Teheran mengumumkan telah meluncurkan roket pembawa satelit ke luar angkasa dengan tiga perangkat penelitian di dalamnya. Langkah itu dilakukan di tengah pembicaraan kesepakatan nuklir yang sedang berlangsung.
Iklan
Iran dilaporkan telah meluncurkan roket pembawa satelit ke luar angkasa pada hari Kamis (30/12).
Sebelumnya, sejumlah peluncuran roket Iran termasuk beberapa upaya yang gagal, telah menuai kritik keras dari Amerika Serikat (AS).
"Roket Simorgh yang membawa satelit berhasil meluncurkan tiga perangkat ke luar angkasa," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Ahmad Hosseini lewat televisi pemerintah.
"Untuk pertama kalinya, tiga perangkat diluncurkan secara bersamaan ke ketinggian 470 kilometer dengan kecepatan 7.350 meter per detik," tambah Hosseini.
Peluncuran roket tersebut diklaim sukses oleh Kementerian Pertahanan Iran, tetapi masih belum jelas apakah roket itu telah mencapai orbit.
Sebelumnya Garda Revolusi Iran, organisasi paramiliter yang sangat berpengaruh dan kuat di Iran, melakukan peluncuran satelit yang sukses ke orbit tahun lalu sebagai bagian dari program luar angkasa paralel mereka.
Keputusan untuk melakukan peluncuran di tengah negosiasi pelik yang sedang berlangsung, dinilai sebagai tipikal pemerintah di Teheran.
Presiden Iran Ebrahim Raisi, yang menggantikan Hassan Rouhani pada awal 2021 lalu, dipandang lebih dekat dengan pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamanei dan lebih tidak percaya pada AS dan kekuatan Barat lainnya.
Situs Budaya Iran yang Mengagumkan
Banyak ahli menganggap Iran sebagai tempat lahirnya budaya umat manusia. Dari zaman kerajaan Elam, di bawah kekuasaan Aleksander Agung, dinasti Syah hingga Republik Islam, situs budaya Iran cerminkan kekayaan sejarahnya.
Foto: picture-alliance/imagebroker/S. Auth
Persepolis
Kompleks istana Persepolis mulai dibangun oleh Raja Achaemenid 520 tahun sebelum Masehi. Situs arkeologi ini mencerminkan kejayaan bekas ibu kota kekaisaran Persia kuno. Alexander Agung mengakhiri kekuasaan raja tersebut 330 tahun sebelum Masehi dan membakar komplesk tersebut. Namun reruntuhan istana, mausoleum, pilar, dan relief yang mengesankan masih dapat disaksikan sampai hari ini.
Foto: Mohammad Reza Domiri Ganji
Bazaar Tabriz
Kota Tabriz, yang terletak di Jalur Sutra telah lama menjadi salah satu kota paling penting di Persia. Kota ini bukan hanya terkenal karena bazar atau wilayah perdagangannya, namun juga institusi keagamaan dan pendidikannya. Bazar tertutup ini pernah jadi yang terbesar pada abad ke-13 ketika Tabriz masih menjadi ibu kota kekaisaran Safawiyah, diansti yang memprakarsai Syiah sebagai agama negara.
Foto: picture-alliance/Dumont/T. Schulze
Katedral Santo Thaddeus
Juga dikenal sebagai "Gereja Hitam," bekas biara Armenia terletak di dekat perbatasan Iran dengan Azerbaijan. Umat Kristen Armenia percaya bahwa gereja yang didedikasikan untuk Yudas Taddaeus dibangun di sana pada tahun 68 Masehi. Setelah rusak akibat gempa bumi, situs ini dibangun kembali di abad ke-14. Katedarl ini merupakan tempat ziarah bagi kaum Armenia dari Iran dan negara-negara tetangga.
Foto: Mohammad Reza Domiri Ganji
Kota Kuno Yazd
Kota Yazd berdiri di sebuah oasis antara gurun garam Kavir dan gurun Lut. Kota ini juga dikenal sebagai pusat agama Zoroaster, yang memiliki rumah ibadah yang disebut Kuil Api. Sistem khusus saluran air dan pipa, yang dikenal sebagai teknologi 'qanat'. Sistem ini diciptakan untuk memasok air, sementara menara angin dibangun untuk sistem pendinginan suhu.
Foto: picture-alliance/ZB/R. Zimmermann
Kuil Api para penganut Zoroastrianisme di Yazd
Api adalah elemen paling penting dari empat elemen Zoroaster, kuil api menjadi lokasi pusat ibadah. Pemeluk Zoroaster tidak menggunakannya sebagai rumah doa dengan cara klasik, namun lebih dipakai sebagai ruang untuk pertemuan, bertukar gagasan, devosi dan mengenang pendahulu mereka. Yazd adalah jantung dari agama Zoroaster, yang memiliki masa kejayaannya antara abad ke-2 dan ke-7.
Foto: Mohammad Reza Domiri Ganji
Pasargadae
Terletak 90 kilometer ke timur laut kota Shiraz, Pasargadae adalah ibu kota paling awal Kekaisaran Persia di bawah Achaemenids dan didirikan oleh Raja Cyrus ke-2 pada abad ke-6 SM. Kota ini memiliki sistem irigasi bawah tanah yang canggih. Monumen prasejarah juga ditemukan di sebelah situs. Gambar menunjukkan makam Koresh ke-2.
Foto: picture-alliance/imageBroker/S. Auth
Taman Eram
Eram Garden adalah contoh mengesankan dari taman bersejarah Persia yang pertama kali dibangun di abad pertengahan. Dikelilingi oleh tembok tinggi,taman-taman ini biasanya memiliki kolam-kolam yang dan istana. Sebagai bagian penting dari budaya Persia, taman-taman itu menggambarkan surga di bumi - kata itu sendiri sebenarnya berasal dari istilah Persia kuno untuk taman, "Paradaidha."
Foto: Mohammad Reza Domiri Ganji
Jembatan Si-o-se-pol bridge di Isfahan
Salah satu dari 11 jembatan di atas Sungai Zayandeh, Si-o-se-pol memiliki 33 lengkungan yang artistik. Jembatan bertingkat ini dibangun pada periode Safawiyah pada awal abad ke-16. Lorong beratap ini menutupi rute lalu lintas utama di kedua sisi, dan tangga lebarnya mengarah ke promenade di sepanjang jembatan. Di rumah-rumah teh beratap, orang-orang bisa minum teh dan mengisap cerutu.
Foto: Mohammad Reza Domiri Ganji
Menara Azadi di Teheran
Menara Azadi setinggi 45 meter adalah "Menara Teheran modern". Sebelumnya menara ini dinamakan Menara Shahyad ("Monumen Peringatan Syah"). Dibangun antara tahun 1969 dan 1971, menara tersebut menandai peringatan 2.500 tahun pendirian Negara Kekaisaran Iran. Menara ini dilapisi oleh lebih dari 25.000 batu marmer putih dan menyatukan gaya arsitektur Islam dan Sassanid.
Foto: Mohammad Reza Domiri Ganji
Istana Golestan di Teheran
Berasal dari akhir abad ke-18, istana pemerintahan Qajar, dulunya merupakan istana resmi raja Persia sebelum meletusnya Revolusi Islam pada tahun 1979. Antara tahun 1925 dan 1945, sebagian besar istana dihancurkan untuk memberi ruang bagi bangunan baru. Saat ini istana memiliki museum yang menampilkan keramik, perhiasan, dan senjata kuno.
Foto: picture-alliance/imagebroker/S. Auth
10 foto1 | 10
Kesepakatan nuklir, yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA), pertama kali ditandatangani pada 2015 oleh Iran dan AS, serta Uni Eropa (UE), Cina, dan Rusia.
Menurut kesepakatan itu, Teheran setuju untuk membatasi program nuklirnya dengan imbalan pelonggaran sanksi.
Namun, pada tahun 2018 mantan Presiden AS Donald Trump secara sepihak menarik diri dari pakta tersebut dan menerapkan kembali sanksi keras. Sejak saat itu Iran telah bergerak maju dengan pengayaan uranium di luar batas yang ditetapkan dalam JCPOA.
Pemerintahan Biden saat ini berusaha untuk kembali ke kesepakatan, tetapi upaya mereka sejauh ini tidak membuahkan hasil. Teheran menginginkan jaminan, AS tidak akan begitu saja mengabaikan kesepakatan itu lagi di waktu yang akan datang.