1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Irak dan informasi dinas intelijen ; Penanggulangan AIDS

13 Juli 2004

Popularitas PM Inggris Tony Blair mulai menurun akibat keputusan yang diambilnya untuk mendukung invasi AS ke Irak. Kini laporan yang mengusut kebenaran informasi dinas intelijen tentang senjata pemusnah massal Saddam Hussein , akan diumumkan dalam waktu dekat .

Harian liberal kiri Inggris Guardian berkomentar, Tony Blair menghendaki perang Irak , apa pun yang terjadi.

Untuk mendukung AS melancarkan perang, PM Tony Blair mempercayai informasi dinas intelijen yang tidak lengkap , dan hanya berdasarkan indikasi , dan melebih-lebihkannya sehingga diyakini. Blair tentu dapat berargumentasi bahwa informasi dinas intelijen ini sudah salah ketika sampai di mejanya. Namun ia tidak boleh melepaskan tanggung jawab atas dilebih-lebihkannya informasi itu setelah sampai di meja tulisnya. Tanpa melebih-lebihkannya tidak ada lasan bagi perang ke Irak.

Menanggapi laporan investigasi mengenai informasi dinas intelijen menjelang perang Irak , harian Belgia De Standaard dalam komentarnya mengkritik dinas intelijen Inggris dan AS:

Kebetulan atau tidak, dalam waktu beberapa hari laporan investigasi baik di AS mau pun di Inggris, tidak membenarkan alasan London mau pun Washington untuk perang ke Irak. Pekan lalu senat AS mengkritik tajam kurang bermutunya data CIA kepada pemerintah. Kini di London akan terungkap bahwa informasi dinas intelijen sama sekali tidak dapat dipercaya, dan bahwa keputusan untuk menyerang Irak tidak beralasan. Juga semakin jelas bahwa Irak, setelah Vietnam dan Watergate, termasuk skandal politik, di mana pemerintah membohongi rakyatnya. Memang ini episod yang menyedihkan, yang mengakibatkan perpecahan antara politik dan pendapat umum di seluruh dunia.

Harian Austria Der Standard dalam tajuknya mengulas pertimbangan pemerintah AS untuk menunda pemilihan presiden di negaranya, bila ada ancaman serangan teror yang berat:

Apa bila benar-benar diberlakukan UU darurat yang mengizinkan penundaan pemilihan umum, maka para teroris sudah berhasil mencapai satu kemenangan, tanpa harus melakukan tindakan. Sebab para teroris berhasil mencapai perubahan preventif UUD AS yang menentukan tanggal pemilihan. Argumentasi pihak-pihak yang menyetujui penundaan pemilihan sebenarnya tidak logis. Sebab apa yang berlaku dalam sebuah kasus, bahwa di dalam sebuah demokrasi keputusan tidak boleh diambil berdasarkan pemaksaan kaum teroris, juga harus berlaku dalam kasus lain. Diduga pemerintahan AS sekarang hendak memastikan pemilihannya kembali dengan mendramatisir bahaya teror. Bila berhasil, maka ini pun sesuai keinginan orang seperti Osama bin Laden dan semua simpatisannya. Sebab bagi para teroris , tidak ada lambang tokoh musuh yang lebih meyakinkan dari pada George W Bush.

Konferensi Aids Internasional di Bangkok.

Komentar harian Perancis Le Figaro mengenai konferensi ini:

Di balik kata Aids terdapat 20 juta korban tewas dalam 20 tahun. Yang penting adalah memperbaiki tindakan preventif dan tes Aids. Thailand dengan kampanye yang mempromosikan 100 persen penggunaan preservatif , berhasil menekan jumlah terinfeksi baru sekitar 150 ribu menjadi di bawah 20 ribu. Namun soal tes Aids masih dipermasalahkan. Hanya sekitar lima persen penderita mengetahui bahwa mereka terinfeksi dengan virus Aids. Apa bila hendak menerapkan program organisasi kesehatan dunia WHO, jadi apa bila sampai tahun 2005 hendak mengobati sekitar tiga juta penderita , maka setiap harinya lebih dari setengah juta warga harus menjalani tes Aids.