mungkin dilakukan untuk mencapai kesepakatan.
Brexit: Tarik Ulur Politik Inggris Keluar Dari Uni Eropa
Inggris kejutkan dunia dengan hasil referendum 23 Juni 2016 yang sepakat keluar dari Uni Eropa. Mulailah rentang waktu penuh kisruh, tarik uluk dan adu kekuatan politik di Eropa terkait Brexit.
Foto: picture-alliance/empics/Y. Mok
Juni 2016: Kehendak Rakyat Inggris
Hasil referendum yang diumumkan 24 Juni 2016, hampir 52 persen dari pemilih setuju, Inggris keluar dari Uni Eropa. Perdana Menteri Inggris saat itu, David Cameron dari partai konservatif menerima "kehendak rakyat Inggris, dan mengundurkan diri sehari setelah referendum..
Foto: picture-alliance/dpa/A. Rain
Juli 2016: Brexit berarti Brexit
Mantan Menteri Dalam Negeri, Theresa May gantikan posisi Cameron sebagai Perdana Menteri pada 11 Juli. Ia menjanjikan´Brexit berarti Brexit´. Sebelumnya, May diam-diam dukung kampanye Inggris tetap di Uni Eropa. Dia tidak secara jelas mengatakan kapan akan memulai pembicaraan diberlakukannya Pasal 50 Perjanjian Uni Eropa terkait masa dua tahun sebelum Inggris resmi keluar Uni Eropa.
Foto: Reuters/D. Lipinski
Maret 2017: Kami siap Berpisah
May tandatangani nota diplomatik untuk memulai Pasal 50, 29 Maret. Beberapa jam kemudian, Duta Besar Inggris untuk UE, Tim Barrow serahkan nota itu kepada Presiden Dewan Eropal, Donald Tusk. Inggris dijadwalkan keluar dari Uni Eropa 29 Maret 2019. Tusk merespon nota itu dengan komentar: “Kami sudah siap berpisah. Terima kasih dan selamat tinggal”.
Foto: picture alliance / Photoshot
Juni 2017: Perundingan Dimulai
Menteri Brexit, David Davis dan ketua jururunding UE, Michel Barnier memulai perundingan di Brussel pada 19 Juni. Perundingan pertama diakhiri dengan kesepakatan Inggris akan mematuhi aturan UE terkait sisa negosiasi. Tahap pertama membahas persyaratan keluarnya Inggris dan tahap kedua membahas hubungan UE dan Inggris pasca-Brexit.
Foto: picture alliance/ZUMAPRESS.com/W. Daboski
Juli – Oktober 2017: Uang, Hak-hak dan Irlandia
Tahap kedua perundingan dimulai dengan berfoto bersama tim Inggris yang terlihat tak siap. Perundingan gagal raih kemajuan terkait tiga masalah pasca-Brexit: Berapa banyak yang masih harus dibayar Inggris ke anggaran UE, bagaimana dengan hak warga negara UE dan Inggris dan apakah Inggris tetap dapat membuka perbatasan antara Irlandia dan Irlandia Utara.
Foto: Getty Images/T.Charlier
November 2017: May Tunjukkan Kemajuan?
Kemajuan baru terlihat setelah putaran perundingan ke-6 di awal November. Inggris setuju untuk membayar 57 miliar Euro atau sekitar Rp 900 triliun sebagai “biaya perceraian”. Awalnya May hanya mau membayar 20 juta, padahal UE telah menghitung biayanya sebesar 60 juta Euro. Laporan konsensi Inggris ini memicu kemarahan di kalangan politikus dan media pro-Brexit.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Hoppe
Desember 2017: Maju ke fase ke-2
Para pimpinan dari 27 anggota UE secara resmi menyetujui “kemajuan yang cukup” itu untuk diteruskan ke fase kedua: transisi periode pasca-Brexit dan masa depan hubungan perdagangan UE-Inggris. Perdana Menteri Theresa May mengungkapkan kegembiraannya atas keputusan ini, sebaliknya Presiden Dewan Eropa, Tusk memperingatkan bahwa perindingan putaran kedua akan “sangat sulit.
Foto: picture-alliance/AP Photo/dpa/O. Matthys
September 2018: Tidak ada ceri untuk Inggris
Proposal May tidak berjalan mulus. Pada pertemuan puncak di Salzburg akhir September, para pimpinan UE sampaikan kepada May bahwa proposalnya tidak dapat diterima. Presiden Dewan Eropa,Tusk menyindir May lewat Instagram dengan postingan foto mereka yang sedang melihat sepotong kue: “Sepotong kue barangkali? Maaf, tidak ada ceri”. Ini sindiran bahwa Inggris cuma mau keuntungan sepihak dari Eropa.
Foto: Reuters/P. Nicholls
November 2018: Kemajuan di Brussel
Para pimpinan UE dukung draft kesepakatan perceraian serta deklarasi politis soal hubungan pasca-Brexit setebal 585 halaman. Draft ini dikecam habis anggota parlemen yang pro maupun kontra Brexit dalam perdebatan di Parlemen Inggris beberapa minggu sebelumnya. Menteri Brexit, Dominic Raab bersama dengan beberapa menteri mencoba memicu mosi tidak percaya di bulai Mei.
Foto: Getty Images/AFP/E. Dunand
Desember 2019: May Lolos Dari Mosi Tidak Percaya
Menghadapi oposisi yang sulit, May menunda pemungutan suara di parlemen pada 10 Desember. Besoknya ia bertemu Kanselir Jerman, Angela Merkel untuk mencari kepercayaan diri dalam meyakinkan para anggota parlemen yang skeptis kembali ke kesepakatan. Sementara ia pergi, anggota parlemen dari Partai Konservatif ajukan mosi tidak percaya. May menang mosi kepercayaan di hari berikutnya.
Foto: Getty Images/S. Gallup
Januari 2019: Kesepakatan ditolak
Kesepakatan Brexit May, ditolak Parlemen Inggris dengan 432 suara dan hanya 202 suara mendukungnya. Sebagai respon hasil tersebut, Presiden Dewan Eropa, Donald Tusk sarankan agar Inggris tetap bertahan di Uni Eropa. Partai Buruh Inggris menyerukanmosi tidak percaya terhadap Perdana Menteri. Ini adalah tantangan berat dalam kepemimpinan kedua May dalam bulan-bulan terakhir.
Foto: Reuters
11 foto1 | 11
Negosiasi yang sulit
Inggris secara resmi akan meninggalkan UE pada 31 Januari 2021, namun perdagangan dan sektor lainnya tetap berada dalam struktur UE hingga akhir tahun.
Pembicaraan Brexit telah menemui banyak kegagalan selama ini, sebagian besar karena Inggris bersikukuh bahwa harus ada pembatasan sesedikit mungkin terkait proses perdagangan dengan UE. Sementara, UE berpegang teguh pada aturan untuk memastikan persaingan dagang yang adil.
Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab mengatakan pada Minggu (13/12) bahwa mungkin ada "jalan panjang yang harus dilalui."
Iklan
Potensi kekacauan Brexit sangat besar
Jika kesepakatan tidak juga tercapai dalam perundingan lanjutan, maka semakin sedikit waktu yang dimiliki untuk mempersiapkan kemungkinan kekacauan menuju 1 Januari. Impor ke dan ekspor keluar dari Inggris akan terpengaruh secara negatif.
Tanpa kesepakatan, Inggris harus menjalani proses dagang dengan UE di bawah aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Sebuah sistem yang secara halus disebut oleh PM Inggris Boris Johnson sebagai model "Australia", sistem yang banyak memerlukan tarif dan hambatan.
Masalah lain yang menghambat pembicaraan Brexit adalah perbedaan pengawasan hukum atas kesepakatan apa pun dan hak penangkapan ikan di perairan Inggris.
Johnson, yang mengatakan "sangat, sangat mungkin" bahwa negosiasi akan gagal, menegaskan bahwa Inggris akan tetap berkembang meskipun kesepakatan berhasil tercapai atau gagal. (pkp/ha)