Presiden Iran mengumumkan akan menyuntikkan gas uranium di fasilitas nuklir Fordo, Rabu (06/11). Dalam pidatonya, Presiden Hassan Rouhani mengatakan adalah suatu "kehormatan" untuk menentang AS.
Iklan
Presiden Iran Hassan Rouhani pada hari Selasa (05/11) mengatakan negaranya akan mulai menyuntikkan gas uranium ke lebih dari 1.000 sentrifugal. Langkah ini menandai pelanggaran lain dari komitmennya terhadap kesepakatan nuklir 2015.
Rouhani mengatakan dia akan menginstruksikan otoritas nuklir Iran untuk mulai menyuntikkan gas uranium ke dalam sentrifugal di fasilitas nuklir Fordo pada hari Rabu (06/11). "Perlawanan adalah kehormatan kami.," ujar Rouhani dalam konferensi pers di sebuah pabrik inovasi.
Pengumuman ini muncul sehari setelah kepala program energi nuklir Iran mengatakan negara itu telah menggandakan jumlah sentrifugal canggih yang kini dalam pengoperasian.
Presiden mengatakan bahwa pelanggaran terbaru ini bisa dibatalkan kapan saja. "Jika pihak lain mulai sepenuhnya menerapkan komitmen mereka, kami juga akan kembali dan mulai sepenuhnya mematuhi komitmen kami," kata Rouhani. "Kami tahu sensitifitas mereka mengenai Fordo."
Berdasarkan kesepakatan nuklir, sentrifugal Fordo diizinkan beroperasi tanpa gas uranium. Sebuah sentrifugal dapat memperkaya uranium dengan memutar gas uranium heksafluorida untuk memisahkan uranium isotop U-235 menjadi fisi nuklir.
"Tidak bisa diterima"
Tahun lalu, AS secara sepihak menarik diri dari perjanjian nuklir Iran. Perjanjian tersebut membentuk kerangka kerja di mana Iran akan mengekang program nuklirnya dengan imbalan agar negara-negara Barat tidak lagi menjatuhkan sanksi.
Negara-negara anggota Uni Eropa, termasuk Jerman dan Prancis, telah meminta Iran untuk tetap menghormati kesepakatan itu meski AS menarik diri. Namun Teheran terus melanggar perjanjian dengan mengambil langkah-langkah tambahan untuk mengingkari komitmennya.
Jerman telah mendesak republik Islam ini untuk mematuhi komitmennya. Para pejabat Jerman menyebut rangkaian pelanggaran terbaru ini sebagai kesalahan. "Mereka mengumumkan pada awal September bahwa mereka tidak akan mematuhi perjanjian nuklir dan kami pikir itu tidak dapat diterima," ujar Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas.
ae/ts (Reuters, AP)
Lika-Liku Kesepakatan Nuklir Iran
Donald Trump telah secara resmi menarik AS dari perjanjian nuklir internasional dengan Iran. Pemerintah AS terdahulu telah dengan susah payah menegosiasikannya selama bertahun-tahun dengan lima mitra internasional.
Foto: picture-alliance/epa/D. Calma
Yang menjadi masalah
Fasilitas nuklir Iran Bushehr adalah salah satu dari lima fasilitas yang dikenal oleh pengamat internasional. Israel, Amerika Serikat dan negara-negara sekutu telah sepakat bahwa usaha Iran memperkaya uranium - untuk keperluan energi domestik, menurut para pejabat di Teheran - dapat menjadi ancaman bagi kawasan jika hal itu berujung pada pengembangan senjata nuklir.
Foto: picture-alliance/dpa
Akhir dari masalah
Pada 2006, lima negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB (AS, Cina, Rusia, Prancis, Inggris) dan Jerman (P5+1) memulai proses negosiasi yang melelahkan dengan Iran yang akhirnya mencapai kesepakatan pada 14 Juli 2015. Negara-negara tersebut sepakat memberikan kelonggaran sanksi pada Iran. Sebagai gantinya, pengayaan uranium Iran harus terus dipantau.
Foto: picture alliance / landov
Rakyat Iran setuju
Di Teheran dan kota-kota lain di Iran, warga merayakan apa yang mereka yakini sebagai akhir dari isolasi ekonomi bertahun-tahun yang memberi efek serius pada kesehatan dan gizi masyarakat karena kurangnya akses ke pasokan medis dan makanan untuk warga biasa. Banyak juga yang melihat perjanjian itu sebagai bukti bahwa Presiden Hassan Rouhani berusaha untuk membuka Iran ke dunia dengan cara lain.
Foto: picture alliance/AA/F. Bahrami
Peran IAEA
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) ditugaskan untuk memantau kepatuhan Iran kepada kesepakatan itu. Direktur Jenderal IAEA Yukiya Amano (kiri) pergi ke Teheran untuk bertemu dengan Rouhani pada bulan Desember 2016, hampir satu setengah tahun setelah kesepakatan itu ditandatangani. Dalam laporan yang disampaikan setiap tiga bulan, IAEA berulang kali menyertifikasi kepatuhan Iran.
Foto: picture alliance/AA/Iranian Presidency
Sang oponen
Setelah delapan tahun dengan Barack Obama, PM Israel Benjamin Netanyahu menemukan sosok presiden AS yang ia inginkan dalam Donald Trump. Meski Trump tidak memiliki pengalaman dalam diplomasi dan ilmu nuklir, ia menyebut perjanjian internasional tersebut sebagai "kesepakatan terburuk yang pernah dinegosiasikan." Hal ini juga menjadi pokok kampanye pemilunya di 2016.
Foto: Reuters/R. Zvulun
Siapa yang masih ada?
Meskipun ada sertifikasi IAEA dan protes dari Kemlu AS, Trump tetap menarik AS dari perjanjian pada 8 Mei. Pihak-pihak lain telah berjanji untuk tetap berada dalam kesepakatan. Diplomat top Uni Eropa, Federica Mogherini (kiri), sudah melakukan pembicaraan dengan para menteri luar negeri dari (ki-ka) Iran, Prancis, Jerman dan Inggris.