1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Inspektur IAEA Kembali Kunjungi Iran

20 Februari 2012

Inspektur badan energi atom internasional-IAEA Senin (20/02) untuk kedua kalinya dalam empat pekan, tiba di Teheran. IAEA hendak melakukan pembicaraan dengan Iran terkait tudingan mengembangkan senjata atom

Foto: AP

IAEA menyatakan, para inspekturnya kembali dikirim ke Iran, untuk mencari solusi diplomatik terkait sengketa atom Iran. Kunjungan para inspektur atom itu dilakukan kurang dari 24 jam, setelah Amerika Serikat dan Inggris mengimbau Israel, agar jangan melakukan serangan militer preventif terhadap Iran.

Wakil direktur jenderal IAEA, Herman Nackaerts sesaat menjelang lepas landas dari bandara Wina mengatakan, timnya mengharapkan dapat melakukan pembicaraan yang bagus dan konstruktif di Teheran. “Prioritas tertinggi tentu saja poin sengketa yang belum tuntas, menyangkut kemungkinan dimensi militer dari program atom Iran“, katanya.

Instalasi atom rahasia

Tim inspektur IAEA juga akan mempertanyakan instalasi atom rahasia, yang dilaporkan oleh dinas rahasia barat, namun dibantah eksistensinya oleh pimpinan di Teheran. Nackaerts lebih lanjut mengatakan, tudingan terhadap Teheran memiliki ambisi mengembangkan senjata atom, merupakan isu yang sangat rumit dan memerlukan banyak waktu.

Direktur jenderal IAEA Yukiya AmanoFoto: AP

Hal itu senada dengan pernyataan, direktur jenderal IAEA, Yukiya Amano terkait laporan tim inspektur IAEA bulan November tahun lalu. “Laporannya diformulasikan secara hati-hati. Laporan menyebutkan, berdasar informasi, Iran diindikasikan melakukan aktivitas yang relevan bagi pengembangan senjata nuklir. Saya tidak mengatakan lebih dari itu. Saya tidak berspekulasi.“

Volume dan rincian dari laporan IAEA itu sangat meyakinkan. Selain menyangkut pengayaan uranium, yang sudah diketahui secara umum, dalam laporan itu juga disinggung dua tema penting lainnya. Pertama, konstruksi hulu ledak atom, yang dapat diangkut oleh roket Iran. Dan kedua pengembangan mekanisme rumit pemicu ledakan yang dapat mendorong reaksi berantai nuklir.

Perwakilan Iran di badan energi atom internasional IAEA di Wina, Ali Ashgar Soltanieh membantah laporan IAEA itu. “ Laporan itu tidak profesional, tidak berimbang dan bermotif politik, serta dibuat di bawah tekanan Amerika Serikat serta sejumlah negara barat lainnya.”

Israel siapkan penangkis rudal

Juga menjelang kedatangan yang kedua kalinya para inspektur IAEA dalam kurun waktu empat minggu, menteri luar negeri Iran, Ali Akbar Salehi hari Minggu (19/02) kembali menegaskan tujuan damai dari program atom Iran. Tapi Salehi juga mengatakan, pihaknya siap menghadapi skenario terburuk.

Sistem penangkis rudal Israel disiapkan.Foto: picture-alliance / dpa

Diduga, dengan istilah skenario terburuk, menlu Iran itu bereaksi atas ancaman Israel untuk melancarkan serangan militer preventif terhadap Iran. Terkait ancaman itu, penasehat keamanan nasional AS, Tom Donilon menggelar pembicaraan konsultasi selama dua jam dengan PM Israel, Benjamin Netanyahu hari Minggu (19/02). Para petinggi militer di Washington menyarankan Israel, jangan melancarkan serangan ke fasilitas nuklir Iran.

Juga menlu Inggris, William Hague dalam wawancara dengan BBC, melontarkan imbauan senada, agar Israel jangan melakukan tindakan tidak bijaksana, dengan melancarkan serangan militer ke Iran.

Sementara itu Israel mengumumkan, pekan ini akan memasang dan menguji coba sistem penangkis serangan udara di sekitar Tel Aviv. Jurubicara militer di Yerusalem mengatakan Senin (20/02), hal itu merupakan latihan rutin tahunan. Tapi sebelumnya pejabat tinggi dinas rahasia militer Israel mengatakan, pihaknya menyiapkan 200.000 roket yang siap tembak ke sebuah negara musuh di Timur Tengah, yang merupakan pemicu ketidak stabilan permanen.

Agus Setiawan(ap/rtr/dpa/afp/dapd)

Editor : Ayu Purwaningsih

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait