Iran dan Amerika Serikat melanjutkan perundingan sengketa atom Iran yang digelar di Swiss. Terutama dibahas pencabutan sanksi ekonomi terhadap Iran sebagai imbalan pembekuan program senjata atom Teheran.
Iklan
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif dan rekan sejabatnya dari Amerika Serikat, John Kerry, melanjutkan perundingan sengketa atom Iran yang digelar di Montreux, Swiss. Terutama pada hari ke-tiga perundingan dibahas rancangan bagi kesepakatan internasional yang diharapkan tuntas akhir bulan Maret ini.
Tanpa terpengaruh pidato PM Israel Benjamin Netanyahu di Kongres AS, John Kerry kembali ke meja perundingan. Pembahasan intinya adalah tawaran pencabutan sanksi ekonomi terhadap Iran sebagai imbalan pembekuan program senjata atom Teheran. Ekonomi Iran ambruk akibat sanksi internasional yang dimotori Amerika terhadap sektor perminyakan negara itu.
Opsi pencabutan sanksi
Presiden AS Barack Obama sebelumnya menawarkan opsi kepada Teheran untuk membekukan program nuklirnya selama 10 tahun, sebagai imbalan pencabutan sanksi ekonomi. Pemerintah di Teheran, yang membantah menjalankan program senjata atom secara diam-diam, sudah menolak opsi tersebut.
Ambisi Program Atom Iran
Iran berulang kali menegaskan, program atomnya murni hanya untuk tujuan sipil. Tapi, pemanfaatan energi atom untuk tujuan sipil dan keperluan militer, hanya terpaut satu langkah.
Foto: Getty Images/AFP
Apa Niat Terselubung Iran?
Sejak bertahun-tahun memperluas know-how di bidang teknik nuklir. Badan energi atom internasional-IAEA meyakini, Iran hingga paling tidak hingga tahun 2010, berusaha membuat bom atom.
Foto: aeoi.org.ir
Ingin Bukan Berarti Bisa
Tapi juga diketahui, untuk memproduksi senjata atom yang berfungsi, termasuk sistem roket peluncurnya, merupakan tantangan teknologi sangat berat. Sederhananya, ada lima langkah yang harus ditempuh, dan tidak semua negara memiliki kemampuan itu.
Foto: aeoi.org.ir
Langkah Pertama : Material
Untuk membuat bom atom diperlukan unsur Uranium yang diperkaya atau Plutonium dengan kemurnian tinggi. Dalam hal ini Iran memiliki cukup cadangan Uranium, misalnya dari pertambangan Sarghand, yang ditambang untuk reaktor nuklir sipil. Artinya syarat pertama sudah terpenuhi.
Foto: PD
Langkah Kedua : Pengayaan Uranium
Uranium harus diperkaya menggunakan peralatan sentrifugal gas, agar lebih mudah meluruh. Untuk senjata atom, diperlukan pengayaan hingga 85 persen. Iran membeli sentrifugal canggih itu dari luar negeri, lewat perusahaan bayangan. November 2012 dilaporkan, Iran sudah mencapai tingkat pengayaan 20 persen.
Foto: picture-alliance/dpa
Langkah Ketiga : Hulu Ledak Nuklir
Uranium yang diperkaya kadar tinggi saja tidak cukup, untuk membuat bom atom yang bisa meledak. Para teknisi dan insinyur juga harus mampu mencetak logam berat itu menjadi bentuk tententu, agar lewat impuls terarah, bisa dipicu reaksi berantai. Sejauh ini tidak diketahui, apakah Iran sudah menguasai teknik ini.
Foto: picture-alliance/dpa
Langkah Keempat : Pemicu Ledakan
Teknik pemicu ledakan pada bom atom mirip sumbu peledak senjata konvensional. Iran sudah menguasai tekniknya. Selain itu, para ilmuwan Iran sudah membuat model algoritma dan melaksanakan ujicoba simulasi sifat-sifat hulu ledak.
Foto: AFP/Getty Images
Langkah Kelima : Sistem Roket Pengangkut
Iran juga sudah sukses mengujicoba roket yang bisa dimuati hulu ledak nuklir. Roket jarak menengah Shabab-3 sebuah varian dari roket Korea Utara Nodong-1, mampu mencapai sasaran sejarak 2000 kilometer.
Foto: picture-alliance/dpa
Keinginan Memiliki Senjata Nuklir
Tanpa pengawasan, sebuah program atom untuk tujuan sipil nyaris tidak bisa dibedakan dari yang bertujuan militer. Pada dasarnya instalasi tekniknya sama. Pertanyaan apakah Iran mampu membuat bom atom, atau sudah direalisasikan, jawabannya sangat tergantung dari keinginan para penguasa di negara itu.
Foto: Getty Images/AFP
8 foto1 | 8
Obama juga mengritik pidato Netanyahu, sebagai adegan teater dan tidak menawarkan alternatif yang bisa dilaksanakan. Presiden AS itu menegaskan, sejauh ini belum tercapai "deal" apapun dengan Iran.
Sementara itu, Menlu Kerry, seusai pertemuan dengan menlu Iran di Swiss, akan melanjutkan perjalanan ke Riyadh, Arab Saudi, untuk menghadiri pertemuan menlu Dewan Kerjasama Teluk. Arab Saudi secara terbuka menyatakan mencemaskan pertanda makin mendekatnya AS dengan Iran rival regional terkuat Riyadh.
Pejabat tinggi Kementrian Luar Negeri di Washington berusaha menenangkan Arab Saudi dengan pernyataannya yang menyebutkan, :"Jika Washington mencapai kesepakatan dengan Teheran, hal itu terutama dimasudkan sebagai kontribusi bagi stabilitas kawasan dan stabilitas global."