Iran dan Saudi Percepat Restorasi Damai di Timur Tengah
13 April 2023
Serangkaian peristiwa yang terjadi di Arab Saudi pada Rabu (12/4) menyiratkan pulihnya damai di Teluk Persia. Ketika Riyadh menjamu perwakilan Suriah dan Iran, Qatar merajut ulang hubungan diplomatik dengan Bahrain.
Iklan
Hanya beberapa jam setelah pesawat yang membawa Menteri Luar Negeri Suriah, Faisal Mekdad, Mendarat di Jeddah, Arab Saudi, pemerintah Iran mengumumkan pembukaan kembali kedutaannya di Riyadh.
Mekdad adalah menlu pertama Suriah yang melawat ke Arab Saudi sejak 2011. Dia diundang Menlu Pangeran Faisal bin Farhan, untuk membahas situasi konflik, sebagai "langkah penting untuk mencapai solusi politik atas krisis di Suriah,” tulis Kementerian Luar Negeri Saudi.
Hubungan Saudi dan Suriah retak sejak Musim Semi Arab 2011, ketika Riyadh menyokong pemberontakan oposisi melawan rejim Bashar Assad yang didukung Iran.
Menurut pemerintah di Riyadh, kedua negara sedang merundingkan "sebuah rekonsiliasi nasional dan pemulihan status Suriah di Timur Tengah agar bisa melanjutkan peran alaminya di dunia Arab.”
Iran buka layanan diplomasi di Saudi
Kehadiran Mekdad di Jeddah bertepatan dengan kedatangan "delegasi teknis” Kemenlu Iran di Riyadh. Di sana, gerbang di kedutaan besar Iran dikabarkan kembali dibuka untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun terakhir, kata saksi mata kepada Reuters.
Iklan
Teheran membenarkan pihaknya sedang menyiapkan pembukaan kembali layanan konsuler dan diplomatik di Arab Saudi.
Dengan rencana kunjungan Presiden Iran Ebrahim Raisi ke Saudi dan dimulainya perundingan dengan pemberontak Houthi di Yaman pekan ini, perdamaian diharapkan bisa pulih masih di Bulan Ramadan ini juga.
"Pejabat Iran dan Suriah di Arab Saudi pada saat yang sama. Peristiwa ini gila dan tidak terbayangkan hingga bebrapa bulan lalu,” kata seorang diplomat Arab di Riyadh kepada AFP.
Pada Jumat (14/4), perwakilan dari sembilan negara Arab rencananya juga akan berkumpul di Jeddah untuk membahas pemulihan relasi dengan Suriah. Pertemuan itu digelar sebagai persiapan menjelang KTT Liga Arab, Mei mendatang.
Lini Masa Pertikaian Arab Saudi dan Iran
Bukan kali pertama Iran dan Arab Saudi bersitegang. Sepanjang sejarahnya, hubungan kedua negara acap mengalami pasang surut menyusul konflik politik atau agama. Inilah sejarah modern permusuhan dua ideologi dalam Islam
Foto: DW Montage
Damai berbayang kecurigaan
Hubungan Iran dan Arab Saudi baru tumbuh sejak kekuasaan Syah Reza Pahlevi dan Raja Khalid. Kedua negara sebelumnya sering direcoki rasa saling curiga, antara lain karena tindakan Riyadh menutup tempat-tempat ziarah kaum Syiah di Mekkah dan Madinah. Perseteruan yang awalnya berbasis agama itu berubah menjadi politis seiring dengan eskalasi konflik di Timur Tengah dan Revolusi Islam 1979.
Foto: picture alliance/AP Images
Pendekatan usai Revolusi Islam
Raja Khalid sempat melayangkan ucapan selamat kepada Ayatollah Khomeini atas keberhasilan Revolusi Islam 1979. Tapi hubungan kedua negara memburuk menyusul perang Iran-Irak dan kisruh Haji 1987. Puncaknya, Riyadh memutuskan hubungan pada 1987, ketika Khomeini mengecam penguasa Saudi sebagai "Wahabi yang tidak berperikemanusiaan, ibarat belati yang menusuk jantung kaum Muslim dari belakang."
Foto: Getty Images/Afp
Keberpihakan dalam Perang Iran-Irak 1980
Saat berkobar perang Iran-Irak, Arab Saudi sejak dini menyatakan dukungan terhadap rejim Saddam Hussein di Baghdad. Riyadh memberikan dana sumbangan sebesar 25 milyar US Dollar dan mendesak negara-negara Teluk lain untuk ikut mengisi pundi perang buat Irak. Demi menanggung biaya perang, Arab Saudi menggenjot produksi minyak yang kemudian mengakibatkan runtuhnya harga minyak di pasar dunia.
Foto: picture-alliance/dpa
Kisruh Haji 1987
Mengikuti ajakan Ayatollah Khomeini, jemaah Iran setiap tahun berdemonstrasi di Mekkah dan Madinah menentang Israel. Tradisi sejak 1981 itu tidak pernah diperkarakan, kecuali pada 1987, ketika polisi memblokade jalan menuju Masjid al-Haram. Akibat bentrokan, 402 jemaah Iran tewas dan 649 luka-luka. Setelah kedutaannya di Teheran diserbu massa, Riyadh memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran.
Foto: farhangnews
Kontroversi program nuklir Iran
Arab Saudi sejak awal menolak program nuklir Teheran. Sikap itu tidak berubah bahkan setelah tercapainya Perjanjian Nuklir di Vienna tahun 2015. Riyadh menilai kesepakatan tersebut "sangat berbahaya." Desakan kepada Iran untuk bekerja sama dengan pengawas nuklir PBB juga disampaikan Saudi pada awal 2023.
Foto: Irna
Pemberontakan Houthi di Yaman, 2004
Hubungan Iran dan Arab Saudi kembali menegang setelah kelompok Syiah Zaidiyah di Yaman mengobarkan pemberontakan. Riyadh menuding Teheran mengompori perang bersaudara dan mencampuri urusan dalam negeri Yaman dengan memasok senjata. Iran sebaliknya menuding Arab Saudi menghkhianati perannya sebagai mediator konflik dengan membombardir minoritas Houthi di utara Yaman.
Foto: picture alliance/Y. Arhab
Perang proksi di Suriah, 2011
Dukungan Iran atas rejim Bashar Assad di Suriah sejak lama dianggap duri dalam daging oleh Arab Saudi. Sejak 2011, Riyadh aktif memasok senjata buat oposisi Sunni di Suriah. Kerajaan di Riyadh juga menjadi yang pertama kali mengecam Assad seputar "tindakan represif pemerintahannya terhadap demonstrasi anti pemerintah," ujar Raja Abdullah saat itu.
Foto: picture-alliance/AP/Vadim Ghirda
Tragedi Mina 2015
Bencana memayungi ibadah Haji 2015 ketika lebih dari 400 jemaah Iran meninggal dunia di terowongan Mina akibat panik massa. Iran menuding pemerintah Arab Saudi ikut bertanggungjawab. Riyadh sebaliknya menyelipkan isu bahwa tragedi itu disebabkan jemaah haji Iran yang tak mau diatur. Kisruh memuncak saat pangeran Arab Saudi, Khalid bin Abdullah, mendesak agar Riyadh melarang masuk jemaah haji Iran.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Eksekusi Mati Al-Nimr 2016
Sehari setelah pergantian tahun Arab Saudi mengeksekusi mati 46 terpidana, antara lain Syeikh Nimr al-Nimr, seorang ulama yang aktif membela hak-hak minoritas Syiah yang kerap mengalami represi dan diskriminasi di Arab Saudi. Al-Nimr didakwa terlibat dalam terorisme. Sebagai reaksi Pemimpin Spiritual Iran, Ayatollah Ali Khamenei melayangkan ancaman, bahwa Saudi akan mendapat "pembalasan tuhan."
Foto: picture alliance/dpa/Y. Arhab
Drama di Lebanon
Pada November 2017 Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri mengumumkan pengunduran diri dari Riyadh, Arab Saudi, dan menyalahkan Iran terkait kebuntuan politik di Beirut. Langkah itu diyakini bagian dari manuver Arab Saudi untuk memprovokasi perang antara Iran dan Hizbullah dengan Israel. Saudi dan Iran berebut pengaruh di Lebanon pasca penarikan mundur pasukan Suriah 2005 silam.
Foto: picture-alliance/dpa/AP/Lebanese Official Government/D. Nohra
Narasi damai di awal 2023
Menyusul mediasi Cina, pemerintah Arab Saudi sepakat memulihkan hubungan dengan Ira pada Maret 2023. Kesepakatan tersebut disusul pembukaan kembali relasi dengan Suriah dan perundingan damai dengan pemberontak Houthi di Yaman. Sebelumnya, negara-negara Teluk juga sepakat mengakhiri perpecahan dengan Katar, sekutu dekat Iran di Teluk Persia.
Foto: Iran's Foreign Ministry/WANA/REUTERS
11 foto1 | 11
Qatar dan Bahrain akhiri perpecahan Teluk
Pada Rabu (12/4) malam, giliran pemerintah Qatar dan Bahrain yang mengumumkan pemulihan hubungan diplomasi usai berunding di kantor pusat Dewan Kerja Sama Teluk di Riyad, Arab Saudi, lapor AFP.
Bahrain mengikuti seruan Saudi pada 2017 silam untuk mengisolasi Qatar. Bersama Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir dan Bahrain menerapkan blokade laut dan udara terhadap jirannya itu.
Embargo tersebut resminya berakhir pada Januari 2021, ketika kedua pihak menyepakati rekonsiliasi.
Kini, Bahrain dan Qatar secara resmi "merestorasi hubungan diplomatik menurut prinsip Piagam PBB,” tulis Kemenlu di Doha, yang diamini oleh pemerintah Bahrain dalam sebuah pernyataan terpisah.
Sementara itu, Uni Emirat Arab masih merundingkan pembukaan kembali hubungan diplomasi dengan Doha. Kedua negara terakhir kali bertemu pada pekan lalu, dalam "atmosfer yang positif,” kata seorang juru bicara kemenlu Qatar.