Presiden Barack Obama serius mewujudkan janji kampanyenya untuk menutup kamp Guantanamo sebelum masa jabatannya berakhir. Kini AS memindahkan 15 tahanan ke Uni Emirat Arab.
Foto: Getty Images/J. Moore
Iklan
Sebanyak 15 narapidana Guantanamo dipindahkan ke sebuah penjara di Uni Emirat Arab dalam program transfer terbesar selama pemerintahan Presiden Barack Obama. Menurut Kementerian Pertahanan AS, tahanan yang dipindahkan adalah 12 warga negara Yaman dan tiga narapidana asal Afghanistan.
Langkah tersebut adalah upaya terakhir Obama untuk menutup penjara Guantanamo sebelum masa jabatannya berakhir Januari 2017 mendatang. Saat ini penjara teror ekstrateritorial di Kuba itu masih menampung 61 narapidana.
Para tahanan yang dipindahkan mendekam lama tanpa dakwaan di Guantanamo, sebagian selama 14 tahun. Uni Emirat Arab tahun lalu sukses menjalankan program resosialisasi untuk lima bekas tahanan Guantanamo.
Manuver Terakhir Obama
Lee Wolosky, Utusan Khusus Pemerintah AS untuk penutupan Guantanamo, mengatakan pihaknya berterimakasih pada Uni Emirat Arab yang telah membantu proses penutupan penjara tersebut. "Penjara ini (Guantanamo) tidak cuma merusak hubungan kita dengan sekutu terdekat, tetapi juga mendorong esktrimisme," ujarnya.
Naureen Shah, Direktur Keamanan Nasional dan HAM di Amnesty International, menyambut kepindahan narapidana ke UEA sebagai "isyarat kuat bahwa Presiden Obama serius ingin menutup Guantanamo sebelum ia turun dari jabatannya."
Menurut catatan intelijen AS, sekitar 5% narapidana yang dibebaskan dari Guantanamo oleh Obama kembali memanggul senjata, sementara 8% lainnya diyakini berpotensi besar kembali menjadi jihadis. Pada era George W. Bush, jumlah tahanan yang kembali berperang mencapai 21 persen.
Menyibak Misteri Neraka Guantanamo
Meski kisah penyiksaan di penjara ini mendunia, belasan tahun lamanya penjara AS di Guantanamo masih menjadi misteri. Fotografer Reuters menyibak misteri kamp penjara kontroversial itu lewat foto-fotonya.
Foto: Reuters/L. Jackson
Tak Ada Pengunjung
Fotografer Reuter Lucas Jackson melakukan perjalanan ke pangkalan Amerika Serikat Camp Delta di Teluk Guantanamo, Kuba. Di sana ia diizinkan untuk memotret Camp VI. Foto menunjukkan ruang makan dan beberapa sel penjara.
Foto: Reuters/L. Jackson
Membunuh Waktu
Tahanan di Camp VI diperbolehkan menonton televisi. Penjara militer AS di Guantanamo dihujani kritik sejak dibuka pada tahun 2002, karena di sini orang-orang ditahan sewenang-wenang, tanpa surat perintah penahanan, surat dakwaan atau peluang diadili.
Foto: Reuters/L. Jackson
Ruang Hidup
Tempat tidur sederhana, toilet terbuka: Beginilah gambaran kamar tahanan di kamp Guantanamo. Tapi tak jelas apa semua tahanan hidup di ruangan seperti ini. Presiden AS, Barack Obama sudah berusaha sekian lama untuk menutup penjara kontroversial ini, tapi gagal.
Foto: Reuters/L. Jackson
Perpustakaan Penjara
Di sini para tahanan boleh membaca. Di perpustakaan terdapat buku-buku berbahasa Arab dan berbahasa Inggris. Perpustakaan ini di bawah pengawasan ketat. Tak jelas, sejauh mana perpustakaan ini digunakan, dan apakah para tahanan Guantanamo benar-benar boleh menikmati “kemewahan" ini.
Foto: Reuters/L. Jackson
Perawatan Medis
Bahkan di rumah sakit penjara, Jackson diizinkan untuk memotret. Hasil jepretannya misalnya rak yang dipenuhi dengan obat-obatan ini. Tidak Jelas, obat ini untuk tahanan atau untuk anggota militer.
Foto: Reuters/L. Jackson
Hidup Anonim di Guantanamo
Tahanan tidak boleh difoto di depan lensa secara terbuka. Gambar penghuni penjara ini, yang diambil Jackson dari luar jendela penjara, adalah pengecualian.
Foto: Reuters/L. Jackson
Di Bawah Pengawasan Ketat
Kondisi yang paling buruk - seperti kandang terbuka di bawah terik matahari di Camp X-Ray ini - tampaknya sudah ditiadakan. Tapi bahkan hingga kini para penghuni penjara hampir tidak memiliki ruang privat, karena pengawasan ketat dilakukan terus menerus.
Foto: Reuters/L. Jackson
Akan Dikemanakan?
Meskipun awalnya jumlah orang yang ditahan di pangkalan militer Guantanamo mencapai sekitar 800-an, saat ini jumlahnya berkurang di bawah seratus orang. Aktivis hak asasi manusia berharap agar penjara ini ditutup sesegera mungkin. Namun, belum jelas akan dipindahkan kemana para tahanan yang tersisa ini dan negara mana yang akan menerima mereka.