Para pejabat Iran bebaskan puluhan ribu tahanan untuk memperlambat penyebaran virus corona jenis baru di penjara-penjara negara yang penuh sesak.
Iklan
Iran membebaskan lebih dari 54.000 tahanan untuk meredam penyebaran penyakit COVID-19 di dalam penjara.
Juru bicara pengadilan Iran, Gholamhossein Esmaili, mengatakan kepada wartawan bahwa para tahanan tersebut diizinkan keluar setelah hasil tes mereka menunjukkan negatif COVID-19. Para tahanan juga diharuskan mengirimkan sejumlah uang jaminan. Namun para tahanan yang dijatuhi hukuman penjara selama lima tahun atau lebih tidak akan dibebaskan.
Ada harapan bahwa di antara mereka yang dibebaskan termasuk pekerja amal berlatar belakang Inggris-Iran, yaitu Nazanin Zaghari-Ratcliffe. Pada tahun 2016, dia dijatuhi hukuman penjara selama lima tahun setelah dinyatakan bersalah atas tuduhan mata-mata. Pihak Inggris telah menegaskan bahwa Zaghari-Ratcliffe tidak bersalah.
Wabah ini telah merenggut 77 nyawa di Iran dan menginfeksi lebih dari 2.300 orang di berbagai kota di seluruh negeri.
Virus telah menyebar
Pejabat kesehatan di Perserikatan Bangsa-Bangsa, PBB, pada Selasa (03/03) menyatakan bahwa virus corona jenis baru telah menyebar di Iran. Pejabat tersebut juga memperingatkan bahwa kurangnya alat pelindung untuk petugas kesehatan dapat mempersulit upaya pengendalian wabah.
"Ini bukan situasi yang mudah," kata Michael Ryan, Kepala Program Darurat Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, kepada wartawan di Jenewa, Swiss. "Seperti di beberapa negara lain, penyakit ini sudah menyebar," katanya.
Ryan menambahkan bahwa upaya pengendalian virus di negara-negara di mana virus telah menyebar bukanlah hal yang tidak mungkin, tetapi akan sulit dilakukan.
"Para dokter dan perawat khawatir bahwa mereka tidak punya cukup peralatan, seperti persediaan obat, ventilator, respirator, oksigen," katanya tentang Iran.
WHO mengatakan pada hari Selasa bahwa persediaan alat pelindung seperti masker di seluruh dunia semakin menipis.
WHO juga telah mendatangkan tim ahli ke Iran pada hari Senin (02/03) untuk membantu serta membawa serta pasokan medis dan peralatan laboratorium yang cukup untuk menguji sekitar 100.000 orang.
ae/yf (bbc, sbs, afp)
Inikah Cara Baru Bersalaman untuk Hindari Sentuhan?
Untuk mengurangi risiko tertular virus corona (COVID-19) orang-orang di seluruh dunia mengubah gaya salam mereka. Perbedaan budaya ini ternyata memberikan alternatif baru untuk saling menyapa.
Foto: picture-alliance/AA/A. Hosbas
Tak lagi berjabat tangan?
Berjabat tangan adalah gaya menyapa yang paling umum di dunia bisnis. Tapi di tengah merebaknya virus corona COVID-19, para pakar kesehatan merekomendasikan untuk membatasi sentuhan fisik demi mengurangi risiko tertular COVID-19. Mendagri Jerman menanggapi saran itu dengan serius dan menolak berjabat tangan dengan Kanselir Angela Merkel. Tak tersinggung, Merkel justru tertawa sebelum duduk.
Foto: picture-alliance/AA/A. Hosbas
Salam kaki
Baru-baru ini muncul sebuah video viral di Cina yang menunjukkan alternatif lain dari berjabat tangan. Orang-orang menyebutnya ''Jabat Tangan Wuhan.'' Bersentuhan lewat kaki yang kotor sekali pun masih lebih aman daripada menyentuh tangan.
Foto: DW/S. Bartlick
Menepuk bahu
Menteri Kesehatan New South Wales Australia Brad Hazzard merekomendasikan gerakan ini: "Sudah saatnya warga Australia saling menepuk bahu untuk sementara waktu - tidak berjabat tangan,'' ujarnya. Gerakan menyapa dengan menepuk bahu disebut mentransmisikan lebih sedikit bakteri dibanding gerakan lainnya. Namun, bagi sebagian orang gerakan ini dapat dianggap merendahkan.
Foto: Colourbox
Melambaikan tangan
Ratu Elizabeth dan Pangeran Philip melambaikan tangan dari balkon Istana Buckingham. Gerakan ini berawal dari tradisi ksatria abad ke-18 yang saling memberi hormat satu sama lain, setelah melepas pelindung kepala mereka untuk mengungkapkan identitas dan menunjukkan bahwa mereka datang dengan damai. Namun, gerakan ini dapat dianggap ofensif di beberapa negara.
Foto: Reuters/K. Doherty
Perpaduan kepalan tangan dan salut
Di Cina, tempat yang menjadi pusat wabah COVID-19 gerakan menyapa yang direkomendasikan adalah gong shou tradisional atau kepalan tangan dan salut. Gerakan itu seperti yang ditunjukkan pada gambar ini oleh aktris Miya Muqi pada pemutaran di Cannes "Ash Is The Purest White" pada 2018.
Gerakan sedikit menunduk dengan telapak tangan ditekan bersamaan dalam posisi seperti berdoa. Salam Thai wai dikenal luas di berbagai negara Asia Tenggara atau juga dikenal sebagai namaste di India atau mingalar di Myanmar.
Foto: Imago Images/ZUMA Press/J. Kurtz
Salam membungkuk ala Jepang
Salam tradisional warga Jepang dengan membungkuk telah menjadi kebiasaan sehari-hari. Salam ini aman karena tidak ada sentuhan sama sekali. Belajar membungkuk dengan elegan adalah bagian penting untuk menjadi orang dewasa yang terhormat. Di Jepang, karyawan sebuah pusat perbelanjaan di Tokyo mempraktikkan salam mereka menjelang dimulainya penjualan Tahun Baru.
Foto: picture-alliance/dpa/MAXPPP/Kyodo
Senyum
Tentunya cara termudah dan paling aman untuk tidak menularkan kuman ketika menyapa seseorang adalah dengan tersenyum. Gerakan ini bisa dilakukan dengan menatap mata orang lain sambil menyapa secara lisan. (Ed: pkp/rap)