1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Intelijen Jerman: Ekstremisme Makin Subur di Masa Pandemi

17 Juni 2021

Ekstremisme kanan maupun kiri berkembang selama tahun pandemi, kata badan intelijen dalam negeri Jerman BfV dalam laporan terbarunya.

Foto ilustrasi ekstemisme di Jerman
Foto ilustrasi ekstemisme di JermanFoto: picture-alliance/dpa/C. Charisius

Ketika memperkenalkan laporan tahunan badan intelijen domestik Bundesamt für Verfassungsschutz (BfV) di Berlin, Menteri Dalam Negeri Jerman Horst Seehofer mengatakan bahwa ekstremisme kanan dan kiri telah meningkat selama setahun terakhir.

Menurut Seehofer, yang paling mengkhawatirkan adalah kenyataan bahwa 40% dari 33.300 ekstremis kanan yang ada di Jerman dikategorikan "berorientasi kekerasan". Ini adalah persentase tertinggi yang pernah dicatat dalam statistik BfV, tambahnya.

Lembaga intelijen domestik juga mencatat peningkatan 10% dalam jumlah kejahatan kekerasan ekstrem kanan selama setahun terakhir, di antaranya adalah kasus penyerangan fisik.

Sementara itu, ekstremisme sayap kiri juga meningkat. Tahun 2020 tercatat 34.300 pendukung, dibandingkan dengan 33.500 pada 2019. Sebanyak 9.600 di antaranya dianggap berpotensi melakukan kekerasan. Angka kejahatan ekstremis kiri tahun 2020 tercatat sebanyak 1.237 kasus, dan 423 di antaranya adalah kasus penyerangan fisik.

Hans Georg Maaßen, mantan kepala intelijen yang dipecat karena bersimpati kepada ekstremis kananFoto: Jens SchlueterAFP/Getty Images

Pandemi corona memperburuk situasi

Seehofer mengatakan bahwa pandemi corona telah memperburuk situasi ancaman ekstremisme selama setahun terakhir, dengan berbagai kelompok mengeksploitasi protes anti-lockdown untuk mempromosikan agenda mereka.

"Ini bukan hanya situasi darurat kesehatan, ini juga situasi darurat keamanan," kata Menteri Dalam Negeri Horst Seehofer, menyoroti kelompok ekstremisme kanan. "Mereka juga sangat aktif menggunakan pandemi dan kebijakan negara yang terkait untuk menyebarkan cerita konspirasi mereka," jelasnya.

"Ekstremisme dan terorisme tidak mengalami lockdown," kata Presiden BfV Thomas Haldenwang kepada wartawan pada konferensi pers hari Selasa (15/6). "Setelah periode ketidakpastian yang singkat awal 2020, para ekstremis di semua bidang mengalihkan aktivitas mereka ke dunia maya, di mana mereka menggunakan seluruh spektrum komunikasi dalam jaringan digital."

Aspek baru antisemitisme

Mendagri Horst Seehofer menekankan, 90% insiden antisemitisme di Jerman berasal dari ekstremis kanan. Namun Thomas Haldenwang juga mengingatkan munculnya insiden antisemitisme juga terkait dengan protes anti-Israel yang terjadi pada bulan Mei.

"Antisemitisme tetap menjadi kategori yang menyatukan berbagai ekstremis," kata Thomas Haldenwang. "Namun di Jerman, tidak ada ruang untuk antisemitisme. Bersama dengan semua rekan saya pada semua jajaran aparat keamanan di Jerman, saya menegaskan bahwa kami akan melakukan yang terbaik untuk melindungi institusi dan kehidupan Yahudi di Jerman."

Badan intelijen domestik di tingkat federal, BfV, antara lain bertugas untuk melacak ekstremisme politik di seluruh negeri dan membela tatanan konstitusional Jerman, di samping badan-badan intelijen domestik yang di 16 negara bagian. Namun dalam beberapa tahun terakhir, BfV sendiri jadi sorotan terkait antisemitisme.

Mantan Presiden BfV dan pendahulu Haldenwang, Hans-Georg Maaßen, dicopot dari jabatannya oleh Mendagri Horst Seehofer pada 2018 karena dianggap bersimpati pada ekstremis kanan. Maaßen sekarang mencalonkan diri sebagai anggota dewan dalam pemilu September mendatang mewakili negara bagian Thüringen.

(hp/gtp)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait