1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikIran

Iran Sita Kapal Tanker Kedua di Selat Hormuz

4 Mei 2023

Garda Revolusi Iran dikabarkan menyita kapal tanker berbendera Panama di Selat Hormuz, Rabu (3/5). Kapal tersebut merupakan kapal kedua yang disita Iran dalam sepekan di tengah sengketa nuklir yang kembali menghangat.

Kapal tanker Niovi
Kapal tanker NioviFoto: U.S. Navy/AP/picture alliance

Penyitaan kapal tanker minyak bernama Niovi itu menimbulkan kekhawatiran terkait keamanan bagi kapal niaga. Selat Hormuz adalah jalur transportasi tanker minyak utama, yang dilintasi seperlima volume ekspor minyak dunia. Aksi Garda Revolusi terjadi setelah sebuah kapal tanker yang membawa minyak Iran dikabarkan disita Amerika Serikat di perairan Asia Tenggara.

Sebuah video drone yang dirilis Angkatan Laut AS menampilkan Niovi sedang dikelilingi kapal-kapal cepat milik Garda Revolusi. Wahana tersebut diklaim sedang kebetulan berpatroli di dekat lokasi kejadian. Namun begitu, Niovi tidak membunyikan alarm darurat ketika disergap kapal Garda Revolusi, kata komandan Armada Kelima Angkatan Laut AS, Timothy Hawkins.

Menurut keterangan pers Angkatan Laut AS, kapal Garda Revolusi "memaksa kapal tanker berbelok dan memasuki perairan teritorial Iran di lepas pantai Bandar Abbas."

"Tindakan Iran merundung kapal laut dan menginterfensi hak berlayar di perairan regional merupakan ancaman bagi keamanan maritim dan ekonomi global."

Pemerintah Iran mengakui telah menyita kapal tanker Niovi atas perintah pengadilan, lapor kantor berita Mizan tanpa merinci pelanggaran yang dituduhkan.

Menurut laporan AFP, kapal Niovi mengangkut 30 awak kapal, antara lain berasal dari Filipina dan Sri Lanka.

Kapal tanker Niovi yang berbedera Panama, dikelola sebuah perusahaan bernama Smart Tankers of Piraeus di Yunani. Kapal tersebut dikabarkan baru menjalani perbaikan di Dubai dan sedang menuju pesisir timur Uni Emirat Arab tanpa membawa muatan, kata perusahaan pemantau kapal laut, Refinitiv.

Eskalasi di Selat Hormuz

Pekan lalu, Iran sudah menyita sebuah kapal tanker milik perusahaan AS, Chevron. Kapal bernama Advantage Sweet yang juga berbendera Panama itu dituduh menabrak sebuah kapal lain. Namun begitu, otoritas di Teheran tidak menampilkan bukti visual terkait tuduhannya.

Penyitaan kapal komersil oleh Iran diduga merupakan aksi balasan, setelah menghilangnya kapal tanker Iran berbendela Kepulauan Marshal pekan lalu di lepas pantai Singapura. Kapal bernama Suez Rajan itu dituduh melanggar embargo dan menyelundupkan minyak Iran ke Cina. Investigasi oleh harian Financial Times menyebutkan, penyitaan diperintahkan pemerintah AS. Baik pemilik kapal ataupun otoritas di Washington menolak berkomentar.

Iran punya tradisi menyita kapal komersil sebagai aksi balas dendam atas tindakan serupa yang dilakukan AS dan sekutunya. Pada 2019 silam, Iran menyita dua kapal berbendera Inggris setelah kapalnya dihentikan di Gibraltar dalam perjalanan menuju Suriah. Adapun tahun lalu, dua kapal Yunani ditahan setelah Athena mengizinkan AS menyita minyak Iran di perairannya.

Eskalasi di Teluk Persia meningkat sejak ambruknya Perjanjian Nuklir 2015. Badan Energi Nuklir Internasional (IAEA) melaporkan Iran giat memperkaya uranium dan kini punya cadangan yang cukup untuk membangun "beberapa" hulu ledak nuklir. Pemerintah di Teheran sejak awal mengklaim program nuklirnya hanya untuk keperluan damai.

Namun begitu, Iran sempat mencabut kamera pengawas IAEA di situs nuklirnya dan membatasi pengawasan internasional. Ketegangan sedikit mereda sejak Maret lalu, IAEA kembali diizinkan menginspeksi situs-situs nuklir dan memasang kembali kamera pengawas. "Pekerjaannya sedang berlangsung saat ini," tulis lembaga PBB itu.

rzn/as (afp,ap)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait