1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Iran, Korut dan IAEA. Konfrontasi atau Kerja Sama?

26 Maret 2009

Rezim otoriter dan bom atom merupakan mimpi yang buruk. Korea Utara menurut keterangan sendiri memiliki bom atom dan Iran diduga merancang bom atom yang diselubungi di dalam program nuklir demi kepentingan damai.

Markas besar IAEA di Wina, AustriaFoto: AP

Apa sebenarnya peran Badan Energi Atom Internasional IAEA menyikapi negara-negara tersebut? Strategi mana yang terbaik untuk mencegah penggunaan bom atom? Berikut ini latar belakang isu ini:

Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengulurkan tangan kepada Iran karena ingin menyelesaikan sengketa seputar program atom negara itu. Tawaran ini ditegaskannya melalui pesan video pada perayaan tahun baru Iran akhir pekan lalu (20/03):

"AS ingin Republik Islam Iran mengambil tempatnya yang sah dalam masyarakat internasional. Iran memiliki hak ini, namun hak ini didampingi tanggung jawab yang nyata. Tempat ini tidak dapat dicapai melalui teror dan senjata, melainkan hanya melalui langkah-langkah damai. Langkah yang mencerminkan kebesaran nyata bangsa Iran."

Pada sidang IAEA mengenai program atom Iran di Wina 22.09.08Foto: AP

IAEA belum dapat pastikan karakter program atom Iran

Pesan Presiden Obama itu adalah sebuah pengakuan bahwa kebijakan politik AS terhadap Iran yang sebelumnya konvrontatif, kini berada dalam jalan buntu. AS dan Eropa menduga bahwa rezim di Teheran melaksanakan pembangunan senjata nuklir yang terselubung dalam program energi nuklir bagi kepentingan sipil. Sementara Rusia sama sekali tidak melihat adanya petanda program nuklir untuk kepentingan militer di Iran.

Juga hasil pemeriksaan yang dilakukan Badan Energi Atom Internasional IAEA hingga kini tidak berhasil mendapatkan kepastian mengenai karakter dari program nuklir Iran. Dirjen IAEA Mohammed el-Baradei menjelaskan, kesimpulan tersebut diambil, juga karena Iran kurang melakukan kerja sama:

"Agar dapat membuat kemajuan dalam soal ini, Iran sekarang harus memberikan akses pada informasi yang diperlukan, lokasi dan orang-orang terkait."

Hanya dengan begitu, kepercayaan terhadap program nuklir demi kepentingan damai, dapat dibangun dan sanksi-sanksi yang diterapkan dapat dicabut. Demikian ujar el-Baradei.

IAEA berasumsi bahwa meski diterapkan sanksi oleh Dewan Keamanan PBB, Iran tetap melakukan pengayaan uranium. Uranium yang diperkaya dengan kadar rendah dipergunakan di reaktor-reaktor atom bagi kepentingan sipil. Sedangkan uranium yang diperkaya dengan kadar tinggi dapat dipakai untuk membuat bom nuklir.

Delegasi IAEA tiba di Pyongyang untuk perundingan program atom Korut, Juni 2007Foto: AP/Kyodo News

Dinas rahasia AS: Iran belum punya uranium diperkaya dengan kadar tinggi

Menurut perkiraan dinas rahasia Amerika Serikat, sampai sekarang Iran masih belum memiliki uranium pengayaan tinggi dan uranium yang dapat digunakan untuk membuat senjata. Pemerintah Iran memang menyangkal tuduhan, mereka hendak membuat bom nuklir dan sekaligus menegaskan haknya atas penggunaan damai energi nuklir.

Banyak pengamat berpendapat, Iran bermain dengan waktu. Cepat atau lambat negara itu akan memiliki bom nuklir. Senjata nuklir akan secara jelas meningkatkan potensi kekuatan militer Iran. Selain itu senjata nuklir akan melindungi rezim di Teheran dari upaya penggulingan kekuasaan dari luar.

Contoh yang diambil Iran untuk ini adalah taktik Korea Utara. Sejak bertahun-tahun rezim Korut bermain kucing-kucingan dengan masyarakat internasional dan IAEA. Kadang-kadang Korut bekerja sama dengan inspektur IAEA dan kadang-kadang mereka diusir. Tahun 2006 Pyongyang membuat shock dunia dengan menyatakan telah melakukan uji coba bom nuklir. Meski selalu muncul keraguan bahwa Korut adalah negara adidaya nuklir, tapi melaluinya, potensi ancaman dari negara itu jelas bertambah kuat. (cs)