12 September 2001 sehari setelah serangan yang meruntuhkan menara kembar Gedung WTC, Presiden AS ketika itu, George W. Bush mencanangkan perang melawan teror. Apa dampak program itu pada keamanan dunia hingga kini?
Iklan
Presiden George W.Bush lewat siaran nasional secara resmi memproklamasikan program melawan teror pada 12 September 2001, sehari setelah serangan yang meruntuhkan menara kembar WTC di New York dan ke markas Pentagon di Washington. Ia juga meminta dukungan kepada pimpinan dunia untuk menggalang kampanye memberantas terorisme. “Hanya ada pilihan mendukung kami, atau dicap berpihak kepada teroris”, ujar Bush ketika itu.
Afghanistan jadi target serangan pertama. Tudingannya, negara ini membantu melindungi gembong Al Qaida, Osama bin Laden, yang dituding sebagai dalang serangan “nine eleven”. Didukung mitra NATO dan Aliansi Utara yang sebetulnya ex-rezim Mujahidin, dalam waktu hanya beberapa minggu pemerintahan rezim Taliban berhasil ditumbangkan tanpa banyak kesulitan.
Tapi realitanya Taliban dan Al Qaida tidak bubar. Mereka berubah menjadi organisasi bawah tanah, yang terus merongrong Afghanistan serta “pasukan pendudukan” yang mula-mula dipimpin AS, dan kemudian dilimpahkan kepada NATO. Al Qaida pecah menjadi faksi-faksi yang bergerak di Yaman, Irak, Suriah dan juga menyebar hingga ke Afrika Barat dan Asia Tenggara. Perang melawan teror justru meninggalkan citra pelanggaran HAM berat di Abu Ghraib, kasus pembunuhan ekstra yudisial Black Water serta munculnya penjara-penjara rahasia CIA hingga kamp Guantanamo di Kuba.
Penyiksaan Oleh CIA
Kamp Militer Guantanamo di Kuba dan Penjara Abu Ghraib di Irak adalah dua sinonim untuk aksi penyiksaan sistematis tahanan oleh CIA. Juga terdapat sejumlah penjara rahasia lain di berbagai negara untuk aksi penyiksaan.
Foto: picture alliance/dpa
Camp Delta Guantanamo
Penjara Militer Camp Delta Guantanamo adalah tempat penahanan tersangka teroris dengan reputasi terburuk sedunia. Ratusan tahanan tanpa proses pengadilan dijebloskan ke penjara. Presiden Barack Obama berjanji menutupnya pada masa jabatan pertama, tapi hingga kini gagal. Sejumlah tahanan kini disebar ke seluruh dunia ke negara yang bersedia menampung bekas tahanan yang tidak jelas kesalahannya.
Foto: dapd
Tahanan Guantanamo
Tahanan tersangka teroris dengan seragam penjara warna oranye tidak mendapatkan hak-haknya sebagai tahanan perang. Mereka juga tidak diproses sesuai hukum internasional. Alasannya mereka adalah milisi tempur yang tidak berseragam dan tidak jelas kesatuannya. Kebanyakan diciduk dari Irak, Afghanistan dan kawasan Timur Tengah.
Foto: picture alliance/dpa
Water Boarding
Cara penyiksaan CIA yang paling brutal dikenal dengan sebutan Water Boarding. Tahanan dikondisikan seolah-olah akan mati tenggelam dalam air. Cara penyiksaan itu diperagakan dalam aksi protes di Manhattan AS. Mantan Presiden George W.Bush menyatakan cara itu bukan penyiksaan melainkan interogasi secara keras.
Foto: AP
Penjara Abu Ghraib Bagdad
Penjara Abu Ghraib di ibukota Irak, Bagdad menjadi simbol bagi aksi penyiksaan CIA dalam perang melawan terorisme pasca serangan 11 September 2001. Puluhan tahanan dilecehkan martabatnya dan diperlakukan lebih buruk dari hewan. Sebagai konsekuensinya, hanya pelaku berpangkat rendah yang dihukum ringan di AS, dengan tuduhan melakukan kesalahan prosedur.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Gambar Penyiksaan Mendunia
Gambar tahanan Abu Ghraib yang disuruh berdiri di atas sebuah peti, kepalanya ditutupi kantung kain dan kedua tangannya dihubungkan ke kabel listrik dengan cepat menyebar ke seluruh dunia, setelah televisi CBS menayangkan program berdurasi satu jam April 2004. Foto-foto penyiksaan lebih brutal dan sadis menyusul dibocorkan beberapa hari kemudian.
Foto: picture-alliance/dpa
Bagram Afghanistan
Penjara rahasia CIA yang juga terkenal dengan praktik penyiksaannya adalah yang berlokasi di pangkalan militer Bagram, Afghanistan. Organisasi pembela hak asasi menjulukinya “Guantanamo di Afghanistan.” Di penjara militer di utara Kabul itu dalam satu kurun waktu, ditahan hingga lebih 600 orang yang dituduh sebagai teroris dan ditangkap militer Amerika Serikat.
Foto: Getty Images
Penjara Rahasia di Eropa
Sebuah bangunan bekas sekolah menunggang kuda di Antaviliai, Lithuania, 20 kilometer di luar ibukota Vilnius, diduga keras merupakan penjara rahasia CIA. Di sini disebutkan dilakukan penyiksaan tahanan tersangka teroris Al Qaida. Selain di Lithuania, CIA dilaporkan punya penjara rahasia di Rumania dan Polandia, dua negara lain anggota Uni Eropa.
Foto: AP
7 foto1 | 7
Target gempuran kedua: Irak. Sejumlah negara terkemuka di Eropa menolak ikut serta dalam invasi, yang disebut didasari “kampanye bohong“ mengenai kemampuan atom Irak yang ikut ditiupkan PM Inggris saat itu, Tony Blair. Rezim Saddam Hussein berhasil digulingkan tahun 2003 dalam tempo hanya beberapa bulan setelah digempur koalisi yang dipimpin AS.
Saddam Hussein dihukum mati lewat pengadilan yang kontroversial. Bersamaan dengan runtuhnya rezim di Bagdad, Irak mengalami perpecahan antara kaum Sunni, Syiah serta Kurdi dan mengalami destabilisasi. Banyak wilayah tidak mengakui kendali pemerintahan di Bagdad.
Konflik juga merembet ke negara tetangga Suriah. Kelompok pemberontak yang didukung aliansi Arab Saudi dan Amerika Serikat berusaha menumbangkan rezim Bashar al Assad. Juga muncul kelompok militan yang menamakan dirinya Islamic State in Irak and Syria- ISIS yang dalam waktu singkat bisa merebut kekuasaan di kawasan luas di utara Irak hingga selatan Suriah.
Perang melawan terror yang dicanangkan Bush 14 tahun silam, terlihat menghasilan buah yang amat pahit. Yakni destabilisasi seluruh kawasan mulai dari Afghanistan hingga ke Suriah. Amerika Serikat juga akhirnya mengakui, perang di Afghanistan sudah gagal dan menarik seluruh pasukan tempurnya pada 2014. Irak jadi negara tanpa kedaulatan jelas.
Ribuan Pengungsi Terdampar di Hongaria
Ribuan pengungsi yang ingin masuk ke Eropa Barat tertahan di Hungaria, setelah aparat keamanan menutup stasiun kereta di Budapest. Stasiun utama sudah dibuka kembali, tapi para pengungsi tidak diberi akses ke stasiun.
Foto: picture-alliance/dpa/N. Armer
Hongaria Blokir Stasiun Kereta Budapest
Ribuan pengungsi terdampar di Budapest, setalah Hongaria menutup stasiun utama yang digunakan untuk berangkat ke Eropa Barat mulai 1 September. Aparat keamanan mencegah pengungsi yang tidak punya visa resmi untuk naik kereta. Ribuan pengungsi diberangkatkan dari Hongaria menuju Jerman atau Austria untuk memohon suaka di negara ini.
Foto: Reuters/L. Balogh
Kecewa dan Putus Asa
Ribuan pengungsi kini tertahan di stasiun utama Budapest. Saat polisi anti huru-hara mencoba memindahkan mereka dari pelataran stasiun, ratusan orang berteriak Jerman, Jerman!. Mereka juga berteriak, kami ingin pergi dari sini sambil berulangkali menyerukan nama kanselir Jerman, Angela Merkel.
Foto: Reuters/L. Balogh
Punya Tiket Tapi Dilarang Pergi
Sejumlah pengungsi mengatakan membeli tiket seharga 125 Euro untuk pergi dengan kereta ke München di Jerman. Tapi polisi Hungaria melarang mereka berangkat karena tridak punya dokumen yang diperlukan, dan mengusir mereka dari kawasan stasiun.
Foto: Reuters/L. Balogh
Beruntung Tiba di Jerman dan Austria
Pengungsi ini beruntung bisa naik kereta terakhir yang masih diizinkan berangkat menuju Wina, Austria. Sekitar 3.600 pengungsi kebanyakan asal Suriah berhasil tiba di ibukota Austria tanggal 1 September pagi. Mereka melanjutkan perjalanan dengan kereta ke kota lain di Austria atau menuju selatan Jerman.
Foto: Getty Images/AFP/J. Klamar
Kecapaian Tapi Untung Sudah Dalam Kereta
Banyak keluarga membawa anak-anak, yang kelelahan menenpuh perjalanan panjang dan berbahaya. Untungnya mereka sudah berada dalam kereta dengan tujuan Austria dan Jerman. Lebih 50.000 pengungsi memasuki Hungaria bulan Agustus silam. Kebanyakan berasal dari kawasan konflik bersenjata seperti Suriah, Irak dan Afghanistan.
Foto: Getty Images/AFP/V. Simicek
Pengungsi Suriah Diprioritaskan di Jerman?
Ribuan pengungsi tiba di Salzburg Austria atau München Jerman untuk melakukan registrasi. Polisi membagikan air minum bagi para pengungsi yang kelelahan. Berdasar aturan Uni Eropa, pengungsi harusnya memohon suaka di negara pertama ia mendarat di Eropa. Namun Jerman mengimbau, pengungsi Suriah jangan dikirim balik ke negara pertama dimana mereka mendarat.
Foto: Reuters/M. Dalder
Disambut Tangan Terbuka
Berbeda dengan di negara-negara Transit, Saat para pengungsi tiba di Austria atau Jerman mereka disambut dengan tangan terbuka. Para pengungsi mendapat pembagian makanan dan minuman. Anak pengungsi ini tertawa riang mendapat hadiah mainan dan boneka.
Foto: picture-alliance/dpa/N. Armer
7 foto1 | 7
Konflik sektarian dan konflik bersenjata berkepanjangan yang mengoyak kawasan itu, juga merupakan penyebab pengungsian massal warga Suriah, Irak dan Afghanistan ke Eropa, yang kini berubah menjadi krisis pengungsi yang melanda sejumlah negara Uni Eropa.