1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikRusia

Invasi Ukraina di Kursk Kejutkan Warga Sipil Rusia

Alexey Strelnikov
16 Agustus 2024

Invasi Ukraina terhadap wilayah Kursk dan Belgorod memicu evakuasi warga sipil. Ancaman jatuhnya wilayah perbatasan ke tangan Ukraina menyulut ketidakpercayaan terhadap pemerintah, termasuk Presiden Vladimir Putin.

Warga sipil di Kursk, Rusia
Warga sipil di Kursk, RusiaFoto: Anatoliy Zhdanov/REUTERS

Dalam sepekan terakhir, serdadu Ukraina telah menduduki sejumlah kota di wilayah Kursk Rusia. Terhitung pada 12 Agustus lalu, sudah sebanyak 28 kota dan desa Rusia berada di bawah kendali Ukraina.

Situasi di medan perang dilaporkan penjabat gubernur wilayah Kursk, Alexei Smirnov, saat berbincang dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Kota terbesar yang sudah direbut adalah Sudzha dengan 5.000 penduduk.

Berita tentang kejatuhan kota itu juga dikonfirmasikan pasukan khusus Ukraina melalui Telegram pada hari Senin (12/8). Menurut media propaganda Rusia, pertempuran saat ini masih berkecamuk di dekat Sudzha.

Menurut laporan tersebut, militer Ukraina menyerang dari pelbagai arah. Akibatnya, sebanyak 17.000 penduduk kota Lgow kini telah diperintahkan untuk evakuasi.

Penduduk sipil juga dievakuasi di wilayah tetangga Belgorod. Menurut Smirnov, ada sekitar 2.000 warga sipil yang masih bertahan di kota-kota yang dikuasai pasukan Ukraina. Nasib mereka tidak diketahui.

DW berbincang dengan penduduk Belgorod dan Kursk tentang serangan Ukraina, serta sejauh mana mereka mempercayai otoritas Rusia.

Hanya "gangguan sementara"?

Pada tanggal 9 Agustus lalu, alarm udara di Kursk berbunyi sebanyak sepuluh kali, lapor sejumlah warga dalam wawancara dengan DW. Margarita, yang tidak mau menyebutkan nama aslinya, mengatakan situasi di Kursk "tenang dan orang-orang tetap bekerja, berbelanja, dan berjalan kaki seperti biasa," kata dia.

Will Ukraine's Kursk incursion shift West's arms limits?

03:49

This browser does not support the video element.

"Sirene sering berbunyi, tapi kita sudah terbiasa. Alarmnya untuk seluruh wilayah, bukan hanya kita saja,” tegasnya. Televisi pemerintah hanya berbicara tentang "gangguan sementara.”

Namun, Margarita mengetahui dari kerabatnya bahwa pertempuran lebih besar daripada yang ditayangkan di televisi dan bahwa penduduk sudah mulai melarikan diri dari wilayah Kursk yang berbatasan dengan Ukraina. Namun Margarita sendiri yakin bahwa semua ini hanya akan "berlangsung singkat". Dia ingin tetap tinggal di kampung halamannya.

Antonina juga tinggal di Kursk, tetapi memiliki saudara perempuan di Sudja yang diduduki Ukraina. "Saat penembakan dimulai, adikku Julia segera melarikan diri dari sana."

Antonina melaporkan bahwa dia dan keluarganya tinggal bersama kerabatnya di Oryol, sekitar 260 kilometer lebih jauh ke utara. Julia harus meninggalkan semua dokumen, termasuk kartu banknya, di rumahnya di Sudzha. "Tetapi yang paling dia khawatirkan adalah rumah dan hewan-hewannya," jelas Antonina. "Masih ada anak babi, bebek, dan ayam."

Julia dan keluarganya kini sedang mencari akomodasi. Dia belum bisa menerima jatah makanan karena hambatan pengiriman. Dia juga ingin bisa menerima 10.000 rubel atau sekitar Rp1,6 juta yang dijanjikan negara. Menurut pihak berwenang Rusia, bantuan tersebut adalah hak setiap orang yang harus mengungsi.

Kekhawatiran terhadap invasi Ukraina

Peringatan sirene juga semakin marak di wilayah Belgorod, kata Nina, seorang warga yang tinggal di sana. Dia juga tidak mau menyebutkan nama aslinya. Kendati bunyi alarm yang meraung, namun perempuan muda itu tetap diam di kamarnya.

"Kami sudah terbiasa, aku berhenti pergi ke lorong." kata dia, merujuk pada ruang perlindungan di dalam gedung perumahan. Menurutnya, semakin banyak anggota militer Rusia yang dipindahkan ke Belgorod sejak dimulainya serangan Ukraina di negara tetangga Kursk.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Nina memperhatikan bahwa masyarakat di Belgorod semakin sering meluapkan kritik terhadap pemerintah Rusia, termasuk Presiden Putin: "Saya melihat teman-teman dan kerabat saya yang mendukung perang sudah menyebut Putin sebagai pemimpin yang lemah karena dia tidak melakukan apa pun."

Tuduhan terhadap otoritas Rusia

"Federasi Rusia telah memutus aliran listrik di semua desa ini untuk menghambat pasukan Ukraina. Ditambah lagi dengan peperangan elektronik di kedua sisi,” tulis seorang pengguna bernama Pyotr.

Namun pihak berwenang Rusia menekankan bahwa telekomunikasi dan Internet seluler berfungsi di delapan distrik di wilayah Kursk dan bahkan ditawarkan secara cuma-cuma alias gratis. Menurut kementerian yang bertanggung jawab, warga bahkan dapat melakukan panggilan telepon tanpa pulsa. Namun di jejaring sosial, tidak banyak lagi pengguna yang mempercayai informasi resmi dari pemerintah.

"Tidak punya koneksi. Kerabat dari daerah jauh tidak bisa menjalin kontak," tulis Juliana di laman jejaring sosial lokal. Menurutnya, "mereka tahu tentang invasi yang akan datang oleh militer Ukraina, tapi tidak ada yang memperingatkan tentang hal itu." Dan pengguna lain bernama Svetlana bertanya: "Di mana dinas rahasia? Mereka menipu kita!"

Di jaringan multibahasa Rusia "VKontakte", pengguna lain bernama Olga mengonfirmasi di situs web pemerintah daerah Kursk bahwa evakuasi kota Lgov, yang berpenduduk 17.000 jiwa, telah diumumkan.

Dia sedang berlibur bersama ibunya tidak jauh dari kota ini: "Kami menelepon nomor darurat. Mereka mengatakan semuanya tenang dan baik-baik saja. Saya hanya mengetahui evakuasi dari seorang teman dan anak saya menjemput kami."

(rzn/hp)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait