Charlie Hebdo menuai badai kritik lantaran memublikasikan karikatur yang dinilai mengolok-olok Aylan Kurdi, bocah Suriah yang tewas di pantai Turki. Inilah ragam reaksi netizen yang kami rangkum.
Iklan
Majalah satir Perancis, Charlie Hebdo, kembali menyulut perdebatan panas mengenai kebebasan berpendapat setelah memublikasikan karikatur Aylan Kurdi. Sebagian mengecam konteks visual yang dinilai tidak humanis, yang lain menyayangkan kegagalan sebagian netizen memahami isi kartun tersebut.
Inilah ragam pendapat yang menolak karikatur Charlie Hebdo:
"Dunia harus lebih sensitif terhadap krisis pengungsi, bukan tentang agama, melainkan kemanusiaan. Ini adalah rasisme dan ketidakpekaan..."
"Charlie Hebdo kembali beraksi, kali ini membidik pengungsi," tulis pemilik akun zeeshanraza. Menurutnya harus ada batas dalam kebebasan berpendapat.
Seorang pengguna lain mengecam Charlie Hebdo karena dianggap memanfaatkan Aylan Kurdi demi memuaskan bias pribadi terhadap kaum muslim. "Mengolok pengungsi adalah tidak berperikemanusiaan!"
Pemilik akun @Sheija menuding majalah Charlie Hebdo "membonceng kebencian dan rasisme, dan menyebutnya kebebasan berpendapat."
Tidak semua memahami amarah terhadap karikatur Aylan Kurdi. Mereka yang mendukung kebanyakan mencoba menjelaskan isi kartun tersebut:
Seorang pengguna mengaku mendukung Charlie Hebdo karena karikatur Aylan Kurdi dinilai membawa "pesan humanis," dalam krisis pengungsi
User lain memahami kritik terhadap Charlie Hebdo perihal perbedaan pada selera visual. Namun ia menggarisbawahi ragam kebebasan berpendapat yang harus diterima.
Kebanyakan suara yang mendukung Charlie Hebdo mengritik pihak yang gagal memahami isi karikatur. Pemilik akun JJSeguraDG misalnya menekankan bahwa majalah Perancis itu membidik sikap hipokrit Eropa perihal pengungsi
Seorang user Jerman mengingatkan bahwa satir juga berarti membuka luka yang terkadang bisa menyakitkan. "Gambar bocah mati di pantai menyakitkan, maka publikasinnya diributkan, serupa seperti karikaturnya..."
Eropa Mulai Tutup Pintu Perbatasan Bagi Pengungsi
Jerman yang paling ramah terima pengungsi kini kewalahan dan terapkan lagi pemeriksaan ketat di perbatasan, Hungaria dan Serbia pasang pagar kawat berduri. Sementara Austria dan Denmark terapkan buka tutup perbatasan.
Foto: picture-alliance/dpa/R. Guz
Kroasia Tutup Perbatasan ke Serbia
Kroasia yang juga kewalahan menahan serbuan pengungsi dari Suriah, Irak, Afghanistan dan negara Afrika, menutup tujuh dari delapan pintu perbatasannya ke Serbia. Pemerintah di Beograd memptotes tindakan itu, karena kini ribuan pengungsi terdampar di Serbia. Pelan tapi pasti, Eropa kini mulai memasang tirai besi untuk menahan arus pengungsi.
Foto: Reuters/A. Bronic
Pagar Kawat Berduri di Hongaria
Hongaria memasang pagar kawat berduri untuk menutup perbatasannya ke Kroasia sepanjang 41 Kilometer. Sebelumnya Hongaria juga sudah memasang pembatas pagar kawat berduri untuk menutup perbatasan ke Serbia. Akibat penutupan perbatasan itu gelombang pengungsi kini mencari rute-rute alternatif untuk masuk ke Jerman atau Austria,
Foto: picture-alliance/dpa/S. Ujvari
Slovenia Perkuat Penjagaan Perbatasan
Polisi menangkap pengungsi yang berusaha naik kereta secara ilegal di perbatasan Slovenia-Kroasia. Slovenia memperkuat penjagaan di perbatasan untuk cegah arus pengungsi yang melintasi negara ini. Akibat penutupan perbatasan di berbagai negara, para pengungsi kini memilih rute baru menuju kawasan Schengen yang juga mulai menutup pintunya denagn menerapkan aturan suaka lebih ketat.
Foto: Getty Images/AFP/J. Makovec
Kontrol Perbatasan
Arus pengungsi tak terkendali ke Jerman memaksa pemerintah menerapkan lagi pemeriksaan dokumen di perbatasan. Mendagri Jerman Thomas de Maiziere mengatakan, selain demi keamanan dalam negeri, alasan penutupan perbatasan adalah agar pengungsi mendapat fasilitas lebih manusiawi.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Puchner
Lalulintas Kereta Austria-Jerman Dihentikan
Seluruh lalulintas kereta dari Austria ke Jerman dihentikan segera setelah Berlin umumkan kontrol perbatasan. Ribuan pengungsi, kebanyakan berasal dari Suriah, tertahan di stasiun kereta Wina. Uni Eropa menyatakan memahami kebijakan Jerman dan memanggil anggota untuk bersidang darurat.
Foto: Reuters/H.-P. Bader
Hongaria Kerahkan Tentara
Tentara Hongaria kini dikerahkan menjaga perbatasan di Roszke. Langkah Budapest ini merupakan reaksi dan antisipasi terhadap kebijakan terbaru Jerman. Sepekan lalu Kanselir Angela Merkel masih nyatakan pengungsi "welcome" di Jerman.
Foto: Reuters/D. Ruvic
Kawat Berduri Perbatasan Serbia-Hongaria
Pagar kawat berduri di perbatasan Hongaria ke Serbia yang masih ada celahnya, kini akan ditutup total. Hongaria kewalahan dan tak punya anggaran sebagai negara transit ratusan ribu pengungsi asal Suriah, Afghanistan, Irak dan negara Afrika menuju Jerman, Austria dan Swedia. Serbia yang juga jadi rute transit alami kondisi serupa.
Foto: Reuters/B. Szabo
Austria Buka-Tutup Perbatasan
Austria yang juga salah satu tujuan utama pengungsi, juga berulang kali lakukan kontrol perbatasan dengan cara buka-tutup. Tujuannya menahan arus pengungsi yang terus membludak. Akibatnya kemacetan lalulintas panjang terjadi di jalan bebas hambatan di perbatasan ke Hongaria.
Foto: Reuters/H.P. Bader
Denmark Tolak Pengungsi
Pemerintah Denmark dengan tegas menolak kedatangan pengungsi. Penutupan perbatasan ke Jerman dilakukan dan lalulintas kereta juga dihentikan. Ratusan pengungsi ini dikawal polisi, berjalan kaki melintasi jalan bebas hambatan melewati Denmark, menunju Swedia yang ramah terhadap pengungsi seperti Jerman dan Austria.
Foto: picture-alliance/dpa/B. Nolte
Polandia Tolak Kuota Pengungsi
Ribuan warga Polandia gelar aksi protes menentang rencana pembagian kuota penampungan pengungsi. Walau tidak terimbas langsung krisis pengungsi dan PM Polandia Donald Tusk nyatakan siap terima pengungsi secara sukarela, tapi pemerintahan di bawah dia juga menggalang inisiatif tolak kuota pengungsi.