Iran Bebaskan Peneliti Australia Dalam Pertukaran Tahanan
26 November 2020
Iran membebaskan peneliti Australia yang ditahan sejak 2018 atas dakwaan spionase. Dia dipulangkan dalam pertukaran tahanan dengan tiga narapidana Iran, dua di antaranya merupakan terpidana teror di Thailand
Iklan
Kabar pertukaran tahanan Iran dan Australia itu diumumkan stasiun televeisi milik pemerintah Iran pada Rabu (25/11). Laporan tersebut tidak merinci kesepakatan pertukaran tahanan dengan Australia dan Thailand, kecuali keterangan bahwa salah seorang dari ketiga warga Iran dipidana lantaran terbukti melanggar embargo internasional.
Kylie Moore-Gilbert, 33, bekerja sebagai dosen studi Timur Tengah di Universitas Melbourne. Dia dicokok aparat keamanan di bandara Teheran, usai menghadiri sebuah konferensi akademik, 2018 silam. Kylie didakwa dengan delik spionase. Dia divonis 10 tahun penjara dan dikirim ke lembaga permasyarakatan Evin yang tersohor tempat memenjarakan tahanan politik.
Sampai saat ini terpidana menolak tuduhan mata-mata dan bersikeras dirinya tidak bersalah.
Kementerian Luar Negeri Australia membenarkan kabar pembebasan Kylie. “Pembebasan Dr. Moore-Gilbert mendapat prioritas sejak dia ditahan,” kata Menlu Marise Payne dalam sebuah keterangan pers. “Pemerintah Australia menolak dasar dakwaan yang dibuat pemerintah Iran,” tegasnya lagi.
Dia mengklaim pembebasan Kylie dicapai melalui “jalur diplomasi,” setelah mendapat restu dari pihak keluarga,
Iklan
Thailand pulangkan dua terpidana teror
Kylie merupakan satu dari sejumlah warga barat yang saat ini ditahan di Iran atas dakwaan spionase. Namun pegiat kemanusiaan dan penyidik PBB meyakini dakwaan itu difabrikasi sebagai alat negosiasi.
Iran mengklaim terdakwa memiliki koneksi dengan dinas rahasia Inggris, MI6, dan universitas-universitas Yahudi. Kylie dituduh melakukan riset terhadap oposisi Suriah dan komunitas Syiah di Bahrain.
Namun dalam suratnya yang diselundupkan untuk Perdana Menteri Scott Morrison, Kylie menulis dirinya “tidak bersalah,” dan bahwa penahanannya adalah cara “untuk memeras” pemerintah Australia.
Dua dari tiga tahanan Iran yang ditukar untuk kebebasan Kylie, merupakan terpidana teror di Thailand, delapan tahun silam. Menurut kepolisian di Bangkok, kedua pria merupakan bagian dari rencana pembunuhan terhadap diplomat Israel di Bangkok.
Saeid Moradi, yang saat itu berusia 29 tahun, kehilangan salah satu kakinya ketika bom yang akan dia lemparkan ke arah polisi meledak lebih dini. Dia divonis hukuman penjara seumur hidup. Sementara rekannya, Mohammad Kharzei, 43, dipenjara selama 15 tahun karena memiliki bahan peledak.
Chatchom Akapin, Wakil Jaksa Agung Thailand, mengatakan pihaknya telah menyetujui pemulangan tahanan sesuai perjanjian dengan Iran. “Transfer seperti ini bukan hal yang aneh,” kata dia.
Adapun stasiun televisi Iran tidak mengungkap identitas ketiga narapidana yang dibebaskan. Mereka hanya digambarkan sebagai “dua warga Iran yang ditahan di luar negeri dengan dakwaan palsu” dan seorang “aktivis ekonomi.”
Ketika tiba di bandara Teheran, ketiganya sulit dikenali karena mengenakan topi dan masker penutup mulut, sembari mengalungi diri dengan bendera iran. Mereka disambut Wakil Menlu Abbas Araghchi.
rzn/as (ap, rtr)
Mengenang 40 Tahun Perang Iran vs Irak
Perang Iran-Irak jadi salah satu konflik militer terkelam di Timur Tengah. Berlangsung delapan tahun menjadi saksi penggunaan senjata kimia, tewasnya ratusan ribu orang, serta mengubah wilayah dan situasi politik global.
Foto: picture-alliance/Bildarchiv
Konflik teritorial
Pada 22 September 1980, diktator Irak Saddam Hussein mengirim pasukannya ke negara tetangga Iran. Ini jadi awal mula perang mematikan selama delapan tahun yang menewaskan ratusan ribu orang. Konflik perbatasan wilayah berlarut-larut jadi pemicu perselisihan dua negara mayoritas Muslim Syiah ini.
Foto: defapress
Perjanjian Aljazair
Lima tahun sebelumnya, pada Maret 1975, Saddam Hussein, yang saat itu menjabat sebagai Wakil Presiden Irak, dan Raja Iran saat itu Shah Pahlevi menandatangani perjanjian di Aljazair, untuk menyelesaikan sengketa perbatasan. Baghdad menuduh Teheran merencanakan serangan dan memutuskan mengevakuasi tiga pulau strategis di Selat Hormuz, yang diklaim milik Iran dan UEA.
Foto: Gemeinfrei
Sumber air
Pada 17 September 1980, Baghdad menyatakan Perjanjian Aljazair batal demi hukum dan menuntut kendali atas semua wilayah perbatasan Shatt al-Arab, sungai sepanjang 200 kilometer pertemuan sungai Tigris dan Sungai Efrat yang bermuara di Teluk Persia.
Foto: picture-alliance/AP Photo/N. al-Jurani
Pemboman pelabuhan dan kota
Pasukan Irak meledakkan bandara Iran, termasuk yang ada di Teheran, serta fasilitas militer dan kilang minyak Iran. Pada pekan pertama pasukan Irak berhasil merebut kota Qasr-e Shirin dan Mehran, serta pelabuhan Khorramshahr di barat daya Iran, di mana posisi Sungai Shatt al-Arab bermuara.
Foto: picture-alliance/Bildarchiv
Musuh bersama
Banyak negara Teluk, termasuk Arab Saudi dan Kuwait, mendukung Baghdad dalam perang melawan Iran. Hal ini didasari kekhawatiran atas perlawanan Syiah di Timur Tengah yang dipelopori oleh Ayatollah Khomeini dalam Revolusi Iran. Negara-negara Barat juga mendukung Baghdad dan menjual senjata kepada Saddam Hussein.
Foto: Getty Images/Keystone
Dipukul mundur Iran
Serangan balik Iran mengejutkan Irak ketika Teheran berhasil menguasai kembali pelabuhan Khorramshahr. Baghdad mengumumkan gencatan senjata dan menarik kembali pasukannya, tetapi Teheran menolaknya dan terus membom kota-kota Irak. Sejak April 1984, kedua belah pihak terlibat dalam "perang kota", di mana sekitar 30 kota di kedua belah pihak dihujani serangan rudal.
Foto: picture-alliance/dpa/UPI
Penggunaan senjata kimia
Salah satu yang jadi sorotan dalamperang ini adalah penggunaan senjata kimia. Teheran pertama kali melontarkan tuduhan tahun 1984 - dikonfirmasi oleh PBB - dan juga pada tahun 1988. Juni 1987, pasukan Irak menjatuhkan gas beracun di kota Sardasht, Iran. Maret 1988, Iran mengklaim Baghdad menggunakan senjata kimia kepada penduduk sipilnya di kota Halabja di utara Irak yang dikuasai Iran.
Foto: Fred Ernst/AP/picture-alliance
Gencatan senjata
Pada 18 Juli 1988, Khomeini menerima resolusi Dewan Keamanan PBB untuk mengakhiri perang. Meskipun jumlah pasti dari mereka yang tewas dalam perang tidak diketahui, sedikitnya 650.000 orang tewas dalam perang tersebut. Gencatan senjata diumumkan pada 20 Agustus 1988.
Foto: Sassan Moayedi
Lembaran baru
Penggulingan rezim Saddam Hussein oleh AS pada tahun 2003 membuka era baru di Timur Tengah. Hubungan antara Irak dan Iran telah membaik sejak saat itu dan kedua negara meningkatkan kerjasamanya dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya. (Ed: rap/hp)