Apa Saja Keuntungan Jerman Sebagai Destinasi Studi?
8 Mei 2019
Tak bisa ditampik, banyak yang mengenal Jerman sebagai negara tempat B.J. Habibie menempuh ilmu, namun masih sedikit yang melirik negara ini sebagai negara destinasi pendidikan.
Iklan
"Kuliah di Jerman, sulitkah?” pertanyaan ini diajukan seorang ibu yang anaknya duduk di bangku kelas 2 SMA dan bercita-cita mengambil studi teknik aeronautika di Jerman, melanjutkan jejak B.J. Habibie yang menjadi idolanya. Dalam talkshow bertajuk "Tantangan Studi di Jerman: Prospek dan Kompetensi Calon Mahasiswa Indonesia”, yang digelar di Gedung LLDIKTI Surabaya pekan lalu, sekitar 230 peserta bisa menanyakan langsung berbagai hal yang ingin mereka ketahui terkait studi di Jerman.
Dalam rangka Hari Pendidikan Nasional, KBRI Berlin bersama Kemenristekdikti membuka kesempatan bagi masyarakat untuk mengetahui persyaratan, persiapan, tantangan dan keuntungan studi di Jerman.
"KBRI Berlin datang dengan satu misi meningkatkan awareness masyarakat mengenai universitas Jerman sebagai destinasi studi. Kita tidak bermaksud menampikkan kualitas pendidikan di tanah air, namun agar destinasi studi anak-anak kita di luar negeri jangan hanya melulu ke Amerika, Australia atau Inggris,” kata Wakil Duta Besar RI di Berlin, Perry Pada.
Dr. Uwes Chaeruman dari Kemenristekdikti menyampaikan pihaknya memiliki rencana khusus kerja sama pendidikan dengan Jerman, yaitu skema nano-credentials atau nano-degree dimana mahasiswa Indonesia bisa mendapat kredit dari universitas di Jerman melalui e-learning atau distance learning tanpa harus datang ke Jerman. "Ada 4.700 perguruan tinggi di Indonesia namun disparitasnya sangat tinggi. Skema credit transfer seperti ini bisa mendorong mahasiswa untuk mendapatkan pendidikan kualitas Jerman,” ujarnya.
Makhdonal Anwar dari Badan Kerjasama Internasional Jerman (GIZ) menyebutkan bahwa pada tahun 2025 Jerman akan mengalami kekurangan 6 juta skilled workers. Ilmu yang didapat dari studi di Jerman selain dapat diterapkan di Indonesia juga dapat menjadi modal bekerja di Jerman.
Yang Harus Diketahui Sebelum Studi di Jerman
Jerman menarik minat mahasiswa asing karena kualitas universitasnya dan biaya yang murah. Tapi sebelum memutuskan berkuliah di Jerman, ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
Foto: picture alliance / dpa
"Bebas Bayaran" Sifatnya Relatif
Universitas Jerman hanya bebas bayaran jika calon mahasiswa yang mendaftar ke universitas negeri juga diterima oleh universitas itu. Selain itu, calon mahasiswa juga bermaksud untuk berkuliah dalam kondisi seperti warga Jerman biasa. Itu berarti: menghadapi tantangan yang sama. Program studi yang lain dari itu, atau di universitas swasta, kualitasnya juga bagus, tetapi tidak bebas biaya dan mahal.
Foto: dapd
Mahasiswa dan Kerja Sampingan
Visa mahasiswa membatasi jumlah waktu yang boleh digunakan untuk bekerja. Bagi mahasiswa tanpa paspor Uni Eropa, batasnya 120 hari per tahun. Dalam semester kuliah hanya boleh bekerja 20 jam per minggu. Tetapi biaya hidup di Jerman lebih murah daripada di banyak kota AS dan Inggris. Sebaiknya tidak mencoba kerja gelap. Ada risiko eksploitasi, dan jika tertangkap bisa dideportasi.
Foto: Fotolia/MNStudio
Melamar Beasiswa
Di Jerman banyak ditawarkan beasiswa bagi mahasiswa asing di berbagai bidang. Jika berprestasi baik dan ulet mencari beasiswa, kesempatan bisa diperoleh. DAAD adalah lembaga negara Jerman yang memberikan beasiswa paling banyak bagi mahasiswa asing. Yayasan yang memberi beasiswa dengan spesifikasi tertentu juga banyak.
Foto: picture-alliance/dpa
Masalah Visa
Mahasiswa dari negara bukan anggota Uni Eropa kerap hadapi masalah visa. Tiap orang bertanggungjawab sendiri untuk mengurus asuransi kesehatan, buktik emampuan menunjang hidup secara finansial, temukan tempat tinggal, daftarkan diri pada kantor wilayah, buat janji soal perpanjangan visa, dan dokumen lainnya. Bagi banyak negara, masalah ini sudah dimulai saat meminta visa di kedutaan besar Jerman.
Foto: picture-alliance/dpa
Menanggulangi Banyak Formulir
Orang harus bersedia mengisi formulir. Sebaiknya biasakan diri dengan kata-kata birokratis Jerman. Juga organisir semua surat, lengkap dengan fotokopinya, mulai dari urusan visa sampai bayar sewa kamar. Triknya: jika dapat surat resmi, kirim kembali surat resmi yang lebih banyak lagi. Begitu saran Leah Scott-Zechlin, yang pernah kuliah di Berlin, dan veteran "Papierkrieg" (perang kertas).
Foto: picture alliance/dpa/Patrick Pleul
Bisa Bahasa Jerman Sangat Membantu
Tentu di kota besar orang asing bisa tinggal tanpa bisa bahasa Jerman. Sebagian program studi juga ditawarkan dalam bahasa Inggris. Tetapi setiap aspek hidup lebih mudah jika bisa bahasa Jerman, baik untuk bicara dengan petugas negara, maupun untuk bersosialisasi dengan orang Jerman. Kalau ingin bekerja, kemampuan berbahasa Jerman jadi aset sangat besar di pasaran tenaga kerja.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Kalaene
Universitas Tidak Menuntun Mahasiswa
Di Jerman mahasiswa tidak dibimbing seperti di sekolah. Sepenuhnya tergantung tiap mahasiswa asing untuk bisa jalani hidup di negara asing, datang ke kuliah dan belajar. Mata kuliah ada yang berkesan sangat bebas. Terserah mahasiswa, apakah serahkan pekerjaan rumah, berpartisipasi dalam kuliah atau tidak. Sebagian mata kuliah tergantung sepenuhnya pada ujian akhir atau makalah di akhir semester.
Foto: imago/Westend61
Masalah Tempat Tinggal
Asrama mahasiswa ada di banyak kota. Tetapi untuk dapat tempat kadang sulit. Di samping asrama, mahasiswa Jerman juga sering tinggal di Wohngemeinschaft (WG). Dalam sistem ini, beberapa mahasiswa bersama-sama menyewa sebuah apartemen. Tiap orang dapat satu kamar. Dapur dan kamar mandi biasanya digunakan bersama. Ini cara baik untuk bersosialisasi dengan orang Jerman dan memperbaiki bahasa Jerman.
Foto: Fotolia
Mencari Saran
Tinggal dan belajar di luar negeri kerap butuh tanggung jawab tinggi. Dan kadang orang merasa harus berjuang sendirian menghadapi banyak tantangan. Tapi tidak usah khawatir. Anda bukan mahasiswa asing pertama di Jerman. Sumber informasi dan saran kerap bisa ditemukan di internet. Untuk yang berbahasa Inggris ada forum "Toytown Germany".
Foto: Fotolia/Creativa
Mungkin Ingin Tinggal Selamanya
Mungkin Anda individu yang tahu cara peroleh kesempatan terbaik dalam hidup: kuliah beberapa tahun di Jerman, raih gelar, mungkin kerja sedikit, lalu kembali ke tanah air dan dapat penghasilan tinggi. Bisa jadi juga, Anda jatuh cinta dengan Jerman, sehingga hadapi dilema ucapkan "Tschüß" (selamat tinggal) selamanya kepada tanah air, atau rindu Jerman seumur hidup. Penulis: Caitlin Hardee (ml/vlz)
Foto: DW
10 foto1 | 10
Narasumber dari Universitas RWTH Aachen, Prof. Thomas Rüde, dan Hochschule Wismar, Dr.-Wolfgang Busse menyampaikan kiat-kiat sukses kuliah di Jerman. "Proses masuk dan menyelesaikan kuliah di Jerman itu memang susah, namun bisa ditaklukan dengan persiapan yang matang bahkan sejak sebelum kedatangan. Penguasaan bahasa Jerman yang baik akan membantu, tapi kultur belajar mandiri dan determinasi kuat adalah faktor utama kesuksesan,” ungkap mereka. Tuition fee yang 100% gratis, literatur dan laboratorium yang memadai, kesempatan bekerja paruh waktu, dan kesempatan mendapatkan beasiswa tambahan dari kampus adalah beberapa alasan mengapa memilih studi di Jerman.
Prof. Rüde secara khusus menyampaikan bahwa RWTH Aachen adalah universitas terbaik Jerman di bidang natural and engineering sciences dimana B.J. Habibie menimba ilmu. Namun disayangkan hingga saat ini masih belum masuk ke daftar universitas tujuan beasiswa LPDP meskipun Times Higher Ranking menempatkan RWTH Aachen di posisi 27 terbaik dunia untuk subjek engineering sciences.
Narasumber dari Direktorat Konsuler dan Direktorat Perlindungan WNI Kemlu menjelaskan seluk beluk pengurusan dokumen perjalanan seperti paspor dan visa dan kehadiran negara untuk melindungi warga negara di luar negeri. Success stories dua mantan mahasiswa yang mengenyam pendidikan di Jerman juga dihadirkan untuk menginspirasi para peserta yang tidak hanya berasal dari Surabaya, namun juga dari Sidoarjo, Mojokerto dan Malang, Bogor, Tangerang, bahkan Samarinda.
Talkshow ini menyediakan informasi utuh mengenai studi di Jerman baik dari pihak universitas, pejabat KBRI, mahasiswa dari masing-masing sudut pandang yang berbeda. KBRI Berlin juga secara rutin menyelenggarakan pertemuan Guter Start in Deutschland (Awal Baik di Jerman) dua kali setahun yang mengumpulkan para mahasiswa yang baru tiba untuk mendapatkan segala informasi yang diperlukan untuk mendukung suksesnya perkuliahan mereka di Jerman.
Sekitar 700 siswa datang ke Jerman untuk belajar di Perguruan Tinggi Jerman setiap tahunnya, baik melalui jalur beasiswa, agen, maupun pribadi. Saat ini tercatat 4.552 Mahasiswa dan calon Mahasiswa Indonesia di Jerman yang sedang mengikuti program Studienkolleg (Sekolah Bahasa dan Penyetaraan), S1 (Bachelor Degree), S2 (Master Degree) dan S3 (Doctor Degree).
Lebih banyak tentang tema sekolah di Jerman bisa disimak di www.dw.com/dwnesia dan kanal Youtube DW Indonesia.
vlz/as (kbri berlin)
Berpacu Dengan Waktu, Kejar Prestasi di Kampus
Kuliah sambil bekerja di Jerman bukan tidak mungkin. Berbagai profesi dapat dilakoni dari pelayan restoran hingga kurir makanan. Namun jangan terlena bekerja hingga lupakan perkuliahan.
Foto: DW/Y. Pamuncak
Ragam profesi untuk mahasiswa
Ragam pekerjaan yang dapat dilakukan oleh mahasiswa di Jerman dari mulai pelayan restoran, kasir di toko, barista, hingga menjadi babysitter. Upahnya bukan tidak mungkin dapat menunjang kehidupan pelajar sehari-hari.
Foto: DW/Y. Pamuncak
Kurir makanan dengan sepeda
Hal tersebutlah yang sedang dijalani Reynaldi Adias Dhaneswara. Mahasiswa 24 tahun asal Yogyakarta tersebut kini tengah menyelesaikan studi Bisnis Internasional di Technische Hochschule (TH) Köln sembari bekerja menjadi kurir makanan. “Saat ini aku ambil kerja sampingan sebagai pengantar makanan. Seperti Gojek kalau di Indonesia,” ujarnya.
Foto: DW/Y. Pamuncak
Musim dingin jadi tantangan
Dengan menggunakan sepeda, jaket dan tas yang difasilitasi oleh perusahaan, Reynaldi berpacu dengan waktu memenuhi pesanan konsumen. Namun tantangan sering ia hadapi saat musim dingin datang. “Saat musim dingin, di kota Köln ini bulan Desember dan Januari bisa mencapai suhu -1 hingga -3 derajat. Karena kami sebagai kurir kerja di luar, dingin dan hujan benar-benar menjadi tantangan,” katanya.
Foto: DW/Y. Pamuncak
Fleksibilitas atur waktu
“Sebagai pekerja di perusahaan pengantar makanan ini, kami diberi kemudahan atur jadwal. Jadi bisa menyesuaikan waktu perkuliahan,” ujarnya. Sebagai mahasiswa tentu hal inilah yang dibutuhkannya karena banyaknya tugas di kampus terkadang sangat menyita waktu.
Foto: DW/Y. Pamuncak
Kuliah yang utama
Reynaldi juga berpesan bahwa prestasi mahasiswa di kampus sangatlah penting karena hal tersebut yang dapat menjamin izin tinggal sebagai pelajar di Jerman. “Intinya adalah pintar mengatur waktu. Kuliah sambil bekerja memungkinkan, tapi jangan sampai terlalu terlena untuk kerja dan mengabaikan kuliah. Karena bila perkuliahan jelek bisa tidak dapat perpanjangan visa di sini,” katanya. yp/na