Kepala Badan Energi Atom Iran mengumumkan pembangunan reaktor baru di pusat penelitian nuklir di Isfahan. Ini adalah rencana terbaru dari beberapa rencana serupa yang diumumkan Teheran dalam beberapa hari terakhir.
Iklan
Iran mengumumkan pada hari Senin (05/02) pembangunan reaktor penelitian nuklir keempat di pusat Kota Isfahan, beberapa hari setelah diumumkannya pembangunan kompleks pembangkit listrik tenaga nuklir baru di bagian selatan negara itu.
"Hari ini, proses pengecoran beton untuk fondasi reaktor di Isfahan dimulai," kata Mohammad Eslami, Kepala Badan Energi Atom Iran, seperti dikutip oleh kantor berita pemerintah IRNA.
IRNA menggambarkan reaktor baru berkekuatan 10 megawatt ini sebagai "reaktor penelitian" dan mengatakan bahwa reaktor ini akan memiliki berbagai aplikasi, termasuk uji bahan bakar dan bahan nuklir serta produksi industri radioisotop dan radiofarmasi. Pusat penelitian nuklir Isfahan sebelumnya telah memiliki tiga reaktor.
Program nuklir Iran telah dikritik secara internasional, di mana para ahli di luar negeri banyak yang khawatir bahwa program ini pada akhirnya bertujuan untuk membangun senjata nuklir.
Sementara Iran mengatakan bahwa pihaknya tidak memiliki niat seperti itu dan program nuklirnya murni hanya untuk kepentingan sipil.
Iran telah menghadapi serangkaian sanksi dari Amerika Serikat (AS), berawal dari penarikan diri Donald Trump pada tahun 2018 dari kesepakatan internasional yang ditengahi pada tahun 2015 dengan tujuan untuk menghentikan ambisi nuklir Iran.
Lika-Liku Kesepakatan Nuklir Iran
Donald Trump telah secara resmi menarik AS dari perjanjian nuklir internasional dengan Iran. Pemerintah AS terdahulu telah dengan susah payah menegosiasikannya selama bertahun-tahun dengan lima mitra internasional.
Foto: picture-alliance/epa/D. Calma
Yang menjadi masalah
Fasilitas nuklir Iran Bushehr adalah salah satu dari lima fasilitas yang dikenal oleh pengamat internasional. Israel, Amerika Serikat dan negara-negara sekutu telah sepakat bahwa usaha Iran memperkaya uranium - untuk keperluan energi domestik, menurut para pejabat di Teheran - dapat menjadi ancaman bagi kawasan jika hal itu berujung pada pengembangan senjata nuklir.
Foto: picture-alliance/dpa
Akhir dari masalah
Pada 2006, lima negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB (AS, Cina, Rusia, Prancis, Inggris) dan Jerman (P5+1) memulai proses negosiasi yang melelahkan dengan Iran yang akhirnya mencapai kesepakatan pada 14 Juli 2015. Negara-negara tersebut sepakat memberikan kelonggaran sanksi pada Iran. Sebagai gantinya, pengayaan uranium Iran harus terus dipantau.
Foto: picture alliance / landov
Rakyat Iran setuju
Di Teheran dan kota-kota lain di Iran, warga merayakan apa yang mereka yakini sebagai akhir dari isolasi ekonomi bertahun-tahun yang memberi efek serius pada kesehatan dan gizi masyarakat karena kurangnya akses ke pasokan medis dan makanan untuk warga biasa. Banyak juga yang melihat perjanjian itu sebagai bukti bahwa Presiden Hassan Rouhani berusaha untuk membuka Iran ke dunia dengan cara lain.
Foto: picture alliance/AA/F. Bahrami
Peran IAEA
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) ditugaskan untuk memantau kepatuhan Iran kepada kesepakatan itu. Direktur Jenderal IAEA Yukiya Amano (kiri) pergi ke Teheran untuk bertemu dengan Rouhani pada bulan Desember 2016, hampir satu setengah tahun setelah kesepakatan itu ditandatangani. Dalam laporan yang disampaikan setiap tiga bulan, IAEA berulang kali menyertifikasi kepatuhan Iran.
Foto: picture alliance/AA/Iranian Presidency
Sang oponen
Setelah delapan tahun dengan Barack Obama, PM Israel Benjamin Netanyahu menemukan sosok presiden AS yang ia inginkan dalam Donald Trump. Meski Trump tidak memiliki pengalaman dalam diplomasi dan ilmu nuklir, ia menyebut perjanjian internasional tersebut sebagai "kesepakatan terburuk yang pernah dinegosiasikan." Hal ini juga menjadi pokok kampanye pemilunya di 2016.
Foto: Reuters/R. Zvulun
Siapa yang masih ada?
Meskipun ada sertifikasi IAEA dan protes dari Kemlu AS, Trump tetap menarik AS dari perjanjian pada 8 Mei. Pihak-pihak lain telah berjanji untuk tetap berada dalam kesepakatan. Diplomat top Uni Eropa, Federica Mogherini (kiri), sudah melakukan pembicaraan dengan para menteri luar negeri dari (ki-ka) Iran, Prancis, Jerman dan Inggris.
Foto: picture-alliance/Photoshot
6 foto1 | 6
Iran tambah kapasitas produksi untuk saingi para pemain tenaga nuklir utama
Pada bulan Januari, Direktur Jenderal Pengawas Nuklir Badan Energi Atom Internasional (IAEA) PBB, Rafael Grossi, mengatakan bahwa Iran telah "membatasi" kerja sama dengan pihaknya dan menyebut situasi nuklir di Iran menimbulkan "frustrasi."
Iklan
Mohammad Eslami mengatakan pada hari Kamis (01/02) pekan lalu bahwa kompleks pembangkit listrik tenaga nuklir baru sedang dibangun di Sirik, di mana fasilitas itu akan memiliki kapasitas produksi listrik harian sebesar 5.000 megawatt.
"Kita harus mencapai kapasitas produksi 20.000 megawatt tenaga nuklir di negara ini pada tahun 2041," kata Eslami dalam sebuah kunjungan ke lokasi pembangunan bersama Presiden Iran Ebrahim Raisi.
AS, Prancis, Cina, Rusia, dan Korea Selatan adalah lima negara di dunia yang saat ini memiliki kapasitas nuklir lebih dari 20.000 megawatt.
Sementara Iran saat ini baru memiliki satu pembangkit listrik tenaga nuklir yang beroperasi di Bushehr dan menghasilkan sekitar 3.000 megawatt. Menurut IRNA, pembangkit listrik tenaga nuklir baru di Sirik itu akan dapat beroperasi pada tahun 2031.