1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Iran Bebaskan 5 Staf Lokal Kedutaan Inggris

29 Juni 2009

Iran telah bebaskan 5 dari 9 staf lokal kedutaan Inggris yang ditahan. Dewan Garda Revolusi juga memulai penghitungan kartu suara yang dianggap bermasalah.

Demo di depan gedung kedutaan Inggris di Teheran. Pemerintah Iran menuduh Inggris campuri urusan dalam negeri Iran.Foto: AP

Juru bicara kementrian luar negeri Iran Hassan Ghashgavi mengungkapkan pembebasan karyawan lokal kedutaan Inggris yang ditahan itu dalam konferensi pers hari Senin (29/06) di Teheran. Ghashgavi kembali menegaskan tuduhan pemerintah di Teheran, bahwa negara-negara barat, khususnya Inggris dan Amerika serikat mencampuri urusan dalam negeri Iran. Namun ia juga menegaskan tidak ada rencana menurunkan tingkat diplomasi, dengan misalnya menutup kedutaan Iran di luar negeri.

Menteri Intelejen Iran Gholam Hossein Mohseni Ejeie menuduh kedutaan Inggris, menyalahgunakan staf lokalnya untuk kegiatan non diplomatik. Kedutaan menyusupkan karyawannya diantara para demonstran, untuk menciptakan eskalasi kekerasan. Dan dengan itu, para demonstran dapat merekayasa laporannya, demikian tuduhan menteri intelejen itu seperti dikutip Kantor berita Iran IRNA.

Menteri Luar Negeri Inggris David Miliband sudah melontarkan protes keras menanggapi penangkapan staf lokalnya di Teheran. Miliband menyebutkan, penangkapan itu merupakan pelecehan dan intimidasi. Menjawab tudingan Teheran mengenai peranan kedutaan Inggris dalam aksi demonstrasi di Teheran itu, Miliband mengatakan: “Tuduhan bahwa kedutaan kami berada di balik aksi protes beberapa hari terakhir di Teheran, sama sekali tidak ada dasarnya.“

Juga Uni Eropa mengecam tindakan Teheran itu dan mengancam akan membalasnya lebih berat dan secara kolektif.

Sementara itu, Dewan Garda Revolusi Iran hari Senin (29/06) ini memulai proses penghitungan ulang sekitar 10 persen kartu suara yang dipermasalahkan. Langkah ini dilakukan setelah munculnya tekanan dari masyarakat internasional menyangkut hasil pemilu presiden Iran dari tanggal 12 Juni lalu. Kelompok oposisi yang dipimpin mantan perdana menteri Mir Hossein Mousavi tetap menuntut digelarnya pemilu baru. Alasannya kecurangan pemilu amat meluas dan dilakukan secara sistematis.

Berkaitan dengan penghitungan ulang kartu suara itu, pakar Iran dari perhimpunan Jerman untuk politik luar negeri, Konstantin Kosten, menyampaikan pendapatnya: “Saya perkirakan tidak akan ada kejutan. Fatwa dari pimpinan revolusi Khamenei akan dikukuhkan dan Dewan Garda akan menyatakan hasil pemilu sebagai sah, mungkin hanya diakui kecurangan ringan.“

Di Iran sendiri, setelah beberapa hari situasi mereda, hari Minggu (28/06) sekitar 3.000 demonstran kembali turun ke jalanan. Mereka dibubarkan oleh aparat keamanan dengan pentungan dan tembakan gas air mata. Amnesty International juga melaporkan terjadinya aksi penculikan para demonstran yang cedera dan dirawat di rumah sakit di Teheran oleh milisi Basij yang pro-pemerintah.

Perkembangan situasi aktual di Iran itu ditanggapi oleh pimpinan redaksi TV Persia yang memancarkan siarannya dari Jerman ke Iran, Khashayar Ghiassi. “Saya melihatnya sebagai awal revolusi. Sebuah revolusi di Iran jangan dibandingan dengan di Barat, yang hanya perlu waktu beberapa bulan. Ketika menumbangkan Shah Iran, walaupun ia tidak melakukan aksi terhadap rakyatnya sendiri seperti milisi Basij, diperlukan waktu satu tahun.“

Para pengamat mengkhawatirkan, situasi bagi kelompok oposisi akan bertambah sulit. Penyebabnya, di satu sisi oposisi juga terpecah dan di sisi lainnya pemerintah Iran terus melancarkan tekanan dan intimidasi, termasuk mempersulit akses internet bagi kelompok demonstran.

AS/rtrd/dpa/AFPD/
Editor : Dewi Gunawan