1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikIran

Iran: Tidak Berperang, Tapi Juga Tidak Berdamai dengan AS

7 Februari 2024

Akhir pekan lalu, militer Amerika Serikat menyerang markas milisi Perlawanan Islam di Irak yang disokong Iran. Namun baik Teheran atau Washington tidak terkesan ingin melanjutkan eskalasi perang.

Pangkalan militer AS, Tower 22
Pangkalan militer AS, Tower 22, di Yordania setelah serangan milisi bersenjata IrakFoto: Planet Labs PBC/AP/dpa/picture alliance

Amerika Serikat mengklaim telah mengidentifikasi dalang serangan terhadap pangkalan militernya di Yordania yang menewaskan tiga orang serdadu, akhir Januari silam. "Kami yakin, serangan ini direncanakan, dibiayai dan dilancarkan oleh sebuah organisasi payung bernama Perlawanan Islam di Irak," kata direktur komunikasi Dewan Keamanan Nasional AS, John Kirby.

Serangan udara pada akhir pekan di Irak dan Suriah diniatkan untuk melumpuhkan kapasitas tempur IRI yang belakangan kian berani mengusik keberadaan pasukan AS di kawasan.

Sejak tahun 2023 lalu, IRI atau al Muqawamah al Islamiyah fi al Iraq mulai melancarkan serangan terhadap pangkalan militer AS di Yordania, Suriah dan Irak . Mereka termasuk bagian Poros Perlawanan atau Axis of Ressistance yang disokong militer Iran, dan dikenal dekat dengan organisasi teror Kataib Hezbollah yang juga beroperasi di Irak.

Iran bantah terlibat

Pemerintah di Teheran sebaliknya menepis dugaan keterlibatan dalam serangan terhadap militer AS. "Kami tidak menginginkan perang, tapi kami juga tidak takut terhadap peperangan," kata komandan Garda Revolusi, Jendral Hossein Salami.

"Kami bukan kaum pecinta perang. Kami membela diri dan martabat kami," ujarnya seperti dikutip kantor berita IRNA.

Menteri Luar Negeri iran Amir Abdollahian juga ikut mengimbau AS untuk menahan diri dari aksi saling tuduh dan sebaliknya mengupayakan solusi politik.

Menurut Hamidreza Azizi, pakar Iran di lembaga penelitian Yayasan Ilmu Pengetahuan dan Politik Berlin, SWP, terlalu sepele jika menganggap tindakan masing-masing kelompok sepenuhnya bisa dikendalikan oleh Iran. "Namun begitu, dimensi eskalasi oleh Poros Perlawanan menyiratkan sebuah koordinasi tingkat tinggi", ujarnya.

Damai didahulukan

"Selama ini, Iran merawat Poros Perlawanan dengan rutin memasok senjata atau memberikan bantuan logistik dan keuangan. Atas dasar ini bisa diasumsikan, keputusan untuk menyerang AS dan Israel sebagai reaksi Perang Gaza diambil dan dikoordinasikan secara kolektif dengan dukungan Iran," ujar Azizi menambahkan.

Kendati demikian, setiap kelompok menikmati otonomi tinggi dari Iran, terutama dalam urusan menentukan sasaran serangan. "Sebab itu sangat sulit menilai seberapa jauh keterlibatan Iran," kata Azizi yang hingga 2020 masih mengajar sebagai dosen di Teheran.

US soldiers killed in drone strike on Jordan border

06:04

This browser does not support the video element.

Keraguan juga disuarakan analis keamanan Iran, Ali Fathollah Nejad. Menurutnya, eskalasi kekerasan di Timur Tengah "disadari oleh Teheran" bisa mengancam kelangsungan republik Islam Iran.  "Pemerintah di Teheran memastikan tidak terlibat dalam konflik terbuka dengan AS atau Israel, kata pendiri Berliner Center for Middle East and Global Order, CMEG, di Swiss itu.

Berebut lokasi strategis

Menurut riset teranyar lembaga penelitian konflik International Crisis Group, ICG, Iran pun diduga terlibat dalam serangan terhadap pangkalan militer AS di al Tanf, Suriah, akhir Januari silam. Walupun begitu, tidak ada cara memastikan apakah serangan dikoordinasikan dengan Teheran.

Analisa ICG mencatat, Washington mencurigai niat Iran membebaskan koridor darat Timur-Barat yang menghubungkannya dengan Irak dan Suriah lewat jalan darat, selain jalur udara yang sudah ada. Melalui koridor tersebut, Iran diyakini akan mampu memasok senjata hingga ke pesisir Laut Tengah di Lebanon.

Iran sebaliknya ingin mencegah AS menguasai jalur darat Utara-Selatan dari Turki, Yordania hingga ke Teluk Akaba, tulis ICG, karena akan memutus jalur suplai dari Iran ke Timur Tengah.

 Azizi menilai, eskalasi serangan oleh Poros Perlawanan diniatkan untuk menggerakkan AS agar mendesak Israel menghentikan perang melawan Hamas di Jalur Gaza. Namun serangan terkoordinasi terhadap militer AS tidak seharusnya pula menelan korban jiwa. "Iran dan sekutunya paham, bahwa kematian serdadu akan mengundang reaksi yang lebih dramatis dari Washington. Dan Teheran tidak sedag menginginkan perang terbuka dengan AS."

rzn/as

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait