Ketegangan antara Kepala Grup Wagner Yevgeny Prigozhin dan pemimpin militer Rusia belakangan meningkat. Siapa saja pemain kunci dalam konflik tersebut?
Iklan
Yevgeny Prigozhin
Grup Wagner, paramiliter independen yang dilaporkan melakukan pemberontakan di Rusia dipimpin oleh Yevgeny Prigozhin. Ia sebelumnya dianggap sebagai salah satu orang kepercayaan terdekat Presiden Rusia Vladimir Putin. Grup Wagner juga berperan penting dalam invasi Rusia ke Ukraina, khususnya di dalam dan sekitar Bakhmut, serta berperan dalam konflik di Suriah dan benua Afrika dalam beberapa tahun terakhir.
Tetapi hubungan mesra antara Prigozhin dan pemimpin Kremlin itu mengalami keretakan dalam beberapa bulan terakhir.
Tensi meningkat secara khusus pada Jumat (23/06), ketika Prigozhin menuding Menteri Pertahanan Sergei Shoigu – musuh bebuyutannya – berbohong kepada rakyat Rusia tentang alasan sesungguhnya di balik perang yang pecah pada Februari 2022 silam.
Tidak hanya itu, Prigozhin juga menuduh pasukan Rusia menyerang kelompok tentarav bayaran yang dipimpinnya tersebut.
Huru-hara ini pun membuat Putin menyebut kelompok tentara bayaran itu sebagai "pengkhianat” yang "pasti akan mendapat hukuman.” Pidato Putin yang disampaikan melalui siaran televisi pada hari Sabtu (24/06) itu pun menjadi tanda final berakhirnya hubungan Kremlin dan Prigozhin.
Meski begitu, ada kesepakatan yang terwujud pada Sabtu (24/06) malam, bahwa investigasi oleh Badan Intelijen Rusia (FSB) terhadap Prigozhin dibatalkan, asalkan bos tentara bayaran itu pindah ke Belarusia. Menurut kesepakatan, tentara dari Grup Wagner juga tidak akan menghadapi pembalasan.
Iklan
Sergei Shoigu
Sergei Shoigu adalah menteri pertahanan Rusia sejak 2012, dan telah menjadi salah satu pelaku utama agresi militer terhadap Ukraina sejak 2014.
Secara nominal, dia adalah orang terpenting Putin. Meski begitu, ada keraguan bahwa kepercayaan Putin terhadapnya akan tetap bertahan dalam waktu lama.
Shoigu menganggap pendudukan Krimea pada tahun 2014 dan keterlibatan Rusia di Suriah sebagai sebuah keberhasilan, namun reputasinya menurun sejak perang terhdap Ukraina dimulai. Dan sudah menjadi rahasia umum, bahwa Putin sejatinya berharap invasi Rusia ke Ukraina berjalan jauh berbeda dari yang terjadi sekarang.
Namun, gagalnya pemberontakan Prigozhin kemungkinan besar akan kembali memperkuat posisi Shoigu. Militer Rusia sangat loyal kepada menteri pertahanannya, di mana hampir tidak ada yang membelot untuk bergabung dengan Grup Wagner.
Tapi masih harus dilihat seberapa jauh hal ini mampu meningkatkan hubungan Shoigu yang saat ini tegang dengan Putin. Untuk sekarang, Putin berdiri di samping menteri pertahanannya.
Sementara dengan Prigozhin, hubungan Shoigu sudah jelas mengalami ketegangan luar biasa. Selain menuding Shoigu berbohong kepada rakyat Rusia tentang alasan invasi yang sebenarnya, Prigozhin juga sebelumnya berulang kali menuduh Kementerian Pertahanan gagal mengirimkan amunisi. Prigozhin juga menuding Shoigu hanya mengejar tujuan pribadi, seperti medali pahlawan, dengan menipu Putin tentang situasi di Ukraina.
Rusia dan Ukraina: Kronik Perang yang Tidak Dideklarasikan
Akar konflik antara Rusia dan Ukraina sangat dalam. Semuanya diyakini bermuara pada keengganan Rusia untuk menerima kemerdekaan Ukraina.
Foto: Maxar Technologies via REUTERS
Berkaitan, tetapi tak sama
Ketegangan antara Rusia dan Ukraina memiliki sejarah sejak Abad Pertengahan. Kedua negara memiliki akar yang sama, pembentukan negara-negara Slavia Timur. Inilah sebabnya mengapa Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut kedua negara itu sebagai "satu orang". Namun, sebenarnya jalan kedua negara telah terbagi selama berabad-abad, sehingga memunculkan dua bahasa dan budaya — erat, tapi cukup berbeda.
Foto: AP /picture alliance
1990-an, Rusia melepaskan Ukraina
Ukraina, Rusia, dan Belarus menandatangani perjanjian yang secara efektif membubarkan Uni Soviet pada Desember 1991. Moskow sangat ingin mempertahankan pengaruhnya di kawasan itu dan melihat Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (CIS) yang baru dibentuk sebagai alat untuk melakukannya. Sementara Rusia dan Belarus membentuk aliansi yang erat, Ukraina semakin berpaling ke Barat.
Foto: Sergei Kharpukhin/AP Photo/picture alliance
Sebuah perjanjian besar
Pada tahun 1997, Rusia dan Ukraina menandatangani Treaty on Friendship, Cooperation and Partnership, yang juga dikenal sebagai "Perjanjian Besar". Dengan perjanjian ini, Moskow mengakui perbatasan resmi Ukraina, termasuk semenanjung Krimea,kawasan hunian bagi mayoritas etnis-Rusia di Ukraina.
Krisis diplomatik besar pertama antara kedua belah pihak terjadi, saat Vladimir Putin jadi Presiden Rusia masa jabatan pertama. Pada musim gugur 2003, Rusia secara tak terduga mulai membangun bendungan di Selat Kerch dekat Pulau Tuzla Ukraina. Kiev melihat ini sebagai upaya Moskow untuk menetapkan ulang perbatasan nasional. Konflik diselesaikan usai kedua presiden bertemu.
Foto: Kremlin Pool Photo/Sputnik/AP Photo/picture alliance
Revolusi Oranye
Ketegangan meningkat selama pemilihan presiden 2004 di Ukraina, dengan Moskow menyuarakan dukungannya di belakang kandidat pro-Rusia, Viktor Yanukovych. Namun, pemilihan itu dinilai curang. Akibatnya massa melakukan Revolusi Oranye atau demonstrasi besar-besaran selama 10 hari dan mendesak diadakannya pemilihan presiden ulang.
Foto: Sergey Dolzhenko/dpa/picture alliance
Dorongan bergabung dengan NATO
Pada tahun 2008, Presiden AS saat itu George W. Bush mendorong Ukraina dan Georgia untuk memulai proses bergabung dengan NATO, meskipun ada protes dari Presiden Rusia Vladimir Putin. Jerman dan Prancis kemudian menggagalkan rencana Bush. Pada pertemuan puncak NATO di Bucharest, Rumania, akses dibahas, tetapi tidak ada tenggat waktu untuk memulai proses keanggotaan.
Foto: John Thys/AFP/Getty Images
Tekanan ekonomi dari Moskow
Pendekatan ke NATO tidak mulus, Ukraina melakukan upaya lain untuk meningkatkan hubungannya dengan Barat. Namun, musim panas 2013, beberapa bulan sebelum penandatanganan perjanjian asosiasi tersebut, Moskow memberikan tekanan ekonomi besar-besaran pada Kiev, yang memaksa pemerintah Presiden Yanukovych saat itu membekukan perjanjian. Aksi protes marak dan Yanukovych kabur ke Rusia.
Foto: DW
Aneksasi Krimea menandai titik balik
Saat kekuasaan di Kiev kosong, Kremlin mencaplok Krimea pada Maret 2014, menandai awal dari perang yang tidak dideklarasikan antara kedua belah pihak. Pada saat yang sama, pasukan paramiliter Rusia mulai memobilisasi pemberontakan di Donbas, Ukraina timur, dan melembagakan "Republik Rakyat" di Donetsk dan Luhansk. Setelah pilpres Mei 2014, Ukraina melancarkan serangan militer besar-besaran.
Gesekan di Donbass terus berlanjut. Pada awal 2015, separatis melakukan serangan sekali lagi. Kiev menuding pasukan Rusia terlibat, tetapi Moskow membantahnya. Pasukan Ukraina menderita kekalahan kedua, kali ini di dekat kota Debaltseve. Mediasi Barat menghasilkan Protokol Minsk, sebuah kesepakatan dasar bagi upaya perdamaian, yang tetap belum tercapai hingga sekarang.
Foto: Kisileva Svetlana/ABACA/picture alliance
Upaya terakhir di tahun 2019
KTT Normandia di Paris pada Desember 2019 adalah pertemuan langsung terakhir kalinya antara Rusia dan Ukraina. Presiden Vladimir Putin tidak tertarik untuk bertemu dengan Presiden Volodymyr Zelenskyy. Rusia menyerukan pengakuan internasional atas Krimea sebagai bagian dari wilayahnya, menuntut diakhirinya tawaran keanggotaan NATO bagi Ukraina dan penghentian pengiriman senjata ke sana. (ha/as)
Foto: Jacques Witt/Maxppp/dpa/picture alliance
10 foto1 | 10
Valery Gerasimov
Kemarahan Prigozhin tidak hanya diarahkan pada Shoigu tapi juga kepada Valery Gerasimov, orang kepercayaan Shoigu yang menjabat sebagai Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Rusia.
Menurut Prigozhin, keduanya bertanggung jawab besar atas kerugian masif yang dialami Rusia selama invasi ke Ukraina.
Sebelumnya pada Sabtu (24/06), Grup Wagner pimpinan Prigozhin mengklaim telah merebut fasilitas militer di kota Voronezh, Rusia Selatan, dan mengancam akan menyerbu Moskow kecuali Shoigu dan Gerasimov bergabung dengan perjuangannya.
Tapi upaya Prigozhin menggulingkan kedua pemimpin militer Rusia itu gagal, dan saat ini Gerasimov aman di posisinya.
Sergei Surovikin
Hingga saat ini, Wakil Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Rusia Sergei Surovikin dianggap sebagai sekutu Prigozhin. Jenderal yang memimpin pasukan Rusia di Ukraina dari Oktober 2022 hingga Januari 2023 itu sebelumnya diturunkan jabatannya dan digantikan oleh Valery Gerasimov.
Namun, melalui pesan video pada Jumat (23/06) malam, Surovikin meminta Prigozhin mengakhiri perebutan kekuasaan, menjadi sinyal kalau Surovikin menjauh dari pemimpin Grup Wagner itu.
Musuh hanya "menunggu situasi politik dalam negeri kita memburuk,” kata Surovikin seraya menyerukan agar Grup Wagner tunduk pada perintah Putin. (gtp/as)