Meski Cina telah menyatakan dukungan untuk kepemimpinan Rusia setelah percobaan pemberontakan dari Grup Wagner, insiden itu masih menimbulkan pertanyaan tentang seberapa jauh Xi Jinping bersedia mendukung Vladimir Putin.
Iklan
Berbeda dengan Ukraina dan Amerika Serikat (AS) yang menyebut pemberontakan kelompok tentara bayaran Wagner "mengekspos kelemahan” rezim Putin, Cina justru meremehkannya hanya sebagai "urusan dalam negeri Rusia.”
Hal itu diungkapkan oleh Kementerian Luar Negeri Cina dalam pernyataan tertulis dua kalimat yang dirilis pada Minggu (25/06). "Sebagai tetangga yang bersahabat dan mitra strategis yang komprehensif di era baru, Cina mendukung Rusia dalam menjaga stabilitas nasional,” demikian bunyi pernyataan itu.
The Global Times, tabloid yang dikelola pemerintah Cina, dalam artikelnya pada hari Minggu (25/06), juga menolak anggapan bahwa pemberontakan Grup Wagner merusak kepemimpinan Putin. Artikel itu mengutip para pakar dari Cina, yang menyebut klaim tersebut sebagai "angan-angan” Barat. Artikel itu juga memuji "tindakan tegas” Putin dalam menghentikan pemberontakan.
Pernyataan dari Cina muncul setelah Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Andrey Rudenko melakukan kunjungan ke Beijing untuk bertemu dengan Menteri Luar Negeri Cina Qin Gang dan wakilnya Ma Zhaoxu.
Tidak jelas kapan Rudenko tiba di Beijing dan apakah kunjungannya itu dilakukan sebagai respons atas pemberontakan Grup Wagner atau tidak. Namun yang pasti, setelah pertemuan kedua belah pihak, Rusia mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Cina telah mendeklarasikan dukungan terhdap kepemimpinan di Moskow.
Cina dan Rusia, kemitraan ‘tanpa batas'
Sebelum Rusia menginvasi Ukraina pada Feburari 2022, Presiden Cina Xi Jinping bertemu dengan Putin di sela-sela Olimpiade Musim Dingin di Beijing dan menggunakan kesempatan itu untuk mengumumkan kemitraan "tanpa batas” antara kedua negara, seraya mencemooh AS dan NATO karena "memicu antagonisme dan konfrontasi.”
Saat perang di Ukraina berlanjut, Beijing juga tidak secara eksplisit mengutuk atau mendukung invasi Rusia tersebut. Bahkan setelah negara-negara seperti AS dan Jerman mendesak Cina untuk lebih menekan Putin agar mengakhiri konflik, respons Beijing tetap sama.
Sampai pada bulan Februari, Cina kemudian merilis pernyataan tentang posisinya atas "penyelesaian politik krisis Ukraina,” dengan menyerukan "kedaulatan, kemerdekaan dan integritas wilayah semua negara” untuk "dijunjung tinggi secara efektif.”
Beberapa poin terselubung dalam pernyataan posisi itu ditujukan untuk negara-negara Barat dan NATO, di mana Cina menolak sanksi sepihak dan "yurisdiksi kepanjangan tangan” dan menolak "penguatan dan perluasan blok militer” untuk mencapai keamanan regional.
Linimasa Setahun Perang di Ukraina dalam Foto
Pada 24 Februari 2022 pagi, Rusia menginvasi Ukraina. Menurut PBB, ribuan tentara dan warga sipil telah tewas. Linimasa peristiwa mengejutkan terekam dalam foto-foto berikut ini.
Foto: Anatolii Stepanov/AFP/Getty Images
Hari yang gelap bagi jutaan orang
Pada 24 Februari 2022 pagi, banyak warga Ukraina terbangun karena ledakan seperti ini di ibu kota, Kyiv. Rusia telah melancarkan invasi besar-besaran, menandai serangan terbesar oleh satu negara terhadap negara lain sejak Perang Dunia II. Tak lama berselang, Ukraina mengumumkan darurat militer. Bangunan sipil menjadi sasaran dan kasus kematian pertama dilaporkan segera setelah itu.
Foto: Ukrainian President s Office/Zuma/imago images
Penembakan terus-menerus
Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara tentang "operasi militer khusus" dan mengatakan dia akan merebut wilayah timur Donetsk dan Luhansk. Penduduk kota Mariupol di Oblast Donetsk berlindung di ruang bawah tanah selama berminggu-minggu. Banyak yang mati di bawah reruntuhan. Serangan udara Rusia di teater, tempat ratusan orang berlindung pada Maret 2022, dikecam oleh kelompok hak asasi manusia.
Foto: Nikolai Trishin/TASS/dpa/picture alliance
Eksodus massal
Perang di Ukraina telah menyebabkan pengungsian besar-besaran yang tak terlihat di Eropa sejak Perang Dunia II. Menurut badan pengungsi PBB (UNHCR), lebih dari 8 juta orang telah meninggalkan negara itu. Polandia sendiri telah menampung 1,5 juta orang, lebih banyak dari negara Uni Eropa lainnya. Jutaan orang, terutama dari timur dan selatan Ukraina, terpaksa mengungsi dari perang.
Foto: Anatolii Stepanov/AFP
"Adegan" horor di Bucha
Hanya dalam beberapa minggu, tentara Ukraina berhasil mengusir pasukan militer Rusia dari daerah di utara dan timur laut negara itu. Rencana Rusia untuk mengepung ibu kota, Kyiv, gagal. Setelah wilayah dibebaskan, dugaan kekejaman Rusia menjadi jelas. Gambar warga sipil yang disiksa dan dibunuh di Bucha, dekat Kyiv, menyebar ke seluruh dunia. Para pejabat melaporkan ada 461 kematian.
Foto: Carol Guzy/ZUMA PRESS/dpa/picture alliance
Kehancuran dan kematian di Kramatorsk
Jumlah korban sipil di Donbas meningkat pesat. Pejabat mengatakan kepada penduduk sipil untuk mundur ke daerah yang lebih aman, tetapi rudal Rusia juga menargetkan mereka saat berusaha melarikan diri, termasuk di Kramatorsk. Lebih dari 61 warga tewas dan 120 lainnya terluka di stasiun kereta api pada April 2022, di saat ribuan orang berharap bisa menyelamatkan diri.
Selama serangan udara Rusia, jutaan orang Ukraina mencari perlindungan di tempat-tempat penampungan. Bagi orang-orang yang dekat dengan garis depan dalam jangkauan artileri, ruang bawah tanah telah menjadi rumah kedua. Di Kyiv (seperti yang terlihat di atas) dan Kharkiv, stasiun kereta bawah tanah menjadi tempat berlindung yang aman.
Foto: Dimitar Dilkoff/AFP/Getty Images
Risiko nuklir tinggi di Zaporizhzhia
Pada minggu-minggu pertama setelah invasi, Rusia menduduki sebagian besar wilayah selatan dan timur Ukraina, termasuk dekat Kyiv. Pertempuran meluas ke lokasi pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia di tenggara, yang sejak saat itu berada di bawah kendali Rusia. Badan Energi Atom Internasional mengirim para ahli ke PLTN tersebut dan menyerukan zona aman di sekitar area itu.
Foto: Str./AFP/Getty Images
Jumlah korban tewas tidak jelas
Jumlah pasti korban tewas akibat perang masih belum jelas. Menurut PBB, setidaknya 7.200 warga sipil telah tewas dan 12.000 lainnya terluka, bahkan jumlah yang sebenarnya bisa jauh lebih tinggi. Jumlah pasti tentara Ukraina yang tewas juga tidak pasti. Pada Desember 2022, penasihat presiden Ukraina Mykhailo Podolyak memperkirakan jumlahnya mencapai 13.000 jiwa.
Foto: Raphael Lafargue/abaca/picture alliance
Kiriman senjata dari Barat untuk Ukraina
Pengiriman senjata dari negara-negara Barat ke Ukraina telah menjadi topik hangat sejak awal perang, tetapi mulanya Kyiv hanya menerima sedikit. Peluncur roket HIMARS buatan AS benar-benar membantu pertahanan. Mereka telah mengizinkan militer Ukraina untuk menghentikan pasokan amunisi ke artileri Rusia dan kemungkinan besar juga berkontribusi pada keberhasilan serangan balik Ukraina.
Foto: James Lefty Larimer/US Army/Zuma Wire/IMAGO
Harapan bisa segera masuk Uni Eropa
Pesan video harian dari Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, di mana dia melaporkan kondisi negara dan perang yang sedang berlangsung, dilihat oleh jutaan orang. Zelenskyy tidak hanya mampu menyatukan penduduk negaranya, tetapi juga mendapatkan dukungan Barat. Integrasi Eropa telah berkembang pesat di bawah kepemimpinannya dan Ukraina sekarang berada di jalur menuju keanggotaan Uni Eropa. (ha/hp)
Foto: Kenzo Tribouillard/AFP
10 foto1 | 10
Apakah Rusia masih jadi mitra terpercaya bagi Beijing?
Meskipun posisi Cina di atas kertas menunjukkan bahwa Beijing secara ideologi masih selaras dengan Rusia dalam menentang AS dan sekutunya di Eropa, pemberontakan dari Grup Wagner baru-baru ini memunculkan pertanyaan baru tentang kemitraan Cina dan Moskow.
"Saya kira ini tergantung Xi melihat Rusia perannya untuk apa,” kata Ja Ian Chong, seorang profesor ilmu politik di National University of Singapore.
Jika Cina hanya menginginkan "Rusia yang bisa mendistraksi AS dan sekutunya, maka Rusia yang lemah, terfragmentasi, dan terguncang mungkin cukup untuk tujuan itu,” kata Chong kepada DW.
Tapi jika ada "aktor lain di Rusia yang dapat menyatukan negara dengan lebih baik dan menjaga kemitraan tetap sejalan dengan sikap Cina atas kekuatan Barat, Beijing berpotensi mengalihkan dukungannya,” tambahnya.
Meski begitu, alternatif semacam ini untuk sekarang tidak mungkin terjadi, karena "Putin tampaknya masih menjadi mitra terbaik Cina di Rusia untuk saat ini,” jelas Chong.
Iklan
Pelajaran untuk Cina?
Terlepas dari Cina yang secara terang-terangan mendukung Rusia atas pemberontakan Grup Wagner akhir pekan lalu, para analis mengatakan Beijing juga bisa memetik pelajaran politik dan militer dari kejadian itu, terutama mengenai Taiwan, sebuah pulau yang diklaim Beijing sebagai wilayahnya.
"Pemberontakan Wagner muncul sebagai peringatan bagi Xi Jinping,” kata Tzu-yun Su, seorang peneliti senior di Institut Riset Pertahanan dan Keamanan Nasional Taiwan, kepada Kantor Berita Pusat Taiwan.
Menurut Su, sama seperti Rusia, Cina juga menghadapi banyak masalah domestik, termasuk di antaranya kesulitan ekonomi, angka pengangguran yang tinggi, dan penurunan populasi.
Sementara menurut Chong, pelajaran praktis yang dapat dipetik Cina dari pemberontakan Wagner adalah bahwa "kepemimpinan puncak perlu memiliki kendali ketat atas layanan militer dan keamanan.”
"Xi telah bergerak ke arah ini sejak berkuasa,” kata Chong menekankan. "Dan pemberontakan itu kemungkinan akan mendorongnya bergerak lebih jauh ke arah sana,” tambahnya. (gtp/as)