Irak Hukum Mati 16 Perempuan Turki Yang Terlibat ISIS
26 Februari 2018
Pengadilan di Irak menjatuhkan hukuman mati kepada 16 perempuan Turki karena mendukung kelompok teror ISIS. Kelompok HAM mengecam keras dan menyebut prosesnya tidak adil.
Iklan
Proses pengadilan terhadap 16 perempuan Turki yang ditangkap di Irak itu berlangsung cepat. Seorang jurubicara pengadilan Irak hari Minggu (25/2) mengatakan, mereka akan dihukum gantung.
Menurut pengadilan, ke 16 perempuan berusia antara 20 dan 50 tahun itu terbukti menjadi anggota ISIS dan melakukan pekerjaan logistik atau membantu dalam pelaksanaan serangan-serangan teror. Beberapa perempuan itu didampingi oleh anak-anak mereka.
Para terdakwa kepada pengadilan mengaku mereka memasuki Irak secara ilegal, untuk berkumpul bersama suami mereka yang pergi lebih dulu untuk bergabung dengan ISIS. Seorang perempuan mengatakan kepada hakim, dia telah terlibat aktif dalam pertempuran.
Aktivis HAM: Persidangan 'tidak adil'
Irak telah menahan 5.060 perempuan dan sekitar 600 anak-anak karena dugaan hubungan dengan ISIS, dan kini bergerak cepat untuk mengadili mereka.
Bulan Januari lalu, seorang perempuan Jerman dijatuhi hukuman mati karena mendukung ISIS. Seroang remaja Jerman lain yang berusia 17 tahun dan menikah dengan anggota ISIS dihukum 6 tahun penjara.
Organisasi hak asasi Human Rights Watch (HRW) menerangkan, hukuman itu "tidak adil". Beberapa aktivis berpendapat, banyak perempuan yang menjadi korban penipuan atau dipaksa bergabung dengan kelompok teroris.
Puluhan ribu pendukung ISIS ditahan di Irak
Selain perempuan yang tertangkap oleh pasukan Irak, pejabat kawasan Kurdi di Irak mengatakan ada 1.300 perempuan dan anak-anaknya yang menyerah pada pasukan Kurdi pada bulan Agustus lalu.
Menurut perkiraan, ada sekitar 20.000 orang yang ditahan di Irak karena terlibat dalam kelompok teror ISIS, namun tidak ada statistik resmi tentang itu.
Ke-16 perempuan Turki yang dijatuhi hukuman mati hari Minggu memiliki waktu satu bulan untuk mengajukan banding atas putusan pengadilan, kata seorang pejabat Irak.
Cantik dan Mematikan: Prajurit Perempuan Pelumat ISIS
Mereka cantik, tetapi juga mematikan. Buat melumat ancaman kelompok teror Islamic State, perempuan Kurdi tidak segan mengangkat senjata. Keberadaan mereka di garda terdepan mengusik sikap anti perempuan kelompok radikal.
Foto: Reuters/A. Jadallah
Ditakuti dan Dibenci
Sejak beberapa tahun terakhir pasukan bersenjata Kurdi, Peshmerga, menerjunkan kaum perempuan buat bertempur di garda terdepan dalam perang melawan Islamic State. Mereka ditakuti, tutur Kolonel Nahida Ahmad Rashid, komandan batalyon perempuan Peshmerga, "karena pejuang IS merasa mereka yang mati di tangan perempuan tidak akan masuk surga."
Foto: Getty Images/AFP/S. Hamed
Berbayar Nyawa
Kekhawatiran terbesar prajurit perempuan Peshmerga adalah ditangkap oleh gerilayawan IS. Menurut berbagai laporan, mereka biasanya disiksa dan diperkosa sebelum dibunuh. Oleh pimpinan Peshmerga setiap serdadu perempuan diperintahkan menyisakan satu butir peluru buat melumat nyawa sendiri sebelum ditangkap.
Foto: picture alliance/Pacific Press/J. Ahmad
Uluran Tangan Barat
Batalyon kedua Pesherga saat ini berkekuatan 500 serdadu yang semuanya berjenis kelamin perempuan. Satuan tempur ini berbasis di Sulaymaniyah, Kurdistan, dan terletak tidak jauh dari perbatasan Iran. Lantaran kiprahnya dalam perang melawan IS, Peshmerga sering mendapat bantuan militer dari negara-negara barat. termasuk diantaranya program pelatihan buat perempuan.
Foto: picture-alliance/dpa/R. Jensen
Persamaan Gender di Jantung Kekuasaan IS
Prajurit perempuan Peshmerga ikut memanggul beban tugas yang sama seperti kaum lelaki. Mereka dikirim dalam misi pengintaian, berpatroli, menjaga pos pengawasan atau rumah sakit. "Satu-satunya perbedaan," kata Kolonel Rashid, sang komandan, "adalah para lelaki memakai senapan yang lebih berat."
Foto: picture-alliance/dpa/R. Jensen
Perempuan di Akar Tradisi
Peshmerga yang dalam bahasa Kurdi berarti "mereka yang menatap mata kematian," aktif sejak akhir Perang Dunia I. Sejak dulu sayap militer Kurdi ini bertempur melawan pemerintahan Irak. Sejak jatuhnya rejim Saddam Hussein, wilayah Kurdistan menikmati otonomi dan kemajuan ekonomi. Perempuan yang teremansipasi sudah mengakar dalam tradisi Kurdi
Foto: Reuters/Ahmed Jadallah
Ekspresi Kebebasan Perempuan Kurdi
Peshmerga pertamakali merekrut prajurit perempuan sekitar 20 tahun lalu. Selain Peshmerga, minoritas Kurdi juga memiliki kelompok bersenjata lain seperti Partai Buruh Kurdi, PKK, atau YPG yang juga banyak diperkuat oleh kaum hawa. Adalah Abdullah Öcalan, pimpinan PKK, yang pertama kali mencetuskan ide serdadu perempuan. "Jika perempuan dijadikan budak, lelaki pun mengalami nasib sama," katanya
Foto: picture alliance/Pacific Press/J. Ahmad
Perjuangan demi Kebebasan
Peshmerga bertempur di front sepanjang 1000 kilometer di utara Irak. Jika dulu rejim Saddam Hussein dianggap sebagai ancaman terbesar, maka kini peran laknat tersebut digantikan oleh Islamic State. "Kami disini karena ingin melindungi apa yang telah susah payah kami capai, yakni parlemen, keamanan dan stabilitas," kata Komandan Rashid.