Iran Peringatkan AS Tidak Langgar Perbatasan Teritorialnya
27 Juni 2019
Iran hari Kamis (27/6) memperingatkan Amerika Serikat agar tidak melanggar lagi perbatasannya dan mengancam reaksi yang "lebih keras". Presiden Iran juga menuntut AS kembali ke Kesepakatan Atom dari tahun 2015.
Iklan
Ketua Parlemen Iran Ali Larijani mengancam reaksi yang lebih keras, seminggu setelah Iran menembak jatuh pesawat tak berawak Amerika Serikat yang disebtunya telah melanggar wilayah teritorial Iran.
"Menembak jatuh drone mereka adalah pengalaman baik bagi mereka untuk menghindari agresi terhadap perbatasan kami," kata Ali Larijani sebagaimana dikutip kantor berita Tasnim, yang dekat dengan pemerintah Iran.
"Reaksi Iran akan lebih keras lagi jika mereka mengulangi kesalahan mereka melanggar perbatasan kita," tambahnya.
AS bersikeras bahwa drone itu terbang di wilayah internasional, ketika ditembak pasukan Garda Revolusi Iran. Presiden AS Donald Trump mengatakan telah memerintahkan serangan udara balasan ke beberapa target di Iran, namun membatalkannya 10 menit sebelum serangan dilakukan. Trump mengatakan ingin mencegah korban tewas akibat serangan balasan itu.
Iran tuntut AS kembali ke Kesepakatan Atom
Presiden Iran Hassan Rouhani hari Rabu (26/6) mengatakan, Amerika Serikat harus mencabut sanksi terhadap Iran dan kembali ke Kesepakatan Atom dari tahun 2015 untuk mengurangi ketegangan yang meningkat antara kedua negara.
"Kembali ke Perjanjian Atom adalah cara terpendek untuk mengamankan kepentingan semua pihak ... dan juga baik untuk dunia, kawasan dan terutama perjanjian non-proliferasi internasional," kata Rouhani.
Amerika Serikat tahun lalu secara sepihak menarik diri dari Kesepakatan Atom dan kembali memberlakukan sanksi-sanksi ekonomi. Namun Jerman, Prancis dan Inggris tidak setuju dengan langkah itu dan menyatakan tetap akan berpegang pada kesepakatan yang ditandangani oleh lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB ditambah Jerman.
Kisah CIA Menjarah Demokrasi di Iran
Lebih dari separuh abad silam AS menggulingkan perdana menteri demokratis pertama Iran, Mohammed Mossadegh. Dokumen sejarah mencatat keterlibatan CIA dalam proses kudeta yang melahirkan kediktaturan Syah Reza Pahlevi itu
Foto: snn.ir
Petaka Dekolonialisasi
Mohammed Mossadegh adalah perdana menteri Iran pertama yang terpilih secara demokratis. Masa pemerintahannya berlangsung singkat, antara 1951 hingga kejatuhannya pada 1953. Figur yang karismatik dan cerdas itu awalnya mengundang simpati dunia. Tapi upaya Mossadegh menasionalisasi industri minyak milik Inggris di Iran menempatkannya sebagai musuh utama kepentingan barat.
Foto: Tarikhirani.ir
Bayang-bayang Kerajaan Inggris
Sejak 1909 Inggris memonopoli produksi minyak bumi di Iran. Anglo-Iranian Oil Company (AIOC) yang kini bertukar nama menjadi British Petroleum (BP) berhasil menegosiasikan kontrak kerjasama yang menjamin keuntungan berganda. Akibatnya Kerajaan Inggris berhak meraup keuntungan selangit dan hanya menyisakan sedikit buat pemerintah Iran.
Foto: Hulton Archive/Getty Images
Buruh Tanpa Martabat
Menikmati hak monopoli, AIOC mengeksploitasi pekerja Iran secara besar-besaran. Di Abadan, salah satu kota minyak Iran, pegawai AIOC hidup di perkampungan kumuh di bawah situasi yang menyedihkan. Pihak perusahaan menolak desakan untuk memperbaiki taraf hidup pegawainya sendiri. Pasca Perang Dunia II, politisi Iran berupaya menegosiasikan ulang kontrak kerja dengan AIOC. Namun upaya tersebut kandas
Foto: Hulton Archive/Getty Images
Gebrakan Maut Perdana Menteri Pilihan
"Nasionalisasi atau mati!" Pada 1951 Mohammed Mossadegh yang baru menjadi perdana menteri memerintahkan nasionalisasi AIOC. Sebagai reaksi, Inggris memulangkan semua tenaga ahli perminyakan dari Iran dan menjatuhkan sanksi berupa embargo minyak. Selama dua tahun berikutnya, "Krisis Abadan" nyaris menyeret Iran ke jurang kebangkrutan.
Foto: picture-alliance/akg-images
Ambivalensi Amerika Serikat
Inggris lalu meminta bantuan Amerika Serikat. Permintaan tersebut awalnya ditolak oleh Presiden Harry S. Truman. Meski bersekutu dengan London, sang presiden juga menaruh simpati pada Mossadegh dan meyakini hanya Iran yang independen dan kuat secara ekonomi yang mampu menghalau pengaruh Komunisme Uni Soviet.
Foto: Parstimes
Stabilitas di Ujung Tombak
Namun begitu krisis ekonomi Iran mulai berdampak pada dinamika politik di dalam negeri. Perlahan kelompok radikal seperti Partai Tudeh yang berhaluan Komunis mulai bermunculan. Dalam berbagai demonstrasi, partai tersebut menuntut pengusiran perusahaan AS dan Inggris agar bisa menginduk pada Moskow.
Foto: picture-alliance/dpa
Suratan Takdir Lewat Dua Pemilu
Dua pemilu mengubah segalanya: kekuasaan Winston Churchill berlanjut pada akhir 1951 dan Dwight D. Eisenhower menggeser Truman di Washington setahun setelahnya. Churchill secara lihai meyakinkan AS terhadap potensi revolusi komunis di Iran. Eisenhower yang sebelumnya bekerja di dinas rahasia selama Perang Dunia II, sepakat melibatkan CIA untuk menjatuhkan Mossadegh.
"Operasi Ajax" dimulai pada bulan Juli 1953. Seorang agen CIA, Kermit Roosevelt, dikirim ke Iran untuk meyakinkan Syah Reza Pahlevi agar memecat Mossadegh dan memilih Jendral Fazlollah Zahedi (ka.) sebagai perdana menteri baru. Nantinya seorang kurir akan membawa surat pemecatan kepada Mossadegh. Dia sendiri direncanakan akan ditempatkan dalam status tahanan rumah.
Foto: Parsine
Teheran Berdarah
Pada waktu yang bersamaan, CIA menciptakan huru-hara di Teheran. Dinas Rahasia AS itu menyogok politisi, ulama, jurnalis dan buruh untuk melawan Mossadegh dan pendukungnya. CIA tidak peduli siapa yang akan memenangkan pertarungan jalanan. Yang terpenting buat AS adalah menempatkan Syah Reza sebagai juru selamat yang mengembalikan keamanan dan ketertiban ke jalan-jalan ibukota.
Foto: picture alliance/AP Photo
Pelarian Reza ke Roma
Upaya kudeta pertama pada 15 Agustus 1953 mengalami kegagalan. Mossadegh yang sudah mencium rencana tersebut memerintahkan penangkapan terhadap sejumlah perwira tinggi militer dan menjanjikan uang untuk siapapun yang membantu menangkap Jendral Zahedi. Ketika sang jendral bersembunyi, Syah Reza melarikan diri ke Baghdad lalu ke Roma.
Foto: tourjan
Kemenangan Semu Mossadegh
Merasa sudah menang, tiga hari usai kudeta Mossadegh memerintahkan pendukungnya untuk berdiam di rumah dan mencegah eskalasi kekerasan di Teheran. Dia meyakini Syah Reza berkomplot dengan Inggris untuk menjatuhkannya. Namun Mossadegh tidak mengetahui keterlibatan CIA dan tidak menyangka akan adanya upaya kudeta kedua.
Foto: snn.ir
Manuver Gelap Sulut Kerusuhan
Pada 19 Agustus agen CIA Roosevelt menyulut demonstrasi massal di Teheran dengan membayar sekelompok orang agar menyamar sebagai pendukung partai komunis. Mereka mengajak simpatisan Partai Tudeh lain untuk bergabung dan menghancurkan segala sesuatu yang melambangkan kapitalisme. Penduduk Teheran yang marah lalu membuat demonstrasi tandingan di hari yang sama.
Foto: aftabnews.ir
Bola Salju Oposisi
Tanpa perlawanan dari pendukung Mossadegh, para demonstran membanjiri jalan ibukota menuntut kepulangan Syah. Popularitas Mossadegh mulai runtuh menyusul krisis ekonomi. Pada akhirnya banyak perwira kepolisian dan militer yang bergabung dengan kelompok oposisi sokongan CIA.
Foto: aftabnews.ir
Zahadi Kembali dengan Tank
Pada hari yang sama Jendral Zahadi memerintahkan pasukannya memasuki Teheran dengan kendaraan lapis baja. Massa yang mendapat angin menyerbu rumah Mossadegh hingga tercipta pertempuran dengan pendukung perdana menteri. 200 orang meninggal dunia pada hari itu. Mossadegh mencoba melarikan diri dari rumahnya. Dia lalu menyerahkan diri ke militer lima hari kemudian.
Foto: aftabnews.ir
Kepulangan Syah Reza Pahlevi
Atas restu Washington, Syah Reza pulang dari Roma pada 22 Agustus. Di Teheran dia membentuk pemerintahan militer yang otoriter. Dengan bantuan AS pula dia membangun dinas kepolisian rahasia, SAVAK. Syah Reza juga mencabut kebijakan nasionalisasi perusahaan minyak. Pada akhirnya hampir separuh konsesi perminyakan berpindah dari tangan Inggris ke perusahaan AS.
Foto: picture-alliance/akg-images/H. Vassal
Akhir Pahit Mossadegh
Mossadegh yang menjalani masa tahanan didakwa dengan tuduhan pengkhianatan dan divonis tiga tahun penjara. Usai bebas pada Desember 1956 dia mengurung diri di kediaman pribadinya di Ahmad Abad, di bawah pengawasan SAVAK. Mossadegh tidak lagi diizinkan keluar rumah atau desanya sendiri. Dia meninggal dunia pada 5 Maret 1967. (rzn/ap)
Foto: picture-alliance/Everett Collection
16 foto1 | 16
Kesepakatan Atom tahun 2015 mengatur pencabutan sebagian sanksi terhadap Iran sebagai imbalan atas langkahnya membatasi program nuklirnya. Donald Trump mengatakan kesepakatan itu tidak memadai untuk menghentikan ambisi nuklir Iran dan menuntut perundingan baru dengan AS.
"Kami hanya bisa memberi tahu orang Amerika bahwa jalan Anda adalah kesalahan," kata Rouhani.
"Tidak akan tunduk"
Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei menandaskan: "Rakyat Iran tidak akan pernah tunduk pada pemerintah yang paling dibenci dan jahat di dunia." Ucapan itu juga dimuat di situs internetnya.
Pernyataan tersebut muncul beberapa hari setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan dia membatalkan rencana untuk membom Iran sebagai balasan atas penembakan drone AS oleh Garda Revolusi Iran.
Insiden itu terjadi setelah sebelumnya terjadi serangan gelap terhadap beberapa kapal tanker minyak komersial di Teluk Persia. AS dan sekutunya menuduh Iran berada dibalik serangan itu.
hp/vlz (rtr, afp, ap)
Berkeliling Meninjau Keindahan Kebudayaan Iran
Siapapun yang datang ke Iran akan menemukan sejarah dan kebudayaan yang usianya ribuan tahun, juga bangunan memesona dan alam yang memukau sekaligus keramahan luar biasa.
Foto: DW/F. Schlagwein
Kota kecil Kashan yang ramah
Kota ini punya kecantikan tersendiri dengan rumah-rumah tradisional, masjid dan pasar-pasar. Lingkungan sekitar Kashan juga menawarkan berbagai hal. Terutama danau garam dan bukit-bukit di gurun pasir Maranjab layak dikunjungi.
Foto: DW/F. Schlagwein
Isfahan: Seni ada di mana-mana
Seni ada di mana-mana di Iran. Kecintaan orang Iran akan detail tidak bisa disangkal, misalnya pada kubah dan dinding bagian dalam Masjid Sheikh Lotfollah di Isfahan. Tapi di luarnyapun orang bisa menemukan berbagai warna, motif dan mosaik serta seni jalanan.
Foto: DW/F. Schlagwein
Abyaneh: Desa "merah"
Desa kecil di antara Kashan dan Isfahan ini populasinya hanya sekitar 300 orang. Namun demikian, hampir semua orang di Iran tahu kota Abyaneh. Desa dengan rumah-rumah dari tanah liat berwarna merah kecoklatan berhasil menjaga kelestarian kebudayaan dan bahasanya sendiri selama lebih dari 2.000 tahun. Sehingga banyak orang Iran menganggap desa ini mencerminkan sejarah mereka.
Foto: DW/F. Schlagwein
Gurun Lut: Sangat panas
Mungkin seperti inilah bayangan orang tentang permukaan Mars. Dasht-e Lut, atau Kalut, adalah tempat di mana tidak ada kehidupan. Menurut pengukuran suhu yang dilakukan Badan Antariksa AS, NASA tahun 2005 suhu tanah yang paling panas di sana 70,7 °C.
Foto: DW/F. Schlagwein
Yazd: Oasis di gurun
Di sebuah oasis di antara dua gurun terbesar Iran terletak kota Yazd. Ini salah satu kota paling cantik di Iran. Dulunya ini tempat karavan bertemu, dan terkenal dengan gedung-gedung bersejarah, yang masih terawat hingga sekarang.
Foto: picture alliance/Prisma
Provinsi Golestan: Pemandangan menakjubkan
Di bagian Timur Laut Iran, di luar rute yang biasa ditempuh wisatawan, terdapat provinsi Golestan. Yang harus dikunjungi adalah makam Khaled Nabi (foto). Dari sini orang bisa melihat bukit-bukit tanpa batas yang membentang hingga horison.
Foto: DW/F. Schlagwein
Shiraz: Kota favorit orang Iran
Banyak orang Iran mengatakan Shiraz adalah kota favorit mereka. Kota ini memang punya banyak lokasi cantik yang bisa dikunjungi. Antara lain makam pujangga kenamaan Hafez. Yang juga jadi pusat perhatian adalah Masjid Nasir-ol-Mol dengan jendela warna-warninya.
Foto: DW/F. Schlagwein
Persepolis: Peninggalan Persia kuno
Kota istana Persepolis terletak di sebelah utara Shiraz. Ini adalah saksi kerajaan Persia kuno, yang membentang dari Afrika Utara hingga India. Tahun 330 Sebelum Masehi, sebagian kota itu dihancurkan Aleksander Agung.
Foto: DW/F. Schlagwein
Tempat yang damai
Iran punya berbagai taman, yang tidak hanya cantik, melainkan juga menjadi tempat mendapat kedamaian bagi banyak warga Iran. Salah satu yang paling cantik adalah taman Shazdeh Mahan (foto), yang berarti taman pangeran, dekat Kerman di Iran Timur. (Ed.: ml/hp)